Sabtu, 29 Mei 2021

 

Cinta Kasih Membangun Keluhuran Bangsa

Bhikkhu Sri Subhapannyo ;  Mahathera; Ketua Umum Sangha Theravada Indonesia

KOMPAS, 25 Mei 2021

 

 

                                                           

Sebagaimana seorang ibu mempertaruhkan jiwa melindungi putra tunggalnya, demikianlah terhadap semua makhluk. Kembangkan pikiran cinta kasih tanpa batas. Demikian nasihat Guru Agung Buddha kepada para siswanya (Khotbah tentang Cinta Kasih).

 

Cinta kasih mengandung pengertian ”sesuatu yang melembutkan hati”. Ia mengalahkan segala bentuk kekerasan dan kebencian. Ia muncul sebagai dorongan atau niat yang mengharapkan kebahagiaan dan mengusahakan kesejahteraan bagi semua makhluk tanpa kecuali.

 

Cinta kasih tidak dilandasi oleh nafsu, tidak memihak atau pilih kasih, tidak membedakan ikatan keluarga, ras, bangsa, agama, politik, status sosial, dan budaya. Dengan cinta kasih itu, seseorang mempersatukan diri atau tidak membedakan diri sendiri dari makhluk lain. Ego atau ”aku” lebur dalam keseluruhan, bagai setetes air memasuki lautan.

 

Bagaimana cara mengembangkan cinta kasih dalam diri kita? Cobalah kita merenung dan meresapi kata demi kata: semoga semua makhluk hidup berbahagia. Terus-menerus perenungan itu dilakukan dengan penuh perhatian dan pengertian sehingga akan tertanam benih cinta kasih dalam pikiran kita.

 

Dengan demikian cinta kasih merupakan kualitas sikap mental, bukan merupakan bentuk emosi individualis, melainkan sikap mental yang mengharapkan diri sendiri bahagia dan orang lain juga demikian. Cinta kasih yang benar adalah cinta kasih universal, tidak membedakan meski dalam keragaman.

 

Keluhuran bangsa dalam kebinekaan

 

Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi satu jua. Ikrar penuh makna itu terdapat dalam kitab Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular (abad ke-14).

 

Perbedaan terjadi di sana-sini sebagai konsekuensi dari aneka macam perbuatan (karma) yang dilakukan setiap orang. Setiap orang melakukan perbuatan yang dikehendakinya, karena itu setiap orang akan menerima akibat yang berbeda pula.

 

Itulah yang menimbulkan perbedaan di tengah-tengah kehidupan ini, perbedaan kelahiran, kesukuan, keberagamaan, bahkan perbedaan kualitas hidup setiap orang. Karena itu, perbedaan adalah kewajaran yang terjadi dalam hal apa pun. Meskipun terdapat kesamaan, tetap saja ada perbedaan dalam kesamaan itu.

 

Bagaimana agar kita dapat menjalani hidup bersama meski terdapat perbedaan di sana-sini?

 

Di situlah letak keluhuran sebuah bangsa yang dapat menciptakan kebersamaan di tengah perbedaan, menghargai perbedaan, dan memaknai perbedaan sebagai sahabat seiring dalam suka duka perjalanan hidup bangsa.

 

Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman hidup masyarakat pada abad ke-14 telah mewujudkan masyarakat yang sentosa dan damai.

 

Bhinneka Tunggal Ika akan memberikan peran penting bagi keluhuran bangsa Indonesia dalam hal: (1) Membangun persatuan bangsa, (2) Membangun kehidupan bangsa yang toleran, (3) Sebagai pedoman peraturan dan kebijakan yang menghargai kebersamaan, (4) Menjaga perdamaian Indonesia, dan (5) Melestarikan cita-cita mulia leluhur bangsa.

 

Cinta kasih menjiwai keluhuran bangsa

 

Pengharapan terhadap orang lain agar hidup berbahagia itu karena setiap orang menyayangi dirinya masing-masing. Setelah membandingkan orang-orang lain dengan dirinya sendiri, hendaknya seseorang tidak melakukan sesuatu yang tidak ia inginkan diperbuat oleh orang lain terhadapnya.

 

Manusia harus saling melindungi: dengan melindungi dirinya, seseorang itu melindungi orang lain, dengan melindungi orang lain, seseorang melindungi diri sendiri.

 

Sikap curiga, diskriminasi, dan benci antarkelompok masyarakat akan menimbulkan pertikaian sesama warga. Dengan menerapkan cinta kasih, hendaknya mereka yang bertikai mau duduk bersama untuk mengungkapkan akar permasalahannya dan mencari penyelesaian yang disepakati bersama untuk dilaksanakan dengan sikap persaudaraan.

 

Sikap ekstrem dan kebencian berbasis agama tidak akan terjadi jika orang menyadari bahwa sikap itu akan menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri dan orang lain.

 

Orang lain yang ketakutan, terluka, bahkan terbunuh tentu sangat menderita. Keluarga korban pun turut menderita. Karena itu, sikap ekstrem dan kebencian perlu dijauhi dengan cara menumbuhkan pandangan keagamaan menghargai berbagai keyakinan, disertai prinsip hidup cinta kasih.

 

Kebenaran hakiki itu sendiri mempunyai sifat cinta kasih dan sebaliknya dalam cinta kasih terdapat kebenaran hakiki.

 

Cinta kasih akan tumbuh berkembang pada saat orang memiliki sikap hidup yang moderat atau menghindari paham ekstrem. Moderasi beragama merupakan ladang tumbuhnya cinta kasih dan sebaliknya cinta kasih itu akan menumbuhkan moderasi beragama.

 

Doa harapan

 

Hari Trisuci Waisak 2565/2021 mengingatkan tiga peristiwa suci, yaitu saat kelahiran, pencapaian Pencerahan Sempurna, dan kemangkatan Guru Agung Buddha Gotama pada hari purnama raya, di bulan Waisak atau bulan Mei, dengan tahun yang berbeda.

 

Beliau lahir tahun 623 SM di Nepal, mencapai Pencerahan Sempurna tahun 588 SM di India, dan mangkat pada tahun 543 SM di India.

 

Sangha Theravada Indonesia mengucapkan Selamat Hari Trisuci Waisak 2565/2021 kepada semua umat Buddha, dengan harapan agar umat Buddha Indonesia berperan aktif dalam pembentukan keluhuran bangsa dengan menerapkan cinta kasih di berbagai bidang, baik dalam bidang kehidupan beragama maupun berbangsa.

 

Selain hal itu, marilah kita saling berbagi cinta kasih dengan cara menaati protokol kesehatan serta mengikuti vaksinasi agar pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga kondisi perekonomian dan sosial berangsur pulih.

 

Semoga Tuhan Yang Maha Esa, Tiratana, selalu melindungi. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar