Kamis, 11 Oktober 2012

Kicauan


1.       Perang Melawan Banjir di DKI Bersama Jokowi
2.       Kesenjangan antara Ide dan Implementasi RSBI
3.       Menimbang Putusan Hakim yang adil untuk Rasyid Rajasa
4.       Century Hidup (dan Mati) Lagi
5.       Janji Abraham
6.       Oknum “Pemeras”
7.       Tunggu ‘Gaduh Politik’ berikutnya
8.       Vox Populi Vox Dei?
9.       ‘Pidato SBY’ Beda Rasa
10.  Tawuran Pelajar, NKRI, dan Investasi
11.  ‘Dua Dalang’ yang membuat film ‘IoM’ Heboh dan Menelan banyak Korban
12.  Pelecehan Nabi, Kebebasan Berekspresi, dan Larangan Intervensi
13.  Menunggu ‘Kejutan’ dalam Putaran-2 Pilkada Jakarta
14.  Teroris adalah Anak-Anak Kita, yang Marah dan Mengacak-acak Isi-Rumah ketika keinginannya tidak terpenuhi
15.  Malu kita, Apa kata Dunia. Tapi itulah Realita
16.  Argumen Ahli Hukum yang ‘rumit’ tentang hal-hal yang ‘sepele’
17.  Penganut Politik Sara tidak pede ‘cara biasa’ akan mampu mengalahkan lawannya dalam Pilkada
18.  Pasca Lebaran, Apa yang harus kita lakukan?
19.  Mari Kita tekan KPK dan Polri untuk Bersatu dan Bersinergi Memberantas Korupsi
20.  Berkolaborasi mencari Solusi, bukan saling-hujat mengundang Masalah
21.  Benarkah Pemerintah Myanmar membiarkan (melakukan) ‘Genosida Muslim Rohingya’?
22.  Pilkada dan Pemilu bisa dimenangkan oleh mereka yang lebih buruk/ bodoh
23.  Karakter Jokowi dan Karakter Warga DKI dalam Pilkada Jakarta
24.  Ternyata peringkat China masih di bawah Yunani
25.  Grasi Corby, Nasionalisme Narkoba, dan Mata Hukum
26.  Bukti Konser Lady Gaga Merusak Moral Anak Bangsa
27.  Sertifikasi “Seniman (Halal)”
28.  Pahlawan (Pena) yang lebih mengedepankan Gagasan..
29.  Benarkah “(KPK/BNN/Densus88’s) Power tends to corrupt”?
30.  Subsidi BBM Hanya untuk Orang Miskin
31.  Demo Mahasiswa



Perang melawan Banjir di DKI Bersama Jokowi
Ketika terjadi Bencana Banjir Besar (B3) di Jakarta (sekian kali di masa lalu), Pemkot DKI selalu bertekad bulat untuk (bersama pemerintah pusat dan pemda2 sekitarnya) berupaya keras agar B3 tidak terjadi lagi. Lalu, kalau ternyata B3 lagi-lagi terjadi di Jakarta, apa yang salah dari ‘Upaya Keras’ Pemkot DKI? Yang jelas ‘Perang melawan Banjir’ harus dilakukan dari Hulu (mencegah) hingga ke Hilir (mengatasi). Banjir memang merupakan Musibah (setelah itu terjadi), tapi Banjir juga Cermin Kegagalan Kita di masa lalu. Malu, jika bersama Jokowi kita juga tidak mampu Belajar dari Kegagalan Kita di masa lalu.  (22/01/2013)


Kesenjangan antara Ide dan Implementasi RSBI..
Ketika MK membatalkan pasal 50 (3) UU Sisdiknas yg memungkinkan pemerintah menyelenggarakan Pendidikan yg Bertaraf Internasional (PBI), saya yakin bukan PBI-nya yg Bermasalah tapi karena ia dijadikan Payung Hukum bagi (pelaksanaan) RSBI yg dinilai bertentangan dgn konstitusi. MK menilai RSBI telah menghalangi akses semua Warga Negara untuk mendapatkan Pendidikan Berkualitas. Pertanyaannya, apakah setelah RSBI dibubarkan akses Warga Miskin untuk mendapatkan Pendidikan Berkualitas menjadi terbuka? (15/01/2013)


Menimbang Putusan Hakim yang adil untuk Rasyid Rajasa
Kecelakaan maut yang melibatkan putra bungsu Menko Perekonomian dan Ketua PAN Hatta Rajasa dan menewaskan dua nyawa manusia sungguh merupakan Batu Ujian bagi Kepolisian untuk membuktikan bahwa Pisau Hukum tidak hanya Tajam ke Bawah tapi juga ke Atas. Saya tidak tahu apakah Ketulusan Hatta Rajasa untuk Hadir dan memberikan Santunan kepada Keluarga Korban (termasuk Jaminan Pendidikan dan Pekerjaan kepada Anak Korban) dan ‘Keikhlasan’ Keluarga Korban akan mempengaruhi Hakim dalam menetapkan Putusan.  (08/01/2013)        


 Century Hidup (dan Mati) Lagi..
Menjelang setahun kepemimpinan Abraham, KPK meng’Hidup’kan lagi kasus Century. Mantan Deputi Gubernur BI, BM dan SCF, ditetapkan sebagai Tersangka. Anggota DPR lalu bertanya, “Bagaimana dengan Boediono?” Meski sempat ‘keseleo lidah’, Abraham menegaskan bahwa pemeriksaan terhadap BM dan SCF akan memperjelas keterlibatan Boediono dalam ‘Skandal’ bailout Century. Debat(abu2)Century pun lalu diputar-ulang: (Spekulasi) ‘Merugikan vs Menyelamatkan’ Negara, ‘Melawan vs Mematuhi’ Hukum (yang Lemah), dst.

Prediksi saya, Nasib Century (bailout 6T) kurang lebih sama dengan Nasib BLBI (bailout 600T). Tidak semua pejabat pengambil keputusan bailout ditetapkan sebagai tersangka. Mereka yang ditetapkan sebagai tersangka 'cuma' divonis hukuman penjara +/- 1,5 tahun. Yang Lain-Lain dibiarkan 'menggantung' dan tercatat dalam Sejarah. Pertanyaannya, apakah akhir tahun 2013 nanti Tim Pengawas Century masih perlu diperpanjang lagi?       
(03/01/2013) 


Janji Abraham..
Setahun lalu Abraham Samad berjanji akan menuntaskan kasus-kasus
besar yang sedang ditangani KPK dalam waktu setahun.  Katanya, “Kalau dalam setahun tak bisa selesai, sudahlah, saya pulang saja ke Makassar”. Kini setahun telah berlalu. Walaupun kasus Century dan Wisma Atlet belum berhasil dituntaskan, namun “prestasi KPK baru-baru ini” (sebelum genap setahun) perlu mendapatkan apresiasi. Janji Abraham sepertinya terkubur oleh Good News seputar penahanan Djoko dan penetapan Menteri Andi sebagai Tersangka. (26/12/2012)



Oknum “Pemeras”..
Bahkan seorang “Penculik Anak” pun lebih suka menggunakan kata “Meminta sesuatu (sebagai tebusan)” kepada Orang Tua Anak daripada menggunakan kata “Memeras”. Walaupun ia telah membuat Orang Lain “tersandera untuk Mengorbankan Sesuatu supaya tidak Kehilangan Sesuatu yang Lain yang Lebih Berharga dalam hidupnya”. Demikian pula Oknum anggota Dewan. Ia bahkan bisa menjadi “Pahlawan” bagi Perusahaan Negara yang sedang di ambang kebangkrutan. Walaupun untuk itu konon diperlukan “Pengorbanan” dari Perusahaan. (16/12/2012)



Tunggu ‘Gaduh Politik’ berikutnya..
Ketika Dahlan hendak melaporkan "para anggota Dewan Pemeras-BUMN" ke BK, banyak anggota Dewan yang 'gelisah' jangan-jangan Nama mereka termasuk di dalamnya. Ketika Dahlan "menyampaikan Daftar Nama", sebagian mereka protes karena Dahlan 'keliru menyebut Nama', sebagian lainnya merasa 'plong' karena berada 'di Luar Daftar'.  Pengetahuan Dahlan ttg "anggota Dewan Pemeras-BUMN" ternyata sama 'dangkal'-nya dgn pengetahuan BPK ttg "Inefisiensi di PLN". Kita tunggu saja, apa ‘Gaduh Politik’ berikutnya. (03/12/2012)



Vox Populi Vox Dei?
Ketika Gubernur Jokowi mengalokasikan sebagian besar Waktu Dinas-nya untuk melihat, mendengar dan berdiskusi langsung dengan Rakyat, apakah semua itu dilakukan agar ia Terlihat Dekat dengan Rakyat? Agar ia bisa mendengar Suara Rakyat dan membuat Kebijakan yang Pro-Rakyat? Walaupun Suara Rakyat harus didengar oleh Pembuat Kebijakan, Suara Rakyat tidak selalu Identik dengan “Suara Tuhan”. Ada “Suara Lain (Other)” yang harus Kita Perhatikan  dengan seksama agar Kita (benar-benar) Mampu Mendengar “Suara Tuhan”…  (20/11/2012)   




‘Pidato SBY’ Beda Rasa..
Akhirnya, atas ‘Tekanan’ Demo-‘KPK’ (Kemana Presiden Kita?) menyusul ‘pengepungan’ KPK oleh aparat Polda Bengkulu dan Jakarta, Presiden SBY minta Kapolri untuk menyerahkan Kasus Simulator SIM kepada KPK. Bagaimanapun kita harus berterimakasih kepada Polda Bengkulu dan Jakarta. Karena tanpa ‘aksi’ mereka mungkin Demo-‘KPK’ dan ‘Keputusan SBY’ yang berpihak pada KPK tsb tidak pernah ada.
It’s time untuk memperjuangkan keberadaan ‘Penyidik Tetap KPK’, ‘Semua Kasus Korupsi utk KPK’, dan ‘KPK Lembaga Tetap (Non-adhoc)’. Walaupun tidak ada garansi..pasca ‘Pidato SBY’, kolaborasi antara KPK dan Polri akan menjadi serasi (tanpa friksi). Oleh karena itu, ‘Tekanan’ (kepada DPR dan Pemerintah) harus tetap dilakukan. Tentu saja dengan ‘Cerdas’, bukan dengan tujuan ‘Popularitas’. (10/10/2012)




Tawuran Pelajar, NKRI, dan Investasi..
Kelihatannya aneh.. Menyelesaikan konflik di Poso dan Ambon, dan mengakhiri Perang di Aceh saja bisa. Mengapa ‘hanya’ menyelesaikan Tawuran Pelajar di Jakarta saja sepertinya Negara tak berdaya. Mungkinkah karena dampak Tawuran Pelajar di Jakarta masih belum cukup ‘serius’ dan berpotensi mengancam NKRI? Atau barangkali Negara kini masih sibuk dengan ‘Urusan Negara yang Lebih Penting’: Mempromosikan ‘Indonesia’ di Luar Negeri dan Mengamankan Aset Kekayaan Para Investor di Dalam Negeri?  Entah..lah (06/10/2012)   




‘Dua Dalang’ yang membuat film ‘IoM’ Heboh dan menelan banyak Korban..
Believe or Not, ada ‘Dua Dalang’ yang membuat film ‘Innocence of Muslims’ menjadi Heboh dan menelan banyak ‘Korban yang Tak Berdosa’ (the Innocent). Yang pertama adalah Mereka yang membuat, memanipulasi, dan mengedarkan film tersebut untuk memprovokasi Muslims (dengan tujuan) supaya menampakkan wajah ‘Savage’-nya. Yang kedua adalah Mereka yang ‘memanipulasi’ dan mempublikasikan film tersebut (dengan tujuan) untuk menciptakan ‘Teror Global’ sentimen anti-‘Amerika and Konco2-nya’ di berbagai belahan Dunia (unfortunately, among the Victims are Muslims). ‘Dua Dalang’ tersebut pasti akan kecewa bila melihat Muslims ternyata mampu memperlihatkan wajah ‘Civilized’-nya dan mampu memberikan solusi ‘cerdas’ bagi perdamaian dunia, termasuk kerukunan antarumat beragama.   (30/09/2012)




Pelecehan Nabi, Kebebasan Berekspresi, dan Larangan Intervensi..
Lagi-lagi pelecehan (Nabi), lagi-lagi dibalas dengan kekerasan. Dan lalu pendemo di Benghazi ‘yang berekspresi dengan bersenjata Rudal’ pun menewaskan Dubes AS di Libya. Kata Obama, adanya pelecehan Nabi tidak boleh digunakan untuk ‘membenarkan’ aksi-aksi Kekerasan di Kedubes AS di manapun. Konon ‘UU Penodaan Agama’ dan ‘UU ITE’ memang belum ‘laku’ di AS. Karenanya mustahil (tanpa UU itu) AS akan berani ‘meng-hukum/intervensi’ Warganya. Paling cuma minta Google untuk ‘membatasi’ akses ke film tsb. Cukupkah?...Obama harus minta maaf. Cukupkah?...Dubes AS dan tiga stafnya tewas.. Cukupkah? (21/09/2012)



Menunggu ‘Kejutan’ dalam Putaran-2 Pilkada Jakarta..
Hari ini warga Jakarta memilih Pemimpinnya. Mudah-mudahan yang terpilih nanti bukanlah ‘Penguasa Jakarta’. Kalau ada yang main ‘politik-uang’, terima aja ‘uang’-nya, jangan pilih ‘Cagub’-nya, lalu adukan ke Panwaslu. Tahukah kita, hasil putaran-2 nanti? Believe or not, kali ini pasti akan ada ‘kejutan’ lagi. Warga Jakarta yang pada putaran-1 ‘pintar’ (pilih Pemimpin-kecoh survei), mungkin kali ini akan berubah menjadi ‘bodo’. Or, kali ini warga Jakarta akan mempermalukan ‘Partai-Partai Koalisi’.  (20/09/2012)




Teroris adalah Anak-Anak Kita, yang Marah dan Mengacak-acak Isi-Rumah ketika keinginannya tidak terpenuhi..
Lagi-lagi Teroris beraksi, ‘mengganggu’ Negara. Tidak seperti biasanya, kali ini mereka ‘memilih’ men-teror (aparat-)Negara ketimbang men-teror Warga(-negara). Walaupun (karena kasus Rohingya) konon warga Buddha di Jakarta juga menjadi target teror mereka. Pada jaman kolonial dulu mereka biasa disebut kaum Ekstremis. Tapi antara Teroris dan kaum Ekstremis sebenarnya hanya ‘beda-beda tipis’. Mereka adalah ‘Anak-Anak Kita’, yang Marah dan Mengacak-acak Isi-Rumah ketika keinginannya tidak terpenuhi  (16/09/2012)




Malu kita, Apa kata Dunia. Tapi itulah Realita..
Baru 8 bulan berlalu, kekerasan thd warga Syiah di Sampang terjadi lagi. Pernyataan tokoh agama ‘Indonesia adalah negara yang paling toleran di Dunia’, kini sedang mendapatkan ‘ujian’. Supaya aksi kekerasan tidak menyebar-luas, Pemerintah pun segera men-‘Declare’ : konflik di Sampang merupakan (berasal dari) ‘masalah keluarga’. Ironisnya, beberapa wkt lalu Pengadilan di Sampang justru menghukum ‘korban kekerasan’ dan membebaskan ‘pelaku kekerasan’. Malu kita, Apa kata Dunia. Tapi itulah Realita.  (07/09/2012)



Argumen Ahli Hukum yang ‘rumit’ tentang hal-hal yang ‘sepele’..
Kicauan Denny ttg ‘Advokat koruptor’ membuat OC Kaligis dkk berang. Kaligis bahkan telah melaporkan Denny ke Polisi karena telah menghina profesi advokat yg sejatinya sangat terhormat. Meskipun Denny telah ‘meralat’ kicauannya mel tulisannya di SINDO dan meminta maaf kpd Advokat Bersih, Kaligis tetap tak bergeming. Utk mengatasi Konflik antar para Profesor Hukum tsb sebenarnya sangat mudah. Yang susah adalah bagaimana memahami argumen mereka yang ‘rumit’ tentang hal-hal yang sebenarnya ‘sepele’.  (31/08/2012



Penganut Politik Sara tidak pede ‘cara biasa’ akan mampu mengalahkan lawannya dalam Pilkada..
Politik SARA jelang putaran-2 Pilkada Jakarta terasa semakin menegangkan, sekaligus memprihatinkan. Setelah kasus dakwah ‘Bang Haji’ yang menyeru agar Jamaah memilih Pemimpin Jkt yg se-Iman dianggap ‘selesai’ (walaupun itu bukan berarti dakwah ‘Bang Haji’ boleh diputar-ulang di tiap acara khutbah Jumat), kini beredar video di YouTube yg mengancam akan terjadinya ulangan peristiwa ‘genosida’ etnis China di Jakarta. Nampaknya si ‘Pengancam’ tidak PD, cara ‘biasa’ akan mampu meloloskan ‘Jago’-nya.  (27/08/2012)



Pasca Lebaran, Apa yang harus kita lakukan?
Ramadhan (sekali lagi) telah berlalu. Takbir dan beduk pun telah dikumandangkan semalam suntuk. Memasuki hari Idul Fitri, kita lalu ber-Tradisi Lebaran (Bersalaman sambil Bermaaf-maafan). Dan ketika Lebaran berlalu, kita kembali berada di Simpang Jalan. Masuk kembali ke Rutinitas Kehidupan yang Lama, atau mencoba mulai Membangun Siklus Kehidupan yang Baru. Apapun keputusan kita adalah hasil latihan Berpuasa Kita di bulan Ramadhan. “Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H. Mohon Maaf Lahir dan Batin”  (19/08/2012)



Mari Kita tekan KPK dan Polri untuk Bersatu dan Bersinergi Memberantas Korupsi..
Sayang sekali, Ramadhan (dimana kita mestinya saling menahan diri) kali ini dicemari oleh ketegangan memperebutkan ‘Kekuasaan’ (memberantas Korupsi) antara institusi KPK dan institusi Polri. Pertanyaannya, demi Apakah mereka memperebutkan ‘Kekuasaan’? Demi Kebenaran Hukum, demi Polri yang Bebas Korupsi, demi Harga Diri dan Nama Baik Institusi, atau demi Kepentingan Lain yang Tersembunyi? Mari kita bantu TEKAN Keduanya untuk Bersatu dan Bersinergi Memberantas Korupsi. Bukan malah ‘memanas-manasi’ (18/08/2012)



Berkolaborasi mencari Solusi, bukan saling-hujat mengundang Masalah..
Daripada saling b(s)erang soal ‘Genosida Rohingya’ dengan Penguasa Myanmar, ASEAN, PBB, SBY dan Umat Buddha di Indonesia, mending kita berkolaborasi dengan mereka tentang berbagai cara untuk mengerem, meredam, dan mengakhirinya secepatnya. Dalam hal ini Indonesia bisa berbagi pengalaman dengan Myanmar tentang bagaimana dulu kita menyelesaikan ‘genosida’ di Aceh, Ambon, Poso, dan ‘genosida’ di tahun 1965/1966-an. Selanjutnya, mari kita awasi apakah ‘genosida’ di Myanmar membaik atau memburuk.  (11/08/2012)



Benarkah Pemerintah Myanmar membiarkan (melakukan) ‘Genosida Muslim Rohingya’?
Penguasa Myanmar berang ketika konflik sosial di provinsi Rakhine yang dipicu oleh “perkosaan, perampokan dan pembunuhan seorang gadis muda beragama Budha (28/5) dan (aksi balas dendam) pembunuhan terhadap 10 pemuda muslim Rohingya (3/6)” di-‘mark up’ menjadi ‘Genosida Muslim Rohingya’. Sementara di Indonesia Para Aktivis Muslim berang mempertanyakan ‘dimana Suu Kyi, ASEAN, dan PBB?’, mengapa Barat tiba-tiba tuli dan bisu?, dan mengapa SBY masih bisa ‘santun’ melihat Genosida Rohingya?   (09/08/2012)



Pilkada dan Pemilu bisa dimenangkan oleh mereka yang lebih buruk/ bodoh..
Apa mungkin dalam putaran ke-2 pilkada DKI nanti Foke akan mampu mengungguli Jokowi? Orang bilang, kemungkinan (untuk menang atau kalah) selalu ada. Masalahnya, kalau itu benar terjadi, lalu bagaimana mereka yang sebelumnya mengatakan ‘warga DKI pintar’ (setelah mengetahui Jokowi mampu mengungguli Foke pada putaran I pilkada) harus ‘meralat’ pendapatnya? Entahlah. Tapi sejarah membuktikan bahwa pilkada/pemilu memang bisa dimenangkan oleh mereka yang lebih baik/buruk atau yang lebih pintar/bodoh.  (04/08/2012)



Karakter Jokowi dan Karakter Warga DKI dalam Pilkada Jakarta..
Beberapa waktu lalu Media dibanjiri Opini tentang “Mengapa Jokowi menang (melawan Foke) pada putaran I Pilkada Jakarta”. Yang mengherankan, mayoritas mengatakan “Karakter Jokowi”-lah (bukan  “Karakter Warga DKI Jakarta”) yang paling menentukan kemenangan tersebut. Yang paling mengherankan, nyaris tak ada satu orang pun yang tertarik untuk secara serius mengkaji “Mengapa Golput berhasil ‘Menang’ (melawan Jokowi dan juga Foke) pada putaran I Pilkada Jakarta”.  (23/07/2012)  



Ternyata peringkat China masih di bawah Yunani..   
Seperti halnya China (penyedia dana bailout 10,43M dolar AS untuk krisis Eropa) yang ‘ditaklukkan’ Yunani (negara paling terpuruk dalam krisis Eropa), Indonesia yang sudah menjadi anggota G-20 mestinya tidak perlu ‘galau’ karena disamakan dengan Fiji atau Gambia dalam Indeks Negara Gagal. Bahkan Amerika pun ternyata ‘dikalahkan’ oleh Slovenia. Yang penting: 1. Jangan sampai Kita salah ‘membaca’ Indeks Negara Gagal, dan 2. Tugas Negara lebih dari sekadar memperbaiki peringkat Indeks Negara Gagal.  (12/07/2012)  



Grasi Corby, Nasionalisme Narkoba, dan Mata Hukum..
Sulit diterima ketika seseorang memprotes “Grasi” bagi Corby, sementara ia berjuang keras membela warga negara kita yang terlibat kasus narkoba di manca negara. Bisa dimengerti kalau seseorang membela temannya yang dipenjara karena kasus narkoba; padahal sang teman adalah “korban”, sementara “mata Hukum” tidak mampu melihatnya. Saya tidak tahu posisi “Corby” ada di mana. Yang saya tahu, “mata Hukum” memang telah berkali-kali tidak mampu melihat “Kebenaran” yang tersembunyi atau yg disembunyikan. (16/06/2012)



Bukti Konser Lady Gaga Merusak Moral Anak Bangsa..
Benarkah kehadiran Lady Gaga di Indonesia akan merusak moral anak bangsa? Saya kira para Ilmuwan Kita yang paling berintegritas tidak perlu datang ke Korea atau Singapura untuk membuktikan kebenarannya. Karena sesungguhnya kontroversi Lady Gaga bukanlah soal konser Lady Gaga an sich, tapi soal Politik Memperebutkan “Kuasa” antara Penjaga Moral Bangsa dan Penjaga Hak Kebebasan Berekspresi. Tapi kalau masih penasaran juga, silakan datang ke sana. Lihat! Separah apakah pengaruh konser Lady Gaga di Sana? (04/06/2012)  



Sertifikasi “Seniman (Halal)”..
Sertifikasi di bidang pendidikan, walaupun banyak ‘penyimpangan’ yang ditemui di lapangan, namun hingga kini ia tetap eksis dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Sertifikat pendidikan merupakan salah satu penanda, apakah seorang tamatan SMA/S1/S2/S3/pendidikan kejuruan layak memasuki sebuah pasar tenaga kerja. Ia mirip banderol yang melekat pada produk-produk manufaktur yang ditawarkan di super/mini markets. Maka tak heran kalau Seniman-Kita ‘galau’ dengan wacana ‘sertifikasi Seniman’  (26/05/2012)




Pahlawan (Pena) yang lebih mengedepankan Gagasan..
Kartini mungkin tidak akan menjadi tokoh Wanita Indonesia seperti saat ini, seandainya tidak ada Abendanon dkk yang mengumpulkan surat-suratnya, Armijn Pane yang ‘menulis’ “Habis Gelap Terbitlah Terang”, Bung Karno yang menetapkan 21 April sebagai Hari Kartini, dan WR Supratman yang mengharumkan namanya melalui lagu “Ibu Kita Kartini”.  Tulisan-tulisan penanya yang “feminim” dan lebih mengedepankan “gagasan”(ketimbang “kekerasan”) ternyata lebih diminati oleh publik dan diterima oleh “sejarah”.  (03/05/2012)




Benarkah “(KPK/BNN/Densus88’s) Power tends to corrupt”?
Boleh jadi Wamen Denny memang “arogan”. Tapi saya kira ia masih kalah “arogan” bila dibandingkan dengan anggota Satgas KPK yang sedang membekuk Koruptor yang berusaha “kabur”, anggota Satgas BNN yang sedang “menjinakkan” bandar narkoba yang melawan ketika hendak ditangkap, atau anggota tim Densus88 yang sedang memberondong para teroris yang sembunyi di sebuah rumah dan tidak mau menyerah. Boleh jadi Lord Acton benar, “power tends to corrupt”. But do you believe “KPK/BNN/Densus88 itu korup”?                                                                                                                                                                                (14/04/2012)                                                                                             



Subsidi BBM Hanya untuk Orang Miskin..
Pemerintah punya masalah: Subsidi BBM “membengkak” karena Harga Minyak Dunia “meledak” dan 90% Subsidi BBM dinikmati oleh “orang Kaya”. Uang Negara bisa “jebol” kalau harus menunggu solusi “konversi BBG” atau konversi energi lainnya yang perlu “waktu”. Supaya Uang Negara tidak “jebol”, Subsidi BBM seharusnya hanya dinikmati oleh “orang Miskin”. Bagaimana solusinya? Orang terus-menerus berdebat dan berkelahi. Bukan membela Rakyat, bukan pula mencari Solusi. Mereka hanya menunggu “Bom Waktu”.    (04/04/2012)



Demo Mahasiswa..
Mahasiswa adalah generasi muda calon pemimpin bangsa. Sering dikatakan: perjuangan mahasiswa membela Rakyat “masih” murni, belum terkontaminasi oleh “politik pencitraan” yang banyak dipraktekkan para politisi kita untuk menyedot “suara” Rakyat. Belum juga terkontaminasi oleh “politik uang” untuk membiayai kegiatan-kegiatan “operasional” parpol.  Walaupun banyak pengamat “sinis” ketika mahasiswa turun ke jalan: membakar ban, memblokade jalan tol-rel kereta api, dan menghalalkan “semua cara”. (01/04/2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar