Media
for World Harmony
Yuliandre Darwis ;
Ketua
Komisi Penyiaran Indonesia Pusat; Presiden IBRAF
|
KORAN
SINDO, 22
Februari 2017
Jika tidak ada aral melintang, bangsa Indonesia
menyelenggarakan kegiatan internasional di bidang media dan penyiaran.
Kegiatan itu bertajuk “Media for World
Harmony” sebagai gagasan utama dalam rangkaian agenda OIC Broadcasting Regulatory Authorities
Forum (IBRAF) di Bandung, Jawa Barat, dari tanggal 21 hingga 23 Februari
2017. Agenda IBRAF kelima diikuti sekitar 40 negara dengan 500 peserta dari
dalam maupun mancanegara serta dihadiri pimpinan negara, ketua regulator
penyiaran sedunia, akademisi, dan tokoh-tokoh broadcasting dunia—mereka akan
membahas tema besar tersebut dalam berbagai sesi international conference,
annual meeting, dan parallel session.
Pemikiran ini dilandasi situasi zaman yang akhir-akhir ini
mengalami ketegangan sosial yang dipengaruhi kekuatan informasi yang menyebar
melalui media massa, baik itu televisi, radio, cetak, maupun media baru (new
media). Dampak dari pengaruh kekuatan informasi begitu dahsyat terhadap
kehidupan sosial, situasi politik, kondisi ekonomi, keagamaan, budaya, keamanan
negara, dan kehidupan masyarakat yang lain.
Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang
mengglobal telah menganalisasi kejadian ataupun peristiwa dalam satu ruang
yang hampir seragam. Artinya, apa yang terjadi di satu negara, terjadi pula
di negara lain dalam waktu yang sangat cepat. Keterhubungan antarnegara yang
berbeda benua menjadi sangat erat dan dekat. Dalam konteks ini, kita
mengamini kata ilmuan komunikasi tersohor Marshall Mcluhan dalam karyanya
yang cukup populer Understanding Media:
Extension of a Man menyatakan bahwa masyarakat dunia berada pada kondisi
desa global (global village) yang
berhubungan satu dengan lainnya karena kekuatan teknologi komunikasi dan
informasi.
Teknologi digital serta realitas konvergensi media membawa
konsekuensi serius pada kehidupan umat manusia. Segala peristiwa dan
informasi, baik maupun buruk, benar atau tidak benar peristiwa itu dapat
tersebar dengan mudah melalui kanal-kanal komunikasi yang kita miliki apalagi
lewat gadget yang sudah membudaya. Asalkan jaringan internet terkoneksi maka
beragama informasi dapat diakses lewat saluran komunikasi ini.
Dengan gadget, kita dapat menonton seperti televisi,
mendengarkan layaknya radio, membaca koran, bahkan live streaming. Di tengah
terpaan teknologi dan tsunami informasi, persoalan lain muncul. Umumnya
masyarakat kita tidak melakukan verifikasi dan seleksi atas informasi yang
diterima. Lebih parah lagi, kebiasaan copy paste kemudian melakukan share
informasi yang kebenarannya masih perlu diverifikasi— sudah menjadi kebiasaan
dalam perilaku masyarakat informasi.
Melawan Hoax
Persoalan hoax menjadi keprihatinan bersama. Presiden
Republik Indonesia Joko Widodo beberapa waktu belakangan memberi kritik
terhadap maraknya berita bohong yang tersebar melalui media, khususnya media
sosial (medsos) yang menimbulkan keresahan masyarakat. Bahkan, fenomena hoax
mengancam kerukunan, keharmonisan, dan kebhinekaan yang dimiliki bangsa kita.
Hoax menebarkan kebencian antarmanusia dengan mempertentangkan sisisisi perbedaan
ras, suku, agama, maupun antargolongan (SARA).
Ini membahayakan eksistensi dan masa depan Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan
ideologi negara. Penyikapan hoax juga dilakukan di Bandung pada 20 Februari
2017 di Alun-Alun Kota Bandung. Gerakan melawan hoax sebagai bagian dari
rangkaian kegiatan menyambut event internasional IBRAF memberi pesan
perlawanan hoax secara bersama karena jika dibiarkan akan membahayakan masa
depan kemanusiaan.
Pada pagi itu, saya bersama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil
(Kang Emil) dan masyarakat Bandung berkumpul menyampaikan pesan kepada
masyarakat dunia agar melawan hoax. Gerakan melawan hoax dimulai dari diri
sendiri dengan mengedepankan verifikasi informasi yang kita terima untuk
menjaga akurasi informasi.
Memilah serta memilih informasi yang baik dan buruk, tidak
lantas menyebarkan kepada orang lain, apalagi menggunakan ruang publik
demokrasi seperti frekuensi publik. Spirit ini digelorakan menuju perdamaian
dan kerukunan masyarakat. Pesan harmoni dan perdamaian masyarakat di dunia
terus didorong melalui informasi yang memainkan peran strategis di era saat
ini yang dibanjiri berbagai informasi yang mendera kita semua.
Posisi Indonesia
Kegiatan IBRAF menjadi pertaruhan penting posisi bangsa
Indonesia di mata negara- negara di dunia. Agenda IBRAF tidak hanya bercerita
mengenai peran penting Komisi Penyiaran Indonesia maupun industri penyiaran,
namun hal ini menyangkut nama baik kita semua, Pemerintah Indonesia atas nama
Merah Putih. Seyogianya kita memberi kontribusi nyata yang solutif terhadap
situasi zaman yang dipenuhi tantangan besar akibat informasi media massa.
Menguatnya kebencian-kebencian antarmanusia dan
bangsa-bangsa di dunia tidak lepas dari pengaruhi informasi. Gerakan radikal
menyebar melalui Youtube, medsos, bahkan media mainstream yang membuat citra
suatu agama menjadi kurang baik bahkan dilabelisasi dengan aksi-aksi ahumanis
dan bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri.
Akibatnya, terjadi Islamfobia, radikalisme, dan stereotipe
negatif terhadap agama tertentu. Dari Indonesia, kita sebarkan message
positif kepada dunia. Informasi terlebih yang menyebar melalui media massa
harus digunakan sebagai kekuatan strategis untuk menciptakan kerukunan umat,
mewujudkan harmoni, serta perdamaian dalam perbedaan untuk masa depan
kemanusiaan dan dunia yang lebih baik serta beradab. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar