Sabtu, 22 Mei 2021

 

Bakti Profesi di Tengah Pandemi

Moh Adib Khumaidi ;  Ketua Terpilih PB IDI

KOMPAS, 20 Mei 2021

 

 

                                                           

Sudah jadi fakta sejarah bahwa proses pembentukan fondasi negara Indonesia pada awal abad XX telah menempatkan figur para dokter bumiputra sebagai pelopor semangat nasionalisme dan kesadaran berbangsa.

 

Eratnya jalinan benang merah keberadaan dokter dengan lahirnya semangat tersebut tidak terlepas dari watak yang dibentuk oleh proses pendidikan kedokteran dan sumpah serta etika yang harus dipatuhinya sebagai seorang dokter.

 

Tidak mengherankan jika pada periode 1908, kelompok pertama yang memiliki semangat nasionalisme adalah dokter. Inilah yang menjadi embrio kesadaran berbangsa yang pada gilirannya melahirkan semangat kebangkitan nasional.

 

Dokter Wahidin Sudirohusodo—penggagas berdirinya Budi Utomo—menyadari bahwa keterbelakangan dan ketertindasan rakyat harus dihadapi melalui organisasi yang dapat memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa.

 

Sejarah mencatat, 20 Mei 1908, organisasi Budi Utomo lahir. Hari lahir tersebut kemudian diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Sebuah awal dari kebangkitan bangsa yang bertujuan untuk mencapai kehidupan bangsa yang terhormat.

 

Ilmu kedokteran memberikan ilham dalam perjuangan dokter di era kolonial, perjuangan dan era saat ini di mana profesi kedokteran dan dunia kesehatan dihadapkan pada tuntutan dan tantangan yang berubah. Kesehatan global, pelayanan kesehatan masa depan yang masuk dalam digitalisasi informasi, masyarakat yang kritis, dan pandemi saat ini.

 

Mimpi perjuangan dokter nasionalis pada saat ini harus dihidupkan kembali di era kebangkitan dokter Indonesia untuk melawan pandemi Covid-19, mengembalikan peran dokter kepada peran kepemimpinan yang pernah mereka mainkan di garda terdepan perjuangan bangsa. Bidang kedokteran menawarkan metode, cara berpikir, dan metafor-metafor biologis dan fisiologis baru untuk mengevaluasi fenomena kesehatan yang terjadi saat ini.

 

Dokter dalam posisi yang unik untuk mendiagnosis patologi kondisi saat ini, mengidentifikasi sifat dan tekanan yang melekat dalam proses evaluasi sosial dan memberi resep intervensi terapeutik terhadap strategi dan kebijakan kesehatan saat ini dan mendatang.

 

Terjebak rutinitas

 

Dewasa ini, para dokter telah terjebak pada rutinitas profesionalisme yang sempit. Wawasan dokter saat ini hanyalah memahami mempelajari segala sesuatu tentang penyakit. Akibatnya, kewajiban untuk menyehatkan rakyat hanya sekadar menganjurkan minum obat dan suplemen serta mengobati pasien yang sakit.

 

Dokter lupa bahwa selain melakukan intervensi fisik, juga harus berperan dalam intervensi mental dan sosial di tengah masyarakat. Dokter sebagai seorang profesional-cendekia dalam kiprahnya melekat tanggung jawab sebagai agen perubahan (agent of change) sekaligus agen pembangunan (agent of development) untuk masyarakat.

 

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan peran dokter sebagai seorang profesional-cendekia ini sebagai "the five star doctors", yaitu dokter- dokter yang tidak hanya memiliki kompetensi sebagai penyedia pelayanan medis (medical care provider), tetapi juga melekat pada dirinya kompetensi-kompetensi lain, yaitu sebagai pemimpin komunitas (community leader), pengambil keputusan (decision maker), komunikator (communicator), dan sebagai seorang manajer.

 

Situasi pandemi Covid-19 menjadi pembelajaran bagi Indonesia, khususnya di bidang kesehatan. Problematika di bidang kesehatan semakin terlihat jelas di era pandemi Covid- 19 ini. Pandemi Covid-19 di Indonesia sudah berlangsung satu tahun sejak masuk di Indonesia awal Maret 2020. Namun, Indonesia masih mengalami persoalan mendasar dalam penanganan pandemi Covid-19.

 

Munculnya penyakit menular seperti Covid-19 ini menunjukkan keterkaitan dengan kesehatan global yang berfokus pada biosekuritas, dan upaya untuk mencegah penyebaran penyakit menular yang membutuhkan strategi yang tepat berdasarkan referensi dan pandangan para dokter sebagai pakar kesehatan.

 

Di sinilah peran dokter Indonesia dengan memberikan masukan terkait strategi intervensi penanganan kesehatan di era pandemi sangat dibutuhkan. Peran dokter Indonesia saat ini sangat strategis.

 

Dokter untuk Bangsa

 

Seperti pesan Voice to Lead and Vision for Future Healthcare, dokter di Indonesia juga harus berani menyuarakan gagasan dan kritik yang koheren dengan kondisi saat ini, serta mempunyai visi dalam kesehatan global dan kesehatan masa depan di Indonesia.

 

Dalam Hari Bakti Dokter Indonesia Ke-113 ini, refleksi perjuangan dokter di era 1908 dan kemerdekaan diimplementasikan dalam bentuk perjuangan juga saat ini melalui gerakan Dokter untuk Bangsa.

 

Gerakan Dokter untuk Bangsa yang dikaitkan dengan semangat dokter Indonesia membangun kembali kehormatan dan ketahanan (nasional) bangsa di era pandemi ini melalui gerakan yang menghimpun dan mengerahkan segenap potensi dokter dan potensi masyarakat untuk menyehatkan bangsa.

 

Melalui ”kuartet peran” (agent of change, agent of development, agent of treatment, dan agent of defense) yang seharusnya dijalankan dokter, masyarakat dan bangsa akan mendapatkan manfaat yang semakin besar dari potensi yang dimiliki oleh profesi kedokteran. Diharapkan gerakan ini akan kian memperkokoh peran dokter saat ini dalam menghadapi pandemi dan kesehatan masa depan di Indonesia. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar