Sabtu, 22 Mei 2021

 

Masa Depan Negara Israel

Musthafa Abd Rahman ;  Wartawan Kompas di Kairo, Mesir

KOMPAS, 21 Mei 2021

 

 

                                                           

Negara Israel yang diproklamasikan pada 14 Mei 1948, kini menghadapi tantangan serius  masa depannya. Negara berpenduduk sekitar 9,3 juta jiwa itu dengan geografis yang tidak terlalu luas, sekitar 20.770 km persegi, adalah negeri yang dibangun oleh kaum imigran Yahudi dari mancanegara, terutama dari Eropa. Sekitar 21 persen atau 2 juta dari keseluruhan penduduk Israel adalah warga Arab Palestina.

 

Warga Arab Palestina tersebut yang populer disebut Arab Israel atau Arab tahun 1948 adalah warga Arab Palestina yang memilih bertahan di kota-kota mereka saat terjadi petaka (nakba) tahun 1948. Petaka tahun 1948 itu adalah Perang Arab-Israel pertama yang dimenangi oleh Israel.

 

Hal itu memaksa ratusan ribu warga Arab Palestina mengungsi ke negara-negara Arab tetangga, seperti Lebanon, Suriah, Jordania, serta ke Jalur Gaza yang saat itu dikontrol Mesir dan Tepi Barat yang saat itu di bawah otoritas Jordania. Maka, Israel adalah negeri mozaik yang sesungguhnya memikul beban ancaman bahaya keretakan dalam struktur masyarakatnya.

 

Selain komposisi penduduk Yahudi yang heterogen, elemen penduduk negeri Israel yang paling sensitif adalah warga Arab Israel itu. Mereka secara resmi adalah warga negara Israel dengan membawa paspor dan kartu penduduk Israel. Mereka juga telah memiliki partai politik dan mempunyai kursi cukup signifikan jumlahnya di Knesset (parlemen).

 

Warga Arab Israel bisa dibilang cukup berhasil membangun partai dan kekuatan politik mereka semakin diperhitungkan di panggung politik nasional Israel. Pada pemilu dini Knesset 23 Maret 2021, dua partai politik Arab meraih 10 kursi dari 120 kursi Knesset, yakni partai Arab Joint List sebanyak enam kursi, dan partai United Arab List (Ra’am) sebanyak empat kursi.

 

Pada pemilu dini Knesset Maret 2020, partai politik Arab yang tergabung dalam koalisi Joint List Arab meraih 15 kursi. Joint List Arab pimpinan Ayman Odeh adalah aliansi dari empat partai Arab di Israel, yaitu partai Balad, Hadash, Ta’al, dan United Arab List.

 

Pada 28 januari 2021, United Arab List meninggalkan koalisi Joint List Arab dan ikut pemilu sendiri pada pemilu dini Knesset 23 Maret 2021. Pada pemilu dini Knesset, September 2019, Jont List Arab mendapat 13 kursi dan pada pemilu Knesset bulan April 2019 meraih 10 kursi.

 

Perolehan kursi partai politik Arab yang cukup signifikan dari pemilu ke pemilu, adalah berkat komitmen partisipasi warga Arab di Israel. Hal itu menunjukkan meningkatnya kesadaran mereka tentang semakin pentingnya perjuangan lewat Knesset untuk mendapatkan hak-hak warga Arab, baik di wilayah Israel sekarang maupun di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

 

Bahkan, saat ini partai United Arab List (Ra’am) pimpinan Mansour Abbas yang memiliki 4 kursi di Knesset menjadi penentu dalam pembentukan pemerintahan baru Israel. Di tengah perpecahan yang akut di kubu kanan Israel saat ini, semua partai politik Israel sangat membutuhkan dukungan United Arab List untuk dapat membentuk pemerintahan. Dengan kata lain, United Arab List adalah penentu siapa Perdana Menteri (PM) Israel mendatang.

 

Di luar partai politik Arab tersebut, banyak pula tokoh-tokoh Arab Israel yang bergabung dengan partai-partai politik Yahudi, seperti partai kanan Likud, partai tengah Biru-Putih dan partai kiri Buruh. Platform semua partai politik Arab di Israel adalah anti-Zionis dan mendukung solusi dua negara Israel dan Palestina.

 

Karena itu, partai-partai politik Arab di Israel seperti memiliki loyalitas ganda. Mereka berkiprah di negara Zionis, tetapi dalam waktu yang sama anti-Zionis. Mereka juga mendukung solusi dua negara Israel dan Palestina. Lebih dari itu, warga Arab Israel masih menunjukkan perasaan serumpun serta senasib dan seperjuangan dengan warga Arab Palestina di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem Timur.

 

Hal itu ditunjukkan ketika warga Arab Israel di kota-kota Israel yang berpenduduk warga Arab dalam jumlah besar turut mengobarkan perlawanan terhadap warga Yahudi dan Pemerintah Israel sebagai protes atas upaya Israel menggusur 12 rumah warga Arab Palestina di distrik Sheikh Jarrah, Jerusalem Timur dan aksi brutal aparat keamanan Israel atas warga Palestina di kompleks Masjid Al-Aqsa selama Bulan Ramadhan lalu.

 

Bentrokan horizontal secara luas tak terelakkan antara warga Arab dan Yahudi di kota-kota berpenduduk warga Arab dalam jumlah besar, seperti Kota Jaffa, Haifa, Lod, dan kota-kota lain. Warga Arab dan Yahudi saling serang di kota-kota tersebut.

 

Bahkan, Israel sampai sekarang masih menerapkan situasi keadaan darurat di Kota Lod yang berpenduduk 77.233 jiwa. Sekitar 30 persen dari keseluruhan penduduk kota Lod adalah warga Arab Israel. Kota Jaffa yang berpenduduk 46.000 jiwa, 35 persen penduduknya adalah warga Arab Israel.

 

Warga Arab di Israel hari Selasa (18/5/2021) turut melakukan mogok umum bersama warga Arab di Tepi Barat dan Jerusalem Timur, dengan menutup toko-toko, sekolah, dan klinik-klinik sebagai protes atas serangan militer Israel di Jalur Gaza.

 

Ini yang membuat pemerintah Israel panik dan disebut Israel dalam ancaman perang saudara. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz bahkan mengatakan, buat apa Israel menang dalam perang Gaza, tetapi jebol di pertahanan dalam negerinya.

 

Kecemasan atas masa depan harmoni hubungan warga Arab dan Yahudi di Israel saat ini semakin kuat menyusul hasil pemilu dini Knesset bulan Maret lalu yang menunjukkan semakin kuatnya tren populisme di negara itu.

 

Tren tersebut tidak hanya membuat semakin berat perjuangan rakyat Palestina dalam upaya meraih cita-citanya, yakni berdirinya negara Palestina di atas tanah tahun 1967 dengan ibu kota Jerusalem Timur, tetapi juga kian beratnya tantangan harmonisasi hubungan Arab dan Yahudi di Israel.

 

Hasil pemilu Knesset menunjukkan kubu kanan, ultrakanan, dan agama meraih mayoritas suara Knesset, yaitu 72 kursi. Partai kanan Likud meraih 30 kursi, partai kanan Yisrael Beiteinu tujuh kursi, partai kanan New Hope enam kursi, partai kanan Yamina tujuh kursi, partai ultra kanan UTJ (United Torah Judaism) tujuh kursi, partai ultra kanan Religious Zionism enam kursi, dan partai agama Shas sembilan kursi.

 

Suatu hal yang cukup mengejutkan adalah lolosnya partai ultrakanan Religious Zionism pimpinan Bezalel Smotrich masuk Knesset dengan meraih enam kursi. Platform ideologi partai Religious Zionism mengadopsi ideologi gerakan radikal Yahudi, Kach, yang bertekad mengusir seluruh warga Arab dari wilayah Israel sekarang, serta dari Jerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.

 

Jika harmonisasi hubungan Arab dan Yahudi di Israel terganggu, akan terganggu pula eksistensi negara Israel. Sebab, jika terjadi eskalasi ketegangan hubungan antara warga Arab dan Yahudi di Israel yang menyulut konflik horizontal secara luas, akan segera membangun solidaritas warga Arab di Tepi Barat dan Jalur Gaza terhadap saudaranya, warga Arab Israel.

 

Artinya warga Arab di Israel, warga Arab di Jalur Gaza, warga Arab di Tepi Barat dan Jerusalem Timur merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Karena itu, tantangan terbesar bagi Israel di masa mendatang adalah faktor demografi, di mana pertumbuhan penduduk Arab Palestina jauh lebih tinggi dibandingkan dengan warga Yahudi.

 

Penduduk Israel tahun 2021 ini sekitar 9,3 juta jiwa, di antaranya 21 persen adalah warga Arab. Adapun penduduk Tepi Barat sekitar 3 juta jiwa dan Jalur Gaza sekitar 2 juta jiwa. Komposisi penduduk Yahudi dan Arab jika digabung antara wilayah Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza kini berimbang, yakni sama-sama sekitar 7 juta jiwa.

 

Dalam 5 atau 10 tahun mendatang, penduduk Arab bisa dipastikan mayoritas jika digabung antara wilayah Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza. Bila kelak ada kerusuhan massal antara warga Yahudi dan Arab, akan menjadi masalah besar bagi eksistensi negara Israel.

 

Memang lebih baik segera ada solusi Palestina, baik dalam bentuk satu negara atau solusi dua negara, Israel dan Palestina. Inilah sebenarnya yang menjadi kemaslahatan Israel jika segera ada solusi isu Palestina ini. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar