Inovasi
Teknologi Solusi Bangsa
Joni Hermana ;
Rektor
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
|
JAWA
POS, 22
Februari 2017
KEJAYAAN peradaban suatu bangsa bisa maju dan mundur.
Dalam alur sejarah, pudarnya peradaban bangsa terjadi karena pengingkaran
esensi ketuhanan dan ketidakmampuan beradaptasi dengan perubahan teknologi
yang biasa disebut inovasi.
Inovasi kini menjadi kata kunci kemajuan bangsa. Bukti
inovasi memiliki efek kemajuan dijumpai di beberapa negara maju. Pekan lalu
kami berkesempatan mendampingi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berkunjung
ke Amerika Serikat (AS). Tujuan utamanya, melihat langsung inovasi terkini di
pusat teknologi Negeri Paman Sam. Ada beberapa perusahaan dan kampus
terkemuka yang dikunjungi. Antara lain Silicon Valley, Google, Facebook,
Universitas Stanford, Universitas Berkeley, dan Intel.
Perjalanan ke AS merupakan bagian dari misi besar Ibu
Risma, yang ingin mewujudkan Kota Surabaya sebagai pusat ekonomi digital
dengan memberdayakan anak-anak muda untuk melakukan start-up business yang
ditunjang sistem teknologi informasi (TI) berbasis internet. Terobosan
inovatif itu sengaja dilakukan untuk kemajuan kota.
Seperti diketahui, Ibu Risma selama ini telah ikut
berperan sukses memberdayakan penduduk Kota Surabaya, terutama ibu-ibu
kampung, dengan pembangunan ekonomi melalui program kampung tematik. Juga,
terbukti upayanya itu telah mendapat banyak penghargaan dari dalam dan luar
negeri.
Ibu Risma tampaknya menyadari bahwa kemajuan kota sama saja
dengan kemajuan bangsa. Dan setiap kemajuan selalu dimulai dari inovasi.
Dalam hal ini, Pemkot Surabaya merasa perlu menggandeng berbagai ahli,
praktisi, dan kalangan akademisi, termasuk dari ITS Surabaya, untuk
mengembangkan Surabaya sebagai kota start-up digital layaknya Silicon Valley,
San Francisco, di AS.
Belajar dari para pelaku ekonomi digital dunia, baik
kalangan bisnis maupun akademisi di AS, benar-benar membuka mata bahwa
American dream is not just a dream. Impian AS bukan sekadar impian. Mereka
juga berusaha mengejarnya agar menjadi kenyataan walaupun dengan imajinasi
yang kadang dianggap tak terjangkau. Mereka tidak saja bicara dalam dimensi
air, tanah, dan udara. Mereka juga bicara soal bisnis luar angkasa! Itulah
sisi lain inovasi.
Bukan hanya itu, dalam kunjungan tersebut kami juga
menyempatkan diri melihat langsung sejarah perkembangan komputer di Museum
Komputer AS. Mungkin itu museum komputer terlengkap di dunia. Sebab, semua
komputer yang pernah dibuat di dunia sejak pertama kali dikembangkan pada
1945-an, saat terjadi Perang Dunia, sampai saat ini ada.
Yang menarik, menurut sejarahnya, komputer awalnya
diciptakan untuk tujuan perang, yaitu menghitung trajektori atau lintasan
rudal yang diluncurkan agar tepat sasaran. Berapa sudut tembak dan kecepatan
yang harus diset saat rudal akan diluncurkan, menghitungnya biasanya
memerlukan waktu cukup lama.
Dengan peralatan komputer sederhana, menghitungnya bisa
lebih cepat sehingga rudal dapat secara akurat diluncurkan dan mengenai
target. Sukses dengan sistem terobosan itu, beberapa ilmuwan mencoba untuk
mengembangkannya ke dunia bisnis dan industri hingga dunia pendidikan.
Tentunya dimaksudkan agar proses bisnis lebih cepat apabila dibantu mesin
penghitung yang mampu mengolah data dengan lebih banyak, cepat, dan akurat.
Inovasi sistem komputer kini terus berlangsung dan
berkembang seiring kebutuhan yang terus tumbuh. Orang AS bilang, necessity is
the mother of invention. Kebutuhan adalah ibu dari penemuan. Maka, sejak itu
lahirlah temuan-temuan baru yang kalau melihat bentuknya saat ini tampak
sangat aneh.
Misalnya, untuk sampai ke teknologi televisi seperti yang
kita lihat sekarang, mereka harus memulainya dengan membuat bulatan gelas
seperti bola lampu yang di salah satu bagiannya dicat metalik mengkilat agar
mampu merefleksikan gambar yang akan ditampilkan. Pemantulannya memerlukan
panjang alat kurang lebih 80 cm. Aneh, kan? Justru siapa sangka hal itu kini
menjadi sesuatu yang luar biasa, yaitu menjadi TV layar datar dengan kualitas
gambar yang sangat tajam dan detail.
Ada satu hal lagi hal yang menarik untuk diperhatikan.
Hampir semua peralatan canggih saat ini memerlukan sistem komputer di
dalamnya. Mungkin di antara kita juga tidak sadar bahwa mobil modern yang
dipakai saat ini ternyata menggunakan tidak kurang dari 300 sistem komputer
di dalamnya! Artinya, tiada peralatan elektronik, otomotif, maupun lainnya
yang tanpa sistem komputer di dalamnya saat ini.
AS sangat bangga bahwa hampir semua produk elektronik dan
komputer berawal dari kepiawaian bangsanya. Mereka merasa selalu menjadi
pelopor dalam pengembangan teknologi itu, sebut saja radio, televisi,
komputer, dan produk-produk elektronik lain. Namun, secara perlahan tapi
pasti Amerika juga mulai menyadari bahwa kebanggaan sebagai sebagai pelopor
saja tidak cukup. Mereka harus berusaha mempertahankannya.
Fakta membuktikan bahwa diam-diam bangsa lain memanfaatkan
hasil temuan mereka, mengembangkannya lagi, kemudian justru merekalah yang
menguasai pasar pada akhirnya. Produk-produk audiovisual dan komputer yang
menguasai pasaran saat ini bukanlah buatan AS lagi. Bahkan, di Museum
Komputer di California itu pun, saya lihat, display elektronik digital yang
digunakan adalah produk Korea. Karena itulah, pemandu kami yang juga salah
satu orang penting di Google mengatakan bahwa mereka harus terus berinovasi.
Sebab, kalau tidak, mereka akan menjadi bangsa yang tertinggal walaupun dulu
merekalah yang merintis teknologinya.
Dari kisah perjalanan tersebut, ada pelajaran penting bagi
bangsa kita. Yakni, perlunya kita semua untuk berani berinovasi dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Rasanya memang tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini bila kita mau berinovasi, berinovasi, dan berinovasi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar