Sabtu, 01 Mei 2021

 

Roh Dikti-Ristek, Menyalakan Kemanusiaan dan Menjadi Trengginas

JC Tukiman Taruna ;  Ketua Dewan Penyantun Universitas Katolik (Unika) Soegijapranata, Semarang

KOMPAS, 30 April 2021

 

 

                                                           

Dalam konteks turut serta mendukung terbentuknya ekosistem investasi pendidikan, pengembangan dan akselerasi ke depan terkait pendidikan tinggi (dikti)-riset teknologi (ristek) sangat ditentukan oleh dua kata kunci ini: inflammare humanitatem dan drive agility.

 

Inflammare humanitatem, menyalakan kemanusiaan (IH/MK), penulis serap dan sarikan dari presentasi salah satu (dari tiga) kandidat rektor di hadapan senat universitas kami. Intinya, pengembangan dan akselerasi dikti-ristek harus pertama-tama bertumpu pada menyalakan kemanusiaan terlebih dahulu untuk dapat ”menyalakan” kegiatan riset teknologi.

 

IH/MK berasaskan pada tiga hal pokok, yaitu (a) berakar pada penghormatan kepada nilai-nilai kemartabatan manusia, (b) supaya siapa saja—dosen tenaga kependidikan, mahasiswa, dan lainnya—terus termotivasi untuk bertekun pada proses, dan (c) sehingga terus berorientasi kepada buah/hasil yang berkualitas.

 

Rasa hormat terhadap nilai-nilai kemartabatan manusia, seperti kejujuran, saling percaya, bersikap adil, ugahari (Jawa: lembah manah lan prasaja), dan kasih sayang, perlu terus dinyalakan lewat berbagai cara meski kata kuncinya hanya satu, yakni merasa sejahtera (kesejahteraan bersama).

 

Jika setiap individu yang terlibat dalam pengembangan dan akselerasi dikti-ristek merasakan makna kesejahteraan; akan bernyalalah kegiatan ristek apa pun; orang akan bertekun dalam proses, dan juga akan terus mengusahakan hasil yang terbaik. Inflammare humanitatem.

 

”Drive agility” dan IKU dikti

 

Tanpa harus menyebutkan nama perusahaannya, drive agility, menjadi trengginas (DA/MT), adalah model marketing baru di zaman digital saat ini, sebagaimana sedang diterapkan oleh sebuah perusahaan raksasa yang berkiprah di Indonesia. Intinya, generasi digital saat ini tidak cukup hanya cerdas, tetapi agilitas (ketrengginasan) dia harus semakin terasah untuk dari detik ke detik lain siap berkompetisi.

 

DA/MT sangat diperlukan to address shifting of demands, lewat tiga komponen kegiatan utama, yakni pertama, produk yang akan dijual itu fokus (pada dua atau tiga ranah saja); kedua, dibuat secara rinci dan teruji portofolio atas produk terfokus itu; dan ketiga, jeli dan trengginas dalam ”segera memenuhi” product in home consumption.

 

Makna agilitas dalam konteks pengembangan dan akselerasi kampus merdeka (dikti)-riset teknologi—harap tidak dituduh latah—ialah setiap program studi dituntut memiliki ”produk fokus”. Maksudnya, mahasiswa dari program studi apa pun perlu didorong untuk jeli dan trengginas dalam melakukan kegiatan riset teknologi sehingga mampu menjawab kebutuhan domestik masyarakat, entah terkait kebutuhan domestik, seperti gizi, kesehatan lingkungan, ekonomi rumah tangga, teknologi penjernihan air, dan pengolahan sampah.

 

Ke depan, kiprah dikti bukan saja diukur atas dasar penerapan DA/MT dengan fokus utamanya mampu menjawab kebutuhan domestik masyarakat yang sinergis dengan program studi; melainkan juga atas dasar pengembangan secara tajam dan terfokus instrumen evaluasi dikti sebagaimana dirumuskan ke dalam IKU (indikator kinerja utama).

 

Seperti diketahui, ada delapan IKU yang ke depan ini akan dan harus memacu dikti untuk semakin terfokus. Ke delapan IKU meliputi: pertama, lulusan mendapatkan pekerjaan yang layak, dengan pendapatan di atas UMR, lanjut studi atau berwiraswasta. Kedua, mahasiswa mendapatkan pengalaman di luar kampusnya, seperti magang kerja dan ikut dalam proyek desa.

 

Ketiga, dosen berkegiatan di luar kampus. Keempat, merekrut dosen yang berpengalaman di industri ataupun praktisi. Kelima, hasil kerja dosen (riset, pengadian masyarakat, dan sebagainya) dapat digunakan masyarakat dan dapat rekognisi secara domestik ataupun internasional. Keenam, program studi bekerja dengan mitra kelas dunia lewat kurikulum, magang, dan lain-lain.

 

Ketujuh, model perkuliahan yang kolaboratif dan partisipatif melalui evaluasi berbasis proyek atau juga kasus. Kedelapan, program studi berstandar internasional dengan akreditasi tingkat internasional juga.

 

Simpulannya, mengejar implementasi DA/MT serta upaya memenuhi tuntutan IKU sangat boleh jadi akan ada banyak lembaga pendidikan tinggi terengah-engah, apalagi jika mekanisme IH/MK tidak dibangun secara sepenuh hati/konsisten. Roh dikti-ristek ada di mekanisme terbangunnya kesadaran tentang pentingnya inflammare humanitatem dan sikap jeli trengginas dalam drive agility. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar