Jumat, 05 Januari 2018

Adu Kuat Trump dan Indonesia

Adu Kuat Trump dan Indonesia
Agus Herta Sumarto ;  Peneliti Indef; Dosen FEB Universitas Mercu Buana
                                          MEDIA INDONESIA, 27 Desember 2017



                                                           
PASCAKEGADUHAN global yang ditimbulkan sikap Trump terkait dengan Jerusalem beberapa waktu lalu, sikap dan kebijakan Trump yang lain diyakini akan kembali menimbulkan eskalasi kegaduhan ekonomi dan politik global termasuk Indonesia. Kebijakan Trump dalam sektor ekonomi diperkirakan akan memiliki efek dan magnitude yang jauh lebih besar terutama untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kebijakan pengetatan moneter dan reformasi perpajakan yang dibuat Trump jika tidak direspons dengan baik dan tepat akan dapat menimbulkan guncangan serta bencana bagi perekonomian Indonesia.

Sepanjang 2017, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) telah melakukan tiga kali penaikan suku bunga acuan Fed Found Rate (FFR) ke kisaran 1,25%-1,50%. Pada 2018 dan 2019, The Fed memproyeksikan akan kembali melakukan tiga kali kenaikan suku bunga acuan FFR untuk setiap tahun sampai tercapai target FFR jangka panjang sebesar 2,8%. Hal itu dilakukan untuk menjaga stabilitas inflasi dalam negeri AS serta menciptakan pertumbuhan ekonomi yang dapat mengurangi angka pengangguran yang dalam beberapa tahun terakhir sempat mengalami peningkatan.

Selain melakukan pengetatan moneter, Trump melakukan reformasi perpajakan. Bahkan reformasi perpajakan ini menjadi reformasi pajak terbesar di AS sejak era 1980-an. Trump telah memangkas pajak korporat dari yang sebelumnya 35% menjadi 21%. Selain itu, Trump menjanjikan akan mengurangi pajak untuk individu. Pengurangan pajak ini diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat sehingga dapat mendorong konsumsi masyarakat Amerika secara keseluruhan yang pada akhirnya akan menggairahkan kembali perekonomian AS pascaresesi 2008 silam.

Dua kebijakan ekonomi Trump ini tentu akan sangat memengaruhi kondisi keseimbangan ekonomi dalam negeri negara-negara berkembang termasuk RI. Kebijakan Trump ini dikhawatirkan akan mengurangi likuiditas di negara Indonesia dan memicu capital reversal. Capital reversal ini akan semakin besar jika investor global memberikan respons positif terhadap kebijakan pengetatan moneter dan pemotongan pajak ini.

Namun, bagi investor global yang berinvestasi di Indonesia, kebijakan Trump ini masih menimbulkan spekulasi. Kondisi ekonomi Indonesia yang cenderung stabil dan terus memperlihatkan tren pertumbuhan positif merupakan sinyalemen positif adanya imbal hasil investasi yang prospektif. Kondisi ini menjadikan investor global cenderung untuk melakukan tindakan ‘wait and see’. Mereka cenderung menunggu sampai ada indikator kuat yang memberikan gambaran investasi mana yang akan memberikan keuntungan yang maksimal.

Oleh karena itu, cukup dipahami jika sampai akhir 2017 nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tetap stabil bertengger di angka Rp13.300–Rp13.500 per dolar. Stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat menjadi pertanda bahwa gelombang capital reversal belum terjadi di Indonesia.

Namun, bagi Indonesia, kebijakan Trump ini menjadi faktor penghambat bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian Indonesia. Dalam beberapa bulan terakhir, neraca pembayaran Indonesia bernilai positif yang menandakan kinerja ekspor dan industri Indonesia mulai membaik. Pasar modal Indonesia juga mencatatkan prestasi yang sangat memuaskan. Menjelang akhir 2017, indeks harga saham gabungan (IHSG) menembus angka 6.000 poin dan menjadi rekor sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Selain itu, kapitalisasi pasar modal Indonesia mencatatkan rekor baru dengan menembus angka Rp6.600 triliun. Tingginya kapitalisasi pasar modal tersebut menandakan telah terjadi capital inflow yang cukup besar ke dalam pasar modal RI.

Dengan kinerja perekonomian yang cukup ciamik itu, seharusnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan. Penawaran dolar Amerika di pasar keuangan Indonesia seharusnya mengalami peningkatan seiring dengan positifnya neraca perdagangan dan pembayaran Indonesia dan adanya capital inflow yang terjadi di pasar modal. Kedua kondisi itu seharusnya semakin menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika secara signifikan.

Namun, bertambahnya pasokan dolar Amerika di pasar keuangan Indonesia tidak serta-merta menguatkan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika. Kondisi ini menjadi bukti kuat adanya Trump effect dari kebijakan pengetatan moneter dan pemangkasan pajak yang telah dijelaskan sebelumnya. Peningkatan pasokan dolar Amerika di pasar keuangan Indonesia sepertinya diimbangi capital outflow sebagai respons positif investor terhadap kebijakan ekonomi yang telah diambil Trump. Pada satu sisi Indonesia mengalami capital inflow akibat kinerja ekonomi yang mulai membaik, tetapi di sisi lain terjadi capital inflow sebagai akibat adanya Trump effect.

Fenomena persistennya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah membaiknya perekonomian Indonesia merupakan pertanda adanya adu kekuatan antara Trump effect dan prospek profitabilitas investasi Indonesia. Untuk sementara bandul kemenangan di antara adu kekuatan itu masih berada di tengah ketika arus modal yang masuk dengan arus modal yang keluar relatif sama. Namun, posisi sama kuat ini tidak akan berlangsung lama. Sebagai orang yang sangat rasional, para investor akan cepat sekali berpaling ke pihak yang menawarkan keuntungan investasi yang maksimal. Para investor akan memilih negara yang akan menghasilkan tingkat profitabilitas paling tinggi.

Jika Indonesia bisa menawarkan apa yang diharapkan para investor global, bandul kemenangan akan berada di pihak Indonesia. Sebaliknya, jika tidak bisa menawarkan apa yang diharapkan investor, Indonesia akan mengalami capital outflow dan capital reversal yang sangat besar.

Dengan kata lain, jika tidak bisa menawarkan apa yang diharapkan investor, pada 2018 Indonesia akan mendapatkan kado tahun baru yang pahit, yaitu kehilangan sebagian besar modalnya baik di sektor riil maupun di sektor keuangan. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar