Simbol
Politik Foto Tokoh Bangsa
Suyatno ; Dosen Ilmu Pemerintahan pada FHISIP Universitas Terbuka
|
MEDIA
INDONESIA, 07 Maret 2018
PELARANGAN pemasangan foto
tokoh-tokoh nasional yang bukan pengurus partai politik untuk alat peraga
kampanye (APK) dalam Pilkada 2018 mengundang polemik. Peraturan KPU Nomor 4
Tahun 2017 itu melarang pemasangan foto presiden dan wakil presiden serta
tokoh nasional, pahlawan lainnya dalam APK pilkada. Dengan peraturan itu foto
tokoh Soekarno, Soeharto, Gus Dur, BJ Habibie tidak akan muncul pada poster
dan baliho kampanye.
Kondisi itu mendatangkan munculnya
pihak yang pro atau tidak mempersoalkan dan ada kubu yang kontra. Pihak yang
pro menganggap larangan tersebut bertujuan menjaga nama besar tokoh itu tidak
disalahgunakan partai atau calon sehingga berakibat tercemar nama sang tokoh.
Tokoh bangsa adalah milik semua orang sehingga tidak hanya dimanfaatkan
sekelompok orang.
Sementara itu, yang kontra mereka
yang terkena dampak kehilangan media yang efektif berupa pemasangan foto
tokoh yang merepresentasikan ideologi politik mereka. Alasan lainnya,
penyertaan gambar tokoh bangsa dapat mencegah generasi bangsa lupa akan
sejarah. Penyertaan foto menjadi sarana pengingat pikiran, ajaran, dan
perjuangan tokoh-tokoh bangsa.
Lantas bagaimana sebenarnya
pengaruh pelarangan ini terhadap upaya partai dan kandidat dalam meraup
suara? Apa dampak yang ditimbulkan dari pelarangan ini? Tentu pihak yang
tidak memiliki hubungan langsung dan ketergantungan dengan salah satu tokoh
tidak mempersoalkan peraturan ini. Namun, yang memiliki kedekatan dan
mengandalkan nama besar salah satu tokoh akan merasa dirugikan.
Simbol
makna
Simbol berasal dari kata symballo
(Yunani) yang berarti ‘melempar bersama-sama’. Upaya melempar atau meletakkan
secara bersama-sama dalam satu ide atau konsep objek yang kelihatan sehingga
objek tersebut mewakili gagasan. Menurut Dorothy (1952), simbol dapat
menghantarkan seseorang ke dalam gagasan ataupun konsep masa depan maupun
masa lalu. Simbol dapat berupa gambar (foto) atau benda yang mewakili
gagasan, benda atau jumlah sesuatu yang maknanya diperoleh dari kesepakatan
bersama.
Secara antropologis simbol politik
dimaknai sebagai konfigurasi ideologi perjuangan, makna kekuasaan, dan
identitas kolektif. Simbolisme politik menjadi fenomena yang tidak bisa
dielakkan dalam proses politik. Karena maknanya sebagai simbol, foto
tokoh-tokoh termasuk alat yang efektif dalam membentuk dan memengaruhi
gagasan politik.
Foto tokoh-tokoh nasional
merupakan simbol politik karena pemasangan foto tokoh memang dapat
memengaruhi seseorang untuk bersikap. Fungsi simbol politik untuk aktualisasi
politik tertentu. Fungsi lainnya adalah mengubah preferensi politik masyarakat.
Simbol menjadi media yang efektif dalam memengaruhi perilaku politik publik.
Simbol mengandung pesan yang mudah dipahami publik yang awam sekalipun.
Dengan foto orang dengan mudah mengingat menilai dan menyimpulkan siapa dan
apa yang dimaksud kandidat atau partai pemasang. Hanya dengan melihat secara
sekilas di jalan orang bisa melakukannya.
Simbol juga lebih menarik
perhatian. Orang akan segera melihat gambar ketimbang harus membaca tulisan.
Mereka akan segera fokus dan melayangkan memori pada apa yang pernah ia
dapatkan tentang tokoh yang gambarnya terpampang. Bagi yang menyukainya,
simbol mendatangkan magnet yang lebih kuat. Pihak yang mulanya ragu bisa
menjadi mantap dan yang belum tahu akan tertarik. Ia berdiri lebih kuat
ketimbang bahasa lisan maupun tulis. Gambar berbicara lebih gampang dan
gamblang menarik orang memiliki pemahaman yang sama. Suatu simbol bisa
menjadi lambang yang mempersatukan.
Sekadar
symbol
Namun, sebagaimana sifat alat pada
umumnya simbol foto tokoh ini bisa dimanfaatkan ke arah yang baik maupun
sebaliknya. Ada beberapa kecenderungan yang selama ini berlangsung bisa
dibaca melatari pelarangan penggunaan foto tokoh dalam berkampanye. Munculnya
foto tokoh hanya digunakan sebagai simbol untuk meraup suara saja.
Makna keberhasilan yang diraih
tokoh bersangkutan yang ditawarkan tidak diterapkan calon atau partai
pengusung. Hanya berhenti pada janji-janji agar meraih dukungan saja. Setelah
dukungan diraih tidak direalisasikan dalam kinerja kandidat atau parpol.
Problem yang dikhawatirkan
berikutnya ialah penggunaan ini dapat membuka peluang jebakan pada kultus
individu. Penempatan seseorang pada tempat yang cenderung untuk dipuja.
Penempatan ini rentan untuk memunculkan penilaian positif dan negatif yang
tidak seimbang terhadap seorang tokoh. Dampak negatif berikutnya ialah
kencangnya upaya mengorek keburukan seorang tokoh rentan terjadi.
Kecemasan lainnya justru
menyebabkan pencemaran nama baik atau nama besar. Pencemaran ini terjadi bila
pengusung foto tidak mampu mencerminkan nilai-nilai positif sang tokoh bahkan
menjalankan peran yang bertentangan semisal korupsi. Alih-alih mengulang
nilai yang pernah diperjuangkan yang terjadi, justru menjadi beban dan
memperburuk nama baik sang tokoh.
Koreksi
Pelarangan bisa jadi patut dikoreksi
dengan catatan ada introspeksi oleh para penggunanya. Simbol adalah instrumen
yang penting dalam politik. Berbagai makna positif yang melekat pada foto
tokoh-tokoh negara memang bisa dimanfaatkan. Secara lebih tinggi penggunaan
foto itu bisa memunculkan rasa nasionalisme bangga terhadap tokoh-tokoh
bangsa. Mereka berperan sebagai lambang keberhasilan negeri melahirkan
tokoh-tokoh yang berpengaruh.
Akan tetapi, kinerja untuk
mewujudkan nilai-nilai, ajaran, dan perjuangan tokoh dalam kenyataan jauh lebih
penting. Sudah saatnya calon atau partai menawarkan program-program yang
konkret dalam berkampanye yang berasal dari tokoh panutan untuk dilaksanakan.
Patut dibangun kesadaran moral
bahwa memasang foto tokoh mengandung beban yang tidak ringan untuk menjaga
nama baik sang tokoh.
Memajang foto mereka bukanlah
tindakan yang bisa dilakukan asal-asalan, melainkan dengan penuh perhitungan.
Rasa hormat harus ditempatkan pada posisinya yang tinggi. Dalam pepatah
berlaku memikul tinggi menanam dalam nama baik tokoh panutan harus dipegang
kuat.
Masyarakat tidak boleh lagi hanya
dibuai janji, apalagi hanya bernostalgia dengan nama besar tokoh-tokoh
melalui foto-foto yang dipajang untuk membujuk suara mereka berikan. Kita
patut menjadi generasi penerus yang baik untuk membawa negeri ini menuju
kejayaan di masa depan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar