Selasa, 18 Mei 2021

 

Setahun Kartu Prakerja

Sumarna F Abdurahman ;  Direktur Kemitraan, Komunikasi, dan Pengembangan Ekosistem Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja

KOMPAS, 17 Mei 2021

 

 

                                                           

Sebagai negara yang memiliki sumber daya manusia berlimpah, tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia adalah bagaimana menjadikan SDM, khususnya angkatan kerja, sebagai penggerak pembangunan dan bukan sebaliknya menjadi beban pembangunan.

 

Sejak era Orde Baru, pemerintah telah berupaya membangun SDM, tetapi belum mendapatkan model yang tepat. Kendala paling berat yang dihadapi adalah kondisi geografis dan demografis.

 

Pada tahun 2019 angkatan kerja Indonesia berjumlah 135 juta orang, di mana tujuh juta di antaranya adalah pengangguran. Lebih dari separuh pengangguran merupakan kaum muda yang berusia di bawah 25 tahun, berpendidikan lulusan SLTA ke atas, dan tinggal di perkotaan. Pandemi Covid-19 yang mulai terjadi awal tahun 2020 berdampak pada sektor ketenagakerjaan. Di Indonesia, jumlah pengangguran bertambah 2,67 juta orang.

 

Program Kartu Prakerja

 

Untuk mengatasi pengangguran dan meningkatkan kualitas tenaga kerja, pada awal tahun 2020 melalui payung hukum Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2020, Peraturan Menteri Koordinator (Permenko) Bidang Perekonomian Nomor 3 Tahun 2020, dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 25 Tahun 2020, pemerintah mencanangkan Program Kartu Prakerja yang intinya adalah program pelatihan yang bertujuan meningkatkan kompetensi, produktivitas, dan daya saing angkatan kerja.

 

Terjadinya pandemi Covid-19 membuat Program Kartu Prakerja beradaptasi dengan terbitnya payung hukum menjadi Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2020 dan Permenko Bidang Perekonomian Nomor 11 Tahun 2020. Misi Program Kartu Prakerja pun berubah menjadi semi-bantuan sosial.

 

Kelompok sasaran Program Kartu Prakerja adalah semua WNI berusia minimal 18 tahun yang tidak sedang menempuh pendidikan formal, buruh, wirausaha, pencari kerja, dan tenaga kerja korban pemutusan hubungan kerja.

 

Program Kartu Prakerja dilaksanakan dengan pendekatan end-to-end digital dan berkolaborasi dengan lembaga pelatihan, platform digital, dan mitra pembayaran teknologi finansial (tekfin/fintech).

 

Walaupun baru setahun berjalan, Program Kartu Prakerja telah menunjukkan keunggulan dibandingkan dengan pelatihan konvensional yang bersumber dari dana APBN yang dilakukan kementerian dan lembaga.

 

Keunggulan teknologi

 

Program pelatihan konvensional yang dilakukan secara luring (offline) mengharuskan peserta datang ke tempat pelatihan yang lokasinya sebagian besar berada di kota-kota sehingga menyulitkan peserta, terutama mereka yang berasal dari perdesaan.

 

Sebaliknya pada Program Kartu Prakerja, pelatihan dilakukan secara daring (online) di mana peserta dapat melakukannya di tempat masing-masing. Program Kartu Prakerja menggunakan teknologi digital, mulai dari pendaftaran peserta sampai pada pelaksanaan dan evaluasi pelatihannya. Hal ini menjadikan Program Kartu Prakerja sebagai program pelatihan berbasis digital yang pertama dikelola oleh pemerintah.

 

Keunggulan jangkauan

 

Sebagai dampak positif dari penggunaan teknologi digital, Program Kartu Prakerja mampu menjangkau seluruh wilayah NKRI dari Sabang sampai Merauke dan jumlah angkatan kerja yang besar. Selama setahun, Program Kartu Prakerja telah melatih sekitar delapan juta orang yang tersebar di 514 kabupaten/kota.

 

Dari Romye Hasballah, tukang las di Sabang, Aceh; Siti Komariah, guru honorer yang kemudian tembus tes CPNS di Tanjung Selor, Kalimantan Utara; Verly Naomi, ibu rumah tangga yang menekuni bisnis kecantikan di Papua; hingga peternak ayam Fedry Boelan di ujung selatan Indonesia di Pulau Rote; semua terjangkau oleh Program Kartu Prakerja yang berlangsung end to end secara digital.

 

Keunggulan jaminan mutu

 

Manajemen pelatihan Program Kartu Prakerja dikelola dengan sistem penjaminan mutu (quality assurance) yang bersifat terpadu. Pada aspek input, modul pelatihan yang akan masuk ke dalam ekosistem prakerja terlebih dahulu dikurasi oleh Tim Ahli Independen. Ini dilakukan untuk memastikan desain pelatihan memenuhi persyaratan yang ditetapkan.

 

Selanjutnya pada aspek proses, pelaksanaan pelatihan juga dipantau Tim Pemantau Independen untuk memastikan konsistensi antara desain pelatihan dan pelaksanaan pelatihannya.

 

Sementara pada aspek output, lembaga pelatihan melakukan evaluasi terhadap peserta untuk memastikan mereka telah menguasai kompetensi yang dilatihkan. Sebaliknya, peserta pelatihan juga memberikan penilaian terhadap pelatihan yang diikutinya.

 

Ada lebih dari 1.400 jenis pelatihan yang dikelola lebih dari 170 lembaga pelatihan disediakan Program Kartu Prakerja. Pelatihan-pelatihan ini sangat bervariasi, spesifik sesuai bidang dan passion peserta, harga bersaing, serta menggunakan modul yang sama untuk seluruh penerima Kartu Prakerja se-Indonesia.

 

Selain itu, para penerima Kartu Prakerja bisa memilih pelatihan yang sesuai dan fokus dengan arah pembangunan daerah masing-masing. Di Jawa Barat, misalnya, dengan arah pembangunan Provinsi Jawa Barat yang berfokus di antaranya pada pengembangan destinasi pariwisata, para penerima Program Kartu Prakerja dapat mencocokkan jenis pelatihan yang akan dipilih dengan minat, bakat, dan kemampuan setiap peserta lewat aplikasi machine learning.

 

Untuk percepatan pembangunan SDM Unggul dan Indonesia Maju, keunggulan yang dimiliki Program Kartu Prakerja merupakan model program pelatihan yang tepat untuk kondisi geografis dan demografis Indonesia. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar