Selasa, 18 Mei 2021

 

Sebelum Beli Aset Kripto, Cek Dulu Ini...

Joice Tauris Santi ;  Wartawan (Penulis kolom “INVESTASI”) Kompas

KOMPAS, 17 Mei 2021

 

 

                                                           

Demam aset kripto semakin terasa yang ditandai semakin banyaknya orang yang hendak membeli aset tersebut. Mereka berharap harga aset akan terus naik dan mendapatkan keuntungan.

 

Sebelum membeli aset kripto, ada baiknya pertimbangkan dulu beberapa hal ini. Fluktuasi harga mata uang kripto yang saat ini sudah mencapai 4.000 koin dan token, sangat tinggi. Harga dapat naik turun puluhan persen dalam hitungan menit. Naik turunnya lebih terasa dibandingkan naik jet coaster.

 

Pembelian aset kripto sebaiknya dilakukan setelah memiliki investasi lain yang risikonya tidak setinggi kripto. Misalnya, sudah memiliki tabungan untuk dana darurat, memiliki polis asuransi jiwa untuk perlindungan, atau memiliki reksa dana atau saham untuk investasi jangka panjang.

 

Jika dana yang digunakan untuk investasi jangka panjang seperti saham merupakan dana dingin atau dana yang tidak dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari, maka dana yang akan dibelikan aset kripto sebaiknya adalah "uang hilang". Maksudnya, uang yang bisa direlakan investor jika merugi dan tidak akan mengganggu kondisi keuangannya.

 

Misalnya, seorang investor mampu menanggung kehilangan uang sebesar Rp 1 juta. Jika uang itu lenyap karena harga aset yang turun dalam, investor itu masih dapat memenuhi segala kebutuhannya. Termasuk, kebutuhan untuk beristirahat dan tidur nyenyak setelah kehilangan uang, karena masih adanya aset lain.

 

Jika calon investor hanya mampu kehilangan Rp 300.000, sesuaikan saja dengan kemampuan itu. Tidak perlu memaksakan diri membeli aset kripto senilai Rp 1 juta, misalnya.

 

Investor lawas dalam dunia kripto tentu masih ingat, ketika Maret 2017 harga bitcoin melonjak dari 1.200-an dollar AS menjadi 5.000-an dollar AS per unit pada September. Bitcoin adalah aset kripto yang sukses dan menjadi patokan bagi kripto lainnya.

 

Sejak itu, harga bitcoin terus naik hingga akhirnya pada Desember 2017 mencapai 19.000 dollar AS per unit. Kenaikan itu membuat orang berbondong-bondong membeli bitcoin. Ada yang berutang, ada pula yang sampai melego rumah.

 

Namun, pada Januari-Februari 2018, harga bitcoin terpangkas sekitar 70 persen menjadi 6.000-an dollar AS saja. Harganya bahkan terus tergerus hingga akhirnya pada Desember 2018 hanya tinggal 3.000-an dollar AS per unit.

 

Dapat dibayangkan kerugian para investor yang menggunakan dana operasional sehari-hari apalagi sampai berutang, untuk membeli bitcoin pada harga tinggi tetapi kemudian harganya terus melemah.

 

Baru pada Juli 2020, harga bitcoin menanjak kembali mencapai 11.000 dollar AS per unit. Bahkan terus membukukan rekor harga baru hingga sempat mencapai 60.000 dollar AS per unit pada April 2021. Akhir pekan lalu (15/5/2021), bitcoin ditransaksikan pada kisaran 49.000 dollar AS per unit.

 

Hal lain yang perlu diperhatikan, selain mengunakan uang hilang, investor juga perlu memeriksa tempat penyimpanan aset kriptonya. Dompet untuk menyimpan aset kripto dapat berbentuk cold wallet yang tidak terhubung dengan internet alias luring (luar jaringan) atau offline. Ada pula yang berbentuk hot wallet, yaitu penyimpanan secara daring (dalam jaringan) atau online.

 

Contoh cold wallet adalah paper wallet, yakni selembar kertas yang berisi kunci dan kode QR yang bisa digunakan untuk bertransaksi aset kripto. Kelemahannya, kode ini tidak terenkripsi sehingga rawan digunakan pihak lain.

 

Selain itu, rentan terjadi kesalahan jika pengguna kurang memahami cara pemakaiannya. Misalnya, seharusnya transaksi menerima tetapi tertukar menjadi transaksi mengirim atau sebaliknya.

 

Perangkat keras cold wallet dapat juga berupa USB yang menyimpan data pengguna secara aman. Kelebihan penggunaan USB, lebih tahan terhadap virus komputer karena tidak pernah tersambung dengan jaringan internet.

 

Dibandingkan cold wallet, dompet hot wallet mudah digunakan dan mudah diakses karena terhubung dengan internet. Namun, dari sisi keamanan, rentan diretas dan terkena virus.

 

Hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah penjual aset kripto. Sejauh ini, ada 13 pedagang aset kripto yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

 

Dengan pilihan yang cukup banyak, calon investor dapat menelisik kekurangan dan kelebihan masing-masing. Misalnya, aspek biaya, keamanan, dan kemudahan penarikan aset atau uang.

 

Setelah itu, tentukan juga rencana investasinya. Apakah akan membeli untuk disimpan bertahun-tahun sembari berharap aset naik terus, atau untuk transaksi jual beli secara cepat (trading) dengan memanfaatkan fluktuasi harga.

 

Sebagaimana investasi pada aset lainnya, penting untuk membekali diri dengan keterampilan analisis. Cara analisis fundamental aset kripto tidak sama dengan cara analisis saham. Fundamental saham berupa kinerja perusahaan. Sedangkan aset kripto dapat bergerak liar naik atau turun hanya karena cuitan seorang Elon Musk, misalnya.

 

Sementara, cara analisis teknikal kripto mirip dengan cara analisis saham. Menentukan area support dan resisten serta menggunakan indikator seperti moving average dapat menjadi langkah awal untuk menentukan kapan harus membeli atau menjual aset kripto.

 

Selamat belajar. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar