Penelitian
dan Keberadaan Universitas
Susanto Imam Rahayu ; Kimiawan;
Anggota Akademi Ilmu
Pengetahuan Indonesia
|
KOMPAS,
15 Januari
2018
Belum lama ini beredar
pemberitaan tentang kecilnya dana penelitian dalam APBN. Penelitian adalah
padanan kata research dalam bahasa Inggris, yaitu kegiatan intelektual
kreatif dan terstruktur, yang berusaha mendapatkan fakta dan sifat baru dalam
ilmu pengetahuan melalui pembuktian berbagai anggapan dan hipotesis. Tujuan
utamanya adalah perluasan cakrawala ilmu pengetahuan untuk mendapatkan
sesuatu yang suatu saat dapat memiliki kegunaan walau sering dirancukan
dengan kegiatan pengembangan (development) yang menuju produk.
Peran
universitas
Kegiatan kreatif yang
hasilnya berpotensi meningkatkan profil budaya bangsa ini, di Indonesia tidak
mendapatkan prioritas yang tinggi, tecermin pada pengalokasian dana
penelitian dalam APBN yang hanya 0,1%
dari produk domestik bruto (PDB). Keadaan ini berbeda dengan beberapa
negara Asia di sekitar kita, yang berdasarkan laporan LIPI adalah: Malaysia
1,25%, China 2%, Singapura 2,2%, Jepang 3,6%, dan Korea Selatan 4%.
Kecilnya dana penelitian
yang dianggarkan pemerintah selama ini, baru-baru ini telah dikeluhkan oleh
Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi sebagai penyebab sulitnya meningkatkan mutu dan hasil
penelitian di universitas. Terlebih lagi penelitian adalah juga salah
sokoguru bagi keberadaan universitas,
sehingga kecilnya dana penelitian akan menyulitkan dunia perguruan
tinggi (PT) menjalankan berbagai perannya dengan baik.
Mengenai peran yang
diharapkan dari suatu universitas dalam suatu masyarakat modern, secara
ringkas dinyatakan oleh Per Holten-Anderson (2005), President Copenhagen
Business School, terdiri atas lima macam: (1) penyimpan/khazanah ilmu
pengetahuan; (2) penghasil pengetahuan baru (penelitian); (3) pentransfer
pengetahuan untuk generasi mendatang (pendidikan); (4) pentransfer pengetahuan
untuk masyarakat (diseminasi); (5) pendorong pengembangan ekonomi berdasarkan
pengetahuan. Kelima peran ini menunjukkan betapa luas potensi suatu
universitas sehingga keberadaannya tak dapat dianggap/diperlakukan terutama
hanya sebagai penghasil tenaga kerja.
Sebab, itu akan menyebabkan rendahnya pendayagunaan potensi universitas
secara tuntas dan kurangnya perhatian pada kegiatan penelitian.
Sebagai lembaga otonom,
dalam peran membangun institusi keilmuan suatu universitas dapat menentukan di
ceruk mana dalam ilmu pengetahuan ingin berperan dan dipandang, dengan
memilih bidang-bidang ilmu yang ingin didalami dan dijadikan tradisi
keilmuannya. Kegiatan utama dalam mewujudkan pembangunan institusi ini adalah
melalui penelitian, sehingga pelaksanaan penelitian dapat dipandang sebagai
salah satu manifestasi keotonomian PT.
Hasil-hasil yang diperoleh
secara langsung akan berpengaruh pada tingkat keilmuan pelaksanaan
peran-peran lainnya. Perbaikan dalam peran pendidikan terjadi bukan hanya
pada pendidikan pascasarjana melalui
keterlibatan dalam penelitian, melainkan juga pada pendidikan sarjana
melalui peningkatan pemahaman ilmu para pengajarnya. Adapun peran diseminasi
yang dijalankan melalui penyelenggaraan seminar serta penerbitan buku dan jurnal akan menghadirkan hal-hal yang
baru kepada masyarakat luas.
Sebagai tempat masyarakat
mendapatkan bantuan, peran sebagai khazanah ilmu perlu dilandasi hasil
penelitian dan pengembangan terbaru, juga dengan penguasaan ilmu yang
mendalam agar dapat memberi bantuan pada berbagai masalah serta dalam rangka
mengantisipasi perkembangan masa depan. Pemanfaatan dan pengembangan
hasil-hasil penelitian oleh swasta dan lembaga-lembaga pengembangan di luar
PT akan membantu perkembangan ekonomi. Jelaslah, walau kegiatan penelitian
dalam model Holten-Anderson ada di nomor dua, sebenarnya ia penunjang
eksistensi peran universitas.
Memanfaatkan
universitas
Sebagai contoh bagaimana
kemampuan penelitian PT memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerintah,
dapat disimak apa yang dilakukan Vannevar Bush, ketua Tim Penasihat Ilmiah
Kepresidenan Amerika Serikat pada 1945. Menyadari pentingnya penguasaan sains
dasar bagi kemajuan industri, pemberantasan penyakit, serta pertahanan
negara, ia merasa galau karena saat itu penguasaan sains dasar di AS masih
lebih rendah dibanding dengan di Eropa.
Untuk itu, pada Juli 1945,
ia mengajukan rencana pengembangan sains dasar kepada Presiden Roosevelt
melalui suatu laporan berjudul ”Science, the Endless Frontier” yang terkenal dan sudah dibukukan. Petikan
berikut dari Bab 3 menyiratkan pandangannya, ”The scientist doing basic
research may not be at all interested in the practical application of his
work, yet the further progress of industrial development would eventually
stagnate if basic scientific research were long neglected”. Ia berhasil
meyakinkan pemerintahnya akan pentingnya mengembangkan sains dasar yang harus
dibiayai negara. Untuk itu dibentuk National Science Foundationyang khusus
membiayai penelitian sains dasar di PT.
Semenjak itu
universitas-universitas di AS jadi tempat subur bagi penguasaan sains dasar,
disertai pembentukan kemampuan tinggi melakukan penelitian yang dapat dilihat
dari mutu dan jumlah publikasi. Selain itu, terjadi pula peningkatan jumlah
warga AS penerima Hadiah Nobel bidang sains dan kedokteran yang sebagian
besar adalah staf pengajar universitas.. Manfaat lain yang diperoleh dari
pandangan jauh ke depan dari Bush adalah saat Presiden Kennedy pada 1961
mencanangkan rencana mendarat di bulan. Saat itu penguasaan sains dasar di AS
sudah cukup tinggi, yang mendorong NASA melibatkan berbagai universitas dalam
penelitian tentang masalah sains dasar dan terapannya yang masih perlu
dikuasai.
Penunjangan keberadaan
serta pemanfaatan universitas melalui penelitian seperti paparan di atas pada
dasarnya dapat diterapkan di Indonesia. Pengerjaan penelitian di universitas
tidak selalu harus terkait usaha menghasilkan sesuatu mengingat penelitian
dapat pula dilihat sebagai suatu bentuk pembangunan institusi, yang selain
memperkuat eksistensi universitas, juga dalam rangka antisipasi menghadapi
berbagai masalah di masa depan. Kegiatan ini memerlukan waktu, tetapi
hasilnya akan bermakna dalam jangka panjang.
Apabila di AS yang sudah
relatif baik masih memerlukan waktu sedikitnya 10 tahun, di sini usaha ini
perlu dimulai seawal mungkin jika tak ingin didahului negara-negara
tetangga. Keberhasilan usaha yang
penting ini membutuhkan pemberian prioritas yang memadai bagi kegiatan
penelitian berupa ketersediaan dana yang
mencukupi serta kemudahan mendapatkannya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar