Sabtu, 29 Mei 2021

 

Perubahan Iklim dan Pengasaman Laut

Marsya J Rugebregt ;  Peneliti Marine Biogeochemistry – Chemical Oceanography Pusat Penelitian Laut Dalam (PPLD) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

KOMPAS, 25 Mei 2021

 

 

                                                           

Perubahan iklim adalah perubahan pada suhu, curah hujan, pola angin, dan berbagai efek-efek lainnya yang terjadi secara drastis. Kenaikan suhu permukaan bumi berdampak global, tidak terkecuali pada lautan. Hampir 71 persen planet ini merupakan laut biru yang memiliki fungsi yang penting bagi kehidupan bumi.

 

Lautan berfungsi untuk mengatur suhu bumi, tentu kenaikan suhu permukaan bumi akan berpengaruh sangat besar bagi Indonesia yang memiliki lautan yang luas. Dengan menyerap sinar matahari kemudian mendistribusikannya sehingga dapat mengatur cuaca, ini berarti lautan sangat vital bagi siklus karbon.

 

Jika terjadi perubahan iklim, kemampuan lautan akan terganggu. Salah satu dampaknya adalah terjadi pengasaman laut, yaitu penyerapan karbon dioksida (CO2) secara terus-menerus oleh lautan yang menyebabkan penurunan kemampuan laut untuk beradaptasi. Penelitian Friedlingsten Dkk menunjukkan, pada 2006 dan 2015, lautan menyerap sekitar 25 persen antropogenik karbon dioksida. Laut menyerap CO2 menyebabkan penurunan pH laut global 0,002 per tahun.

 

Sumber dari pengasaman laut sebagian besar karena ulah manusia yang tidak peduli dengan lingkungan. Seperti halnya pengasaman laut, kerusakan lingkungan lainnya, seperti hutan gundul, kekeringan, air laut naik dan gunung es mencair yang memicu pemanasan global juga akibat ulah manusia, bahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendefinisikan perubahan iklim sebagai gejala yang disebabkan baik secara langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia (Febriansyah, tirto.id, 2019).

 

Masuknya air tawar yang mengandung bahan pencemar, seperti pupuk asam, bahan kimia yang dikeluarkan dari pengolahan air dan pembangkit listrik, serta erosi tanah berpotensi lebih besar untuk mengasamkan laut daripada CO2 atmosfer. Penting untuk selalu diingat bahwa kegiatan-kegiatan manusia cenderung tidak ramah bahkan mengabaikan lingkungan.

 

Penggunaan bahan bakar fosil untuk transportasi dan industri, AC, freon, kebakaran hutan dan sebagainya mengakibatkan komposisi gas yang ada di atmosfer berubah, khususnya gas-gas rumah kaca. Dengan bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti gas metana (CH4), dinitroksida (N2O), metana (CH4), sulfurheksaflourida (SF6), perfluorokarbon (PFCs), hidrofluorokarbon (HFCs), dan gas CO2 terbanyak di atmosfer sebesar 75 persen dari total gas yang ada di atmosfer, peningkatan CO2 di atmosfer mengakibatkan peningkatan suhu permukaan laut dan kenaikan permukaan air laut.

 

Pemanasan global yang terus meningkat setiap tahun mengakibatkan perubahan iklim. Hal tersebut telah terbukti, di mana pada musim-musim iklim tropis maupun subtropis telah mengalami perubahan waktu, mengakibatkan gejala El Nino dan La Nina sering terjadi.

 

Contoh nyata terjadinya pengasaman laut pada daerah pesisir adalah terjadinya ”pemutihan karang” atau coral bleaching. Jika karang memutih ini berarti karang sudah mati. Hal ini merupakan respons yang dapat dipicu oleh berbagai tekanan yang bekerja pada skala lokal. Peningkatan frekuensi pemutihan karang baru-baru ini telah menyebabkan kekhawatiran bahwa peningkatan suhu laut dapat mengancam seluruh wilayah terumbu karang.

 

McWilliam Dkk menyatakan bahwa kenaikan suhu regional sebesar 0,1 derajat celsius menghasilkan peningkatan 35 persen dan 42 persen pada intensitas pemutihan karang. Terumbu karang memiliki peranan yang penting sebagai pelindung pantai karena kemampuan pemecah ombak alami, tempat hidup berbagai jenis ikan, tempat berlindung berbagai biota laut, dan keindahan terumbu karang dapat kita nikmati sebagai wisata bahari. Jika terjadi pengasaman laut, apa yang kita dapatkan?

 

Perikanan tangkap

 

Dampak lain pengasaman laut bagi ikan berkaitan dengan gangguan pada organ visual dan organ penciuman. Kedua organ ini berperan penting dalam mengenali habitat atau tempat tinggal dan mengenali predatornya atau pemangsa. Pengasaman laut akan mengakibatkan ikan menjadi lebih rentan terhadap predatornya sehingga ketahanan hidupnya menurun. Efek jangka panjang dari pengasaman laut ini adalah menurunnya ketahanan hidup ikan, menurunkan jumlah populasi ikan, dan mengurangi biodiversitas dan densitas relatif dari spesies tertentu.

 

Pengasaman laut memiliki implikasi negatif terhadap biota laut lainnya, yaitu berpotensi membatasi kemampuan hewan laut bercangkang untuk membentuk cangkangnya. Akibatnya, hewan laut bercangkang mudah mati diserang oleh predator karena cangkang yang merupakan rumah sekaligus pelindungnya tidak kokoh.

 

Jika demikian, sektor kelautan, pesisir, dan perikanan merupakan sektor yang sangat banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim dan pengasaman laut. Menurunnya jumlah tangkapan ikan berpengaruh pada kehidupan ekonomi masyarakat yang bergantung pada laut. Lautan yang bebas dari kegiatan manusia hanya sekitar 13 persen. Sebagian besar wilayah perairan khususnya pesisir sudah banyak yang rusak sehingga membuat para pencari ikan untuk menangkap ikan lebih jauh lagi.

 

Jumlah tangkapan ikan dan hasil laut lainnya menurun sangat cepat. Alasannya, tempat hidup mereka sudah rusak. Peningkatan suhu dan penurunan pH akan membuat mereka berpindah mencari tempat lain sementara yang tidak dapat bertahan akhirnya mati sehingga jumlah populasinya menurun.

 

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pernah menyatakan Jakarta tengah berusaha mengurangi emisi dengan cita-cita Jakarta menjadi Zero Carbon City pada tahun 2050. Terdapat beberapa cara dalam mengurangi gas karbon dioksida yang ada di atmosfer, yaitu dengan penggunaan bahan bakar yang ramah lingkungan, tidak melakukan alih fungsi hutan, melakukan penyerapan CO2 melalui tumbuhan yang ada di darat (green carbon) dan di laut (blue carbon). Serapan CO2 yang paling optimal dan efektif dilakukan oleh lautan.

 

Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat produktivitas primer yang tinggi. Produktivitas primer yang tinggi berasal dari darat berupa nutrien organik yang dapat memicu pertumbuhan fitoplankton, terutama di daerah pesisir. Fitoplankton akan menggunakan CO2 untuk proses fotosintesis sehingga dapat mengurangi konsentrasi CO2. Dengan meningkatkan konsumsi karbon anorganik terlarut yang selanjutnya akan mengubah kesetimbangan tekanan parsial karbon dioksida (pCO2) permukaan air.

 

Dengan transplantasi karang, penanaman mangrove, mengurangi pembuangan limbah ke laut merupakan salah satu langkah nyata kita dalam mengurangi dampak dari perubahan iklim dan pengasaman laut. Vegetasi pesisir diyakini mempunyai kemampuan menyimpan karbon 100 kali lebih besar dibandingkan dengan hutan di daratan. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar