Merah
Putih
Goenawan Mohamad ; Esais;
Mantan Pemimpin Redaksi Majalah TEMPO
|
INDONESIANA, 18 Januari
2017
Bendera,
termasuk Merah Putih, bukan sesuatu yang suci. Ia tak untuk disembah.
Tapi
bendera lebih dari sekedar hiasan.
Merah
Putih adalah lambang yang dipilih dan dijaga -- melalui ikhtiar yang panjang
-- untuk menandai bahwa Indonesia satu bangsa yang merdeka.
Kita
ingat 10 November 1945. Seorang pemuda yang tak dikenal mendaki ke atap Hotel
Yamato, di mana bendera Belanda dikibarkan. Bendera Merah Putih Biru itu
menandai kembalinya kekuasaan kolonial di negeri ini, tiga bulan setelah
proklamasi. Sang pemuda memotong warna biru -- hingga bendera pun menjadi
Merah Putih.
Keberaniannya
mengagumkan. Ia salah satu inspirasi yang membuat rakyat Surabaya, disertai
pemuda dari daerah lain, bertempur siang malam melawan pasukan Inggris yang
mendukung orang-orang Belanda yang datang kembali. Entah berapa yang gugur
dan luka-luka. Merah Putih adalah tanda "merdeka atau mati".
Dengan
contoh itu, Merah Putih adalah bagian dari sejarah Indonesia yang penuh jerih
payah. Maka ia juga penanda kehormatan dan harga diri. Ia dikibarkan ketika
olahragawan kita menang bertanding dalam kompetisi internasional atau ketika
sejumlah orang Indonesia berhasil menaklukkan puncak gunung tinggi. Bendera
itu uang kadang-kadang kita cium sebelum aksi demonstrasi menentang
keditaturan; bendera itu pula yang kita kadang-kadang kita pandang dari bawah
dengan mata basah.
Merah
Putih bukan barang sakral. Tapi ia bagian penting dari kenangan kolektif
tentang sesuatu yang berharga dan indah --seperti potret keluarga yang
merekam kejadian bersama yang tak terlupakan dan kita simpan dalam album.
Bayangkan
jika ada orang yang mencoret-coret foto itu...
Ketika
dalam demonstrasi FPI diarak Merah Putih yang dicoret-coret dengan huruf Arab
-- katakanlah mirip huruf dalam bendera Al Qaedah -- kita pantas melihatnya
sebagai sikap kurang-ajar. Penanda identitas kita bersama dirusak untuk
digantikan dengan bendera yang bukan bendera bangsa kita -- semacam isyarat
bahwa Indonesia kita sedang akan diganti dengan "Indonesia" lain
yang asing, yang tak ada hubungannya dengan sejarah dan kebanggaan bersama.
Kita
tak bisa diam saja. Mereka yang telah mengorbankan diri untuk menegakkan Merah
Putih sedang dihapus dari catatan. Sulit untuk merelakan hal itu. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar