Minggu, 30 Mei 2021

 

Bersiap Memasuki Era Penuaan Penduduk

M Nurul Alam Hasyim ; Pegawai di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara Bidang Statistik Sosial

KOMPAS, 29 Mei 2021

 

 

                                                           

Hari Lanjut Usia Nasional pada 29 Mei merupakan momentum untuk meningkatkan kepedulian dan penghargaan kita terhadap penduduk lanjut usia atau lansia. Perhatian khusus perlu ditujukan kepada para lansia mengingat jumlah populasinya kian meningkat. Proporsi penduduk lansia yang semakin tinggi, memosisikan Indonesia memasuki era ageing population atau penuaan populasi penduduk.

 

Perubahan struktur demografi penduduk Indonesia mulai terlihat terutama pada kelompok lansia (60 tahun ke atas). Hasil Sensus Penduduk tahun 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa persentase lansia di Indonesia sudah mencapai 9,78 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 yang hanya 7,59 persen. Bahkan menurut proyeksi penduduk oleh BPS, pada tahun 2045 penduduk lansia diperkirakan mencapai 19,9 persen atau hampir seperlima dari total penduduk Indonesia saat itu.

 

Penuaan penduduk terjadi karena meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH) secara progresif serta dibarengi dengan menurunnya angka kelahiran di Indonesia. AHH terus meningkat dari 69,81 tahun pada 2010 menjadi 71,47 tahun pada 2020. Selain itu, masyarakat juga sudah mulai memahami pentingnya membatasi jumlah anak melalui program Keluarga Berencana (KB) sehingga angka kelahiran penduduk Indonesia semakin turun. Alhasil, jumlah populasi kelompok umur tua semakin gemuk, sedangkan jumlah penduduk kelompok umur muda semakin ramping.

 

Keadaan lansia

 

Dinamika demografi pada era penuaan penduduk ini perlu menjadi perhatian khusus, terutama dari aspek kesehatan. Sudah menjadi keniscayaan bahwa seseorang semakin tua maka semakin rentan terhadap penyakit. Dari hasil Susenas Maret 2020, 48,14 persen lansia di Indonesia mengalami keluhan kesehatan.

 

Kondisi fisik lansia yang semakin lemah membuat para lansia sering berjibaku dengan berbagai macam penyakit kronis seperti hipertensi, penyakit sendi, diabetes melitus, penyakit jantung, stroke, ISPA, dan pneumonia (Riskesdas, 2018). Sebagai pelayan masyarakat, pemerintah dituntut terus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dan memberikan jaminan kesehatan bagi para lansia.

 

Tantangan pemerintah semakin berat mengingat pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum berakhir. Penduduk lansia merupakan kelompok dengan tingkat kematian yang tinggi akibat Covid-19. Dikutip dari laman covid19.go.id pada 24 Februari 2021, dari seluruh pasien Covid-19 yang meninggal, 48,3 persennya merupakan kelompok lansia. Oleh karena itu, vaksinasi Covid-19 terhadap lansia agar segera dirampungkan oleh pemerintah.

 

Meskipun kondisi fisik mulai melemah, tidak sedikit lansia yang masih produktif dan mencari nafkah untuk keluarganya. Biasanya, para lansia tetap bekerja dan produktif untuk mencari kesibukan dan menghilangkan kebosanan di masa tua. Selain itu, bagi lansia yang berada di keluarga kurang mampu, pensiun bukanlah pilihan yang tepat. Para lansia dari kelompok ini terpaksa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

 

Pada 2020, data BPS menunjukkan sekitar 50 persen penduduk lansia masih bekerja. Jika dilihat dari sektor lapangan pekerjaannya, para lansia mayoritas masuk ke sektor informal, yaitu sebesar 85,83 persen. Umumnya, para pekerja yang masuk ke sektor informal berpenghasilan kecil dan rentan dengan kemiskinan. Selain itu, para lansia tidak masuk ke sektor formal karena kebanyakan sektor formal tidak mempekerjakan pegawai atau karyawan yang sudah tua.

 

Lansia bekerja bukanlah hal yang buruk. Lansia yang produktif dapat hidup mandiri dan tidak terlalu bergantung dengan orang lain. Bahkan para lansia yang tetap produktif dapat menjaga pikiran dan badannya untuk tetap aktif sehingga menghasilkan output barang atau jasa yang dapat bermanfaat bagi perekonomian bangsa. Di sini perlu peran pemerintah supaya para lansia yang bekerja ini bisa tetap bekerja dengan aman bagi kesehatan fisik maupun mentalnya.

 

Untuk bisa memiliki pekerjaan yang bagus tentu memerlukan keahlian dan keterampilan yang mumpuni. Keahlian dan keterampilan ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Sayangnya, mayoritas penduduk lansia di Indonesia masih berpendidikan rendah. Data BPS menunjukkan, 42,29 persen lansia hanya tamatan sekolah dasar (SD) dan 38,34 persen tidak pernah sekolah atau tidak tamat SD. Selain itu, masih ada sekitar 18,71 persen penduduk lansia masih buta huruf.

 

Rendahnya pendidikan lansia merupakan dampak dari sulitnya mendapatkan akses pendidikan pada masa lalu. Untuk mengatasinya, diperlukan peran pemerintah untuk menyediakan layanan pendidikan bagi lansia. Para lansia perlu dibina dan diberikan pelatihan terkait berbagai hal, seperti kesehatan, keagamaan, sosial, budaya, dan sebagainya. Hal tersebut diperlukan agar para lansia bisa menjadi lebih berwawasan, terampil dan lebih mandiri.

 

Peran berbagai pihak

 

Gelombang peningkatan jumlah penduduk lansia harus dihadapi Indonesia dengan persiapan yang matang. Kita tidak ingin para lansia hidupnya terlunta-lunta dan hanya bergantung kepada orang lain. Oleh karena itu, kita harus mempersiapkan upaya-upaya agar lansia dapat hidup sejahtera dan mandiri. Upaya menyejahterakan lansia memerlukan peran berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat.

 

Pemerintah memegang peran penting dalam penyelenggaraan program-program yang ditujukan kepada lansia. Pemberian bantuan baik berupa bantuan tunai maupun non tunai harus lebih tepat sasaran dan lebih tepat guna sesuai kebutuhan para lansia.

 

Pemerintah perlu memikirkan strategi yang tepat agar program-program yang telah disiapkan mudah diakses oleh lansia. Prosedur yang berbelit dan informasi yang minim membuat para lansia kesulitan merasakan manfaat program bantuan dari pemerintah. Selain itu, pemerintah juga harus memastikan bahwa fasilitas-fasilitas umum yang tersedia sudah ramah terhadap lansia, seperti transportasi umum, tempat-tempat pelayanan kesehatan, pasar, maupun kantor-kantor pemerintahan.

 

Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga berperan penting dalam upaya menyejahterakan lansia. Peran masyarakat dapat dimulai dari hal yang sangat sederhana seperti menghormati dan menghargai lansia di kehidupan sehari-hari.

 

Selain itu, sebagai pelaku usaha, masyarakat yang memiliki lapangan pekerjaan diharapkan mampu memberikan kesempatan kerja bagi lansia sesuai kemampuan dan keahliannya. Masyarakat yang di tinggal bersama lansia, hendaknya siap sedia dalam membantu lansia dalam kegiatan sehari-hari. Upaya-upaya tersebut dilakukan agar lansia dapat hidup dengan lebih layak, sejahtera, produktif dan lebih bahagia. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar