Sabtu, 29 Mei 2021

 

Alutsista Angkatan Laut, Teknis dan Taktis

Nurhadi Sukma Waluyo ; Peneliti IDEAS

KOMPAS, 28 Mei 2021

 

 

                                                           

Indonesia dengan 76,38 persen wilayahnya berupa lautan mutlak membutuhkan alat utama sistem persenjataan Angkatan Laut yang andal. Salah satunya adalah kapal selam.

 

”High risk, high gain” mungkin adalah slogan yang sangat tepat untuk disematkan pada alat utama sistem persenjataan (alutsista) ini. High risk merujuk pada besarnya risiko yang harus dihadapi semua awak kapal selam, sementara high gain merupakan perolehan prestasi besar ketika kapal selam berhasil menjalankan misinya.

 

Untuk meminimalkan risiko, serangkaian prosedur standar operasi (SOP) yang berlapis pun dilakukan sebelum berlayar; dari pengecekan volume tangki-tangki, pompa hidrolik, kondisi baterai, katup-katup, hingga sistem ventilasi kapal.

 

Keandalan sistem

 

Kapal selam baru boleh berlayar ketika semua SOP ini dapat dilakukan dan sinyal lampu hijau diberikan oleh komandan kapal. SOP yang paripurna sebelum berlayar tidak serta-merta mengubah risiko saat berlayar. Proses berikutnya, menyelam, memiliki risiko yang tinggi.

 

Daya apung (buoyancy) kapal selam diatur oleh tangki pemberat pokok. Setelah menyelam pada kedalaman yang dituju, posisi kapal selam distabilkan melalui proses trim dengan menyesuaikan tangki-tangki atur. Beberapa awak kapal dilibatkan untuk memonitor proses ini sehingga diperlukan kerja sama yang solid antarawak kapal selam.

 

Ditambah lagi kondisi lautan yang memiliki kadar garam/massa jenis berbeda-beda, membuat proses trim harus terus dilakukan selama kapal menyelam. Kesalahan perhitungan dapat menyebabkan ketidakstabilan dan bisa berakibat fatal bagi kapal selam. Tidak ada ruang untuk kesalahan sekecil apa pun!

 

Sistem manajemen awak kapal selam juga dibuat agar kondisi mereka selalu prima dan siap dengan semua kedaruratan yang mungkin terjadi selama mengawaki kapal selam. Mereka dilatih untuk dapat berperan multifungsi selama bertugas sehingga kapal akan selalu berada dalam kondisi siap tempur.

 

Liputan CNN menyebutkan bahwa kemampuan dasar kedaruratan, seperti P3K standar sampai mengemudi, wajib dikuasai semua awak kapal selam, mulai dari komandan kapal hingga juru masak.

 

Awak kapal selam juga harus terlatih untuk bisa bertahan menghadapi musuh terbesar mereka ketika berada di kedalaman laut selama berhari-hari, yaitu kejenuhan yang secara alami akan muncul ketika mereka tidak bisa melihat matahari, menghirup udara bebas, dan berkomunikasi dengan dunia luar. Hanya orang-orang yang terseleksi dan lulus pendidikan saja yang dapat menjadi awak kapal selam.

 

Kapal selam juga didesain dengan teknologi paling mutakhir di dunia militer. Kita bisa mengambil contohnya dari struktur dan sistem sirkulasi udara kapal selam. Untuk dapat bertahan dari besarnya tekanan hidrostatis di kedalaman lautan, struktur kapal selam umumnya terdiri dari dua bagian utama, yakni lambung kapal/badan tekan yang kedap air dan cangkang/casing kapal.

 

Kedua bagian ini lalu digabungkan oleh teknik pengelasan khusus yang menjamin kekuatan struktur kapal. Hidrodinamis casing kapal pun didesain sehingga kapal dapat meluncur lebih cepat ketika menyelam dibandingkan dengan ketika berada di permukaan.

 

Sirkulasi udara di dalam kapal selam bekerja dengan prinsip yang sama persis dengan stasiun luar angkasa: regenerasi oksigen dan menangkap karbon dioksida di udara.

 

Regenerasi oksigen dilakukan dengan membawa tabung oksigen, memisahkan oksigen dari karbon dioksida yang ditangkap, dan juga lilin oksigen. Karbon dioksida umumnya ditangkap dengan memakai bahan kimia soda lime. Dua hal ini menjadi kunci bagi tersedianya suplai oksigen bagi awak kapal selam.

 

Persenjataan kapal selam

 

Aspek high gain terlihat ketika kita bergeser ke persenjataan yang dimiliki oleh kapal selam, seperti, torpedo dan rudal.

 

KRI Nanggala, walaupun hanya membawa torpedo, tetap menjadi mimpi buruk bagi kapal permukaan ataupun kapal selam musuh mengingat sulitnya mendeteksi posisi kapal selam sehingga torpedo dapat diluncurkan kapan pun.

 

Namun, proses penembakan torpedo juga berisiko tinggi mengingat tabung torpedo merupakan lokasi keluar masuknya dan juga lokasi di mana beban kapal seberat 1 ton lebih akan dilepaskan. Tangki-tangki atur pun akan kembali disesuaikan untuk menjaga kestabilan kapal.

 

Jika semuanya dalam kondisi yang aman dan prima, tak salah jika kapal selam mendapat julukan ”monster laut” yang siap menjalankan misi pengintaian tanpa terdeteksi musuh dan menyerang secara tiba-tiba jika diperlukan.

 

Kehadiran kapal selam akan menjadi sebuah jaminan ”balik kanan” bagi pihak-pihak yang ingin mengganggu dan mengancam kedaulatan wilayah yurisdiksi lautan kita. Sudah saatnya bangsa Indonesia menyongsong kebangkitan nasional dengan alutsista kapal selam yang semakin andal! ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar