Picard
dan Keberlangsungan Media
Ignatius Haryanto ;
Peneliti
Senior LSPP;
Anggota Koalisi Nasional
Reformasi Penyiaran (KNRP)
|
KOMPAS, 28 Februari 2017
Apakah media berbasis jurnalisme masih mempunyai masa
depan?
Di tengah aneka media yang ada, pun ditambah pelbagai
inovasi industri media mutakhir, apakah media berbasis jurnalisme masih punya
tempat dalam masyarakat sekarang? Demikian pertanyaan penting yang diajukan
Robert G Picard menghadapi hiruk-pikuk perkembangan industri media hari ini.
Menarik menelusuri usulan Picard yang tertuang dalam bukunya yang terakhir,
Value Creation and the Future of News Organization: Why and How Journalism
Must Change to Remain Relevant in the Twenty-first Century (Lisbon:
Formalpress | Media XXI, 2010).
Picard seorang ahli masalah ekonomi media, profesor
ekonomi Hamrin dan direktur Media Management and Transformation Centre,
Jonkoping International Business School, Jonkoping University, Swedia. Ia
menulis tak kurang 23 buku, di antaranya The Economics and Financing of Media
Companies; Media Firms: Structures, Operations and Performance; Media
Economics: Concepts and Issues. Ia punya reputasi mengajar di kampus seperti
California State University, Louisiana State University, Universitas Paris,
Universitas Amsterdam, Universitas Shanghai, dan lain-lain.
Apa yang disampaikan Picard mungkin menarik untuk mendapat
gambaran apa tawaran solusi yang diajukan profesor ekonomi media dalam
melihat naik turunnya industri media saat ini. Sejumlah poin ini menarik untuk
kita renungkan bersama dan didiskusikan lebih lanjut.
Puluhan atau ratusan tahun sudah biasa bahwa isi media
ditentukan oleh para pengelolanya, apakah itu redaktur surat kabar, majalah,
produser radio, ataupun produser televisi. Selama itu para redaktur merasa
apa yang mereka tampilkan adalah apa yang menurutnya baik dan penting untuk
publik. Selama puluhan dan ratusan tahun itu interaksi antar-pengelola media
dan audiens boleh dibilang kecil, sedikit, dan cenderung bersifat monolog, di
mana pesan yang disampaikan tak segera menghasilkan dialog.
Kini dengan revolusi komunikasi yang ada, premis di atas
dipertanyakan kembali: apakah betul apa yang dianggap penting oleh para
redaktur dan produser adalah hal yang penting dan relevan untuk audiens?
Terutama ketika ada sedemikian banyak pilihan yang ada, maka informasi yang
ada akan mudah dipilih audiens, mana yang ia mau konsumsi dan mana yang
tidak.
Picard melihat sekarang media cenderung menyajikan apa
yang dianggap lebih menarik untuk audiens, yang membuat mereka mau membaca
atau mendengarnya. Kondisi ini membuat berita serius menjadi lebih berkurang
dan informasi yang justru berkembang adalah informasi soal kesehatan,
informasi soal hubungan percintaan, isi yang infotainment, gaya hidup.
Hari ini terjadi pergeseran letak kontrol terhadap isi
media dari si komunikator kepada audiens yang saat ini berperan lebih aktif
dalam memilih dan menghasilkan informasi. Individu saat ini banyak melakukan
proses seleksi dan memiliki kemampuan melakukan filtering (penyaringan)
informasi. Individu juga bisa berinteraksi dengan isi media dan ia pun bisa
berkontribusi pada konten media tersebut. Audiens pun bisa memproduksi pesan
yang kemudian akan dikonsumsi oleh banyak orang.
Penciptaan nilai-nilai baru
Picard menawarkan pendekatan yang ia sebut sebagai
perspektif tentang pembentukan nilai-nilai (baru), terjemahan dari the value
creation perspective. Perspektif penciptaan nilai-nilai baru ini mengajukan
tesis bahwa nilai itu ada di benak konsumen dan perspektif ini juga menjadi
suatu alat ukur dari suatu produk atau layanan apakah berguna atau penting
untuk konsumen.
Picard kemudian mendefinisikan kebutuhan baru audiens dan
apa yang dapat disajikan oleh media hari ini. Buat Picard kebutuhan yang
tetap dirasakan audiens terhadap media adalah mereka yang dapat mengedepankan
kebenaran, kejujuran, memfasilitasi komunitas, dan memberikan penegasan atas
sosok dirinya. Media juga diharapkan tetap mengedepankan pengetahuan,
munculnya pengertian bersama, rasa
memiliki, keamanan, dan memberikan ruang bagi pentingnya diri individu
itu.
Picard juga memperhatikan soal penciptaan nilai baru ini
dikaitkan dengan lima pemangku kepentingan media saat ini (investor,
pengiklan, jurnalis, individu, masyarakat), dan setiap tindakan yang
dilakukan media pada saat ini dikembalikan pada lima pemangku kepentingan dan
bagaimana masing-masing menanggapi tindakan media itu.
Sebagai contoh, misalnya Picard mengatakan bahwa
peningkatan jumlah informasi yang dihasilkan media tak selalu berbanding
lurus dengan hasil positif yang dihasilkannya. Dari perspektif lima pemangku
kepentingan yang ada, maka yang menilai positif soal pertambahan jumlah
berita itu hanyalah audiens (dan itu pun memiliki kurva yang cenderung
menurun setelah kurun waktu tertentu).
Pemangku kepentingan lain (investor, pengiklan, jurnalis,
dan masyarakat) secara umum melihat persoalan penambahan jumlah ini secara
negatif. Picard merujuk pada kecenderungan umum bahwa informasi yang ada saat
ini sangat banyak, datang dari pelbagai macam media, sehingga publik pun
kebingungan untuk memilahnya.
Contoh lain, Picard pun mempertanyakan soal kecepatan
penyampaian informasi yang seakan menjadi diktum pada saat sekarang. Menurut
Picard, kecepatan penyampaian
informasi tak sebanding dengan keakuratan beritanya. Audiens saat ini
cenderung mau menunggu sedikit lebih lama suatu berita asal berita yang
muncul dapat dipertanggungjawabkan dan faktual. Buat audiens, nilai yang mereka mau ambil
dari media tetaplah soal "kebenaran" (truth), "kejujuran"
(honesty), dan ini bukan soal kecepatan (speed).
Hal positif yang Picard katakan adalah jika media
menghasilkan berita yang eksklusif (yang tak muncul di media lain), maka
semua pemangku kepentingan merespons positif hal ini, baik itu audiens, masyarakat,
jurnalis, investor, maupun pengiklan. Mungkin inilah salah satu nilai yang
harus terus digarap oleh media untuk membuatnya tetap relevan di tengah arus
informasi yang serba seragam. Picard menyarankan untuk memperbanyak berita
eksklusif yang dihasilkan oleh media.
Hal lain yang juga menarik adalah kecenderungan menyangkut
berita yang terspesialisasi, yang juga mendapat respons positif seluruh
pemangku kepentingan. Beberapa usulan Picard mungkin bisa dipertimbangkan:
(1) tetap menekankan pada aktivitas jurnalisme dan proses pembuatan berita;
merespons kecenderungan bahwa aktivitas jurnalisme telah bercampur dengan
hiburan, infotainment, (2) menjadi media yang spesialis atau media yang
melokal. Dengan menjadi spesialis maka berita eksklusif bisa dihasilkan,
dengan menjadi lebih lokal maka liputan pun jadi lebih eksklusif.
Kemudian, (3) mengubah penekanan dalam peliputan.
Penekanannya bukan pada jumlah berita dan kecepatan penyampaiannya, tetapi
apa dampak dari peristiwa itu kepada hidup individu, audiens atau masyarakat,
(4) menyelamatkan pembaca dari banjir informasi, (5) media menjadi penasihat
yang dapat dipercaya bagi pembaca, (6) penekanan pada kemudahan konsumen
dalam menggunakannya, (7) menjadi platform yang lebih dipilih dari aneka
platform yang ada.
Selanjutnya, (8) memberikan ruang partisipasi bagi audiens
dalam proses jurnalistik, (9) membuat konsumen merasakan pengalaman yang tak
dapat dilupakan; meningkatkan kredibilitas dari organisasi media dan
memastikan kepuasan pengguna bukan satu-satunya nilai untuk membuat
organisasi media bertahan di masa mendatang, tetapi dengan cara pelibatan
audiens, memuaskan audiens, dan menghasilkan pengalaman yang tak terlupakan
bagi penggunanya.
Pekerjaan rumah
Dari sejumlah usulan Picard memang ada banyak pekerjaan
rumah yang harus dikerjakan jika ingin bertahan dalam situasi sekarang. Media
kita perlu menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada, dan mempersiapkan
institusi, SDM, serta visi yang panjang ke depan untuk menghadapi tantangan
besar pada masa sekarang. Banyak pihak yang terbata-bata mengeja perkembangan
yang ada saat ini, sembari terus menimbang, apakah betul dekade ini adalah
dekade akhir bagi industri berbasis informasi seperti jurnalisme ini?
Menjadi tetap relevan adalah kata kunci yang penting
dipegang. Kegiatan jurnalistik harus tetap relevan bagi masyarakat di
sekitarnya, dan mereka yang mengelolanya dituntut kreatif menjawab tantangan
itu dengan lingkungan yang sedang berubah pesat seperti sekarang. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar