Selasa, 11 Mei 2021

 

Memikirkan Ulang Hubungan Jepang-Indonesia

Kanasugi Kenji ;  Duta Besar Jepang untuk Indonesia

KOMPAS, 10 Mei 2021

 

 

                                                           

Sejak mulai bertugas di Indonesia pada pertengahan Januari 2021, saya telah berkesempatan bertemu dengan para menteri kabinet serta pebisnis terkemuka di tengah merebaknya pandemi Covid-19. Walaupun saya menerima sambutan hangat dari para tokoh tersebut, sering kali saya mendapat pertanyaan ”Ke manakah perginya Jepang?”.

 

Adalah fakta bahwa Jepang merupakan negara investor utama bagi Indonesia dalam kurun waktu yang cukup panjang. Namun, pengaruh pandemi Covid-19 sejak tahun lalu membawa dampak pengurangan jumlah investasi yang sangat besar. Di negara yang dahulu tiada hari tanpa menyaksikan anime di TV, seperti Doraemon, kini kita dapat secara mudah menemui poster idol Korea Selatan di jalan-jalan. Sebagian pertanyaan mereka memang ada benarnya.

 

Namun, antara Jepang dan Indonesia telah terbentang sejarah kerja sama yang sangat panjang, dan terdapat kemungkinan tanpa batas bagi hubungan bilateral kedua negara. Pada kesempatan ini izinkan saya menyampaikan secara gamblang catatan kerja sama secara langsung antara Jepang dan Indonesia, serta mari kita simak potensi kedua negara pada masa mendatang.

 

Semenjak terjalinnya hubungan diplomatik pada tahun 1958, melalui sektor pemerintah dan swasta, Jepang telah memegang peran penting yang besar bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Pertama-tama, mari kita lihat kerja sama Jepang dalam angka.

 

Hingga kini, Jepang telah memberikan ODA (Official Development Assistant/Bantuan Pembangunan Pemerintah) publik dengan total lebih dari 50 miliar dollar AS. Bagi Indonesia, Jepang adalah negara pemberi ODA bilateral terbesar. Sementara bagi Jepang, Indonesia merupakan negara penerima ODA yang terbesar.

 

Bentuk kerja sama di bidang pembangkit listrik, pembenahan infrastruktur, dan peningkatan produktivitas di bidang pertanian turut menyokong perkembangan ekonomi Indonesia. Sebagai contoh, 16 persen dari total listrik di Indonesia dibuat dari fasilitas pembangkit listrik, yang dananya disalurkan oleh ODA, atau didukung oleh IPP (Independent Power Producer) dengan perusahaan Jepang.

 

Di bidang transportasi, sebanyak 1.500 gerbong kereta bekas disediakan Jepang untuk PT Kereta Commuter Indonesia. Selain dari itu, sejak dimulainya operasi tahap pertama pada 2019, pembangunan mass rapid transit (MRT), kereta bawah tanah pertama di Indonesia, terus membawa perubahan besar bagi aktivitas masyarakat dan pemandangan kota Jakarta.

 

Dari sektor pertanian, Jepang juga berperan memberikan dukungan dalam peluasan area irigasi hingga 370.000 hektar; setara dengan enam kali lipat area Jakarta. Ini di antaranya dikenal dengan sebutan ”keajaiban Brantas” dan saat ini diketahui sebagai daerah lumbung padi terbaik di Indonesia, yang berperan pula bagi pengembangan daerah di aliran sungai Brantas yang mengalir di bagian timur pulau Jawa.

 

Lebih lanjut, dalam sektor industri kehutanan dan perikanan, Jepang juga terus bekerja sama guna menyebarluaskan teknologi produksi secara berkesinambungan. Sebagai contoh, industri penanaman pohon yang didukung oleh pengembangan teknologi Jepang sejak tahun 1980-an kini meluas hingga mencakup lebih dari 60 persen industri kayu nasional.

 

Jepang juga turut mendukung pembangunan fasilitas pengembangan pelabuhan perikanan terbesar di dunia, yang berlokasi di Jakarta, dengan lebih dari 1.500 kapal nelayan terdaftar. Selain itu, juga turut serta dalam penyebarluasan teknologi budidaya ikan dan kerang, udang, serta ikan air tawar selama lebih dari 40 tahun.

 

Jepang juga terus berkontribusi pada pengembangan yang berkesinambungan bagi Indonesia. Buku Kesehatan Ibu dan Anak yang merupakan dukungan Jepang dan mulai diperkenalkan pada tahun 1994 kini terus meluas hingga cakupannya lebih dari 80 persen di seluruh Indonesia. Rasio tingkat angka kematian ibu hamil (pada setiap kelahiran 100.000 bayi) berkurang dari 430 jiwa pada tahun 1990 menjadi 126 jiwa pada tahun 2015. Indonesia saat ini mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan dengan negara ketiga seperti Afghanistan, Tajikistan, dan Timor Leste melalui penyebaran Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Dalam hal ini, Jepang berkomitmen untuk mendukung Kerja Sama Selatan-Selatan dimaksud.

 

Dari sektor lingkungan hidup, sebagai contoh, selama lebih dari 20 tahun sejak 1990-an Jepang juga terus mendukung pembentukan dan penyebaran teknologi konservasi serta regenerasi hutan, lahan gambut, ataupun hutan bakau. Pada sisi lain, Indonesia dan Jepang yang kerap kali dilanda bencana alam juga telah bekerja sama secara intens dan sesegera mungkin pada daerah-daerah yang mengalami bencana alam dalam skala besar di Indonesia pada waktu lampau. Jepang telah mengirimkan Tim Penanggulangan Bencana Jepang (Japan Disaster Relief Team) 14 kali.

 

Hingga saat ini, Jepang juga telah bekerja sama pada lebih dari 150 proyek penanggulangan bencana di Indonesia di bawah prinsip ”Build Back Better”, yang tidak hanya menitikberatkan pada penanggulangan ketika terjadi bencana, tetapi juga pada penanggulangan bencana dalam situasi normal. Saya merasa gembira karena dapat merasakan manfaat kerja sama penanggulangan bencana Jepang di Indonesia melalui digunakannya istilah ”sabo”, yang merupakan kata asli dalam bahasa Jepang di Indonesia.

 

Tentu saja, investasi sektor swasta Jepang juga memiliki kontribusi besar bagi perkembangan Indonesia. Sekitar 2.000 perusahaan Jepang yang beraktivitas di negeri ini berperan dalam menciptakan 7,2 juta lapangan pekerjaan dan berkontribusi bagi 8,5 persen produk domestik bruto (PDB), yakni 24 persen ekspor Indonesia merupakan produk dari perusahaan Jepang di Indonesia.

 

Berkat bantuan Bapak dan Ibu sekalian, produk perusahaan Jepang, yang diproduksi di Indonesia, juga mendapat dukungan dari para konsumen dalam negeri. Saat ini, lebih dari 90 persen kendaraan otomotif ataupun roda dua di Indonesia diproduksi oleh perusahaan Jepang di Indonesia.

 

Jika kita melihat kembali zaman yang telah berlalu, sejak diberlakukannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing pada masa pemerintahan Presiden Soeharto di pertengahan paruh kedua tahun 1960, Toyota mendirikan kantor perwakilan dan membangun pabrikan di Indonesia, serta mulai memproduksi kendaraan sejak awal. Secara khusus, Kijang yang merupakan produksi dari perusahaan Toyota dapat disebut pula sebagai kendaraan nasional karena dicintai oleh masyarakat Indonesia selama setengah abad.

 

Selain mobil dan motor, banyak pula produk buatan Jepang lainnya yang dijual dan berkembang karena berakar pada kehidupan di Indonesia yang beraneka ragam, mulai dari lemari es bersertifikasi halal, mesin cuci khusus hijab, hingga deterjen khusus batik. Demikian pula bagi budaya kuliner. Banyak produsen kuliner Jepang mendapat sertifikasi halal dan menjual ataupun melakukan proses produksinya di Indonesia. Selain itu, kita juga dapat melihat banyaknya restoran Jepang berjejer di pusat perbelanjaan sehingga membuat adanya perasaan kedekatan dan familiar dengan budaya kuliner Jepang.

 

Rasanya tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa apa yang berhasil hingga saat ini adalah berkat upaya perusahaan Jepang yang membuat semangat monozukuri, yaitu spirit untuk menciptakan produk berkualitas unggul dan menyempurnakan proses produksi secara terus-menerus, yang berakar di perusahaannya, ataupun kerja keras pekerja Indonesia yang bekerja di perusahaan tersebut.

 

Pintu kerja sama baru

 

Inilah  hasil dari kerja sama antara Jepang dan Indonesia di sektor ekonomi hingga saat ini. Saya ingin menekankan secara kuat bagian ”hingga saat ini”. Hal terpenting adalah tidak menjadikan hubungan kerja sama ini sebagai hal yang take it for granted, tetapi bagaimana membuka pintu baru kerja sama.

 

Pemberlakuan Undang-Undang Cipta Kerja (omnibus law) di Indonesia dapat meningkatkan pembenahan iklim investasi, yang akhirnya akan berpotensi bagi perkembangan ekonomi lebih lanjut. Jepang dapat menanggapi perkembangan ini. Pembenahan infrastruktur terus merupakan isu besar bagi Indonesia. Jepang telah berkomitmen untuk melakukan pembangunan MRT yang telah disinggung di atas, serta pada pemeliharaan Pelabuhan Patimban, yang akan menjadi basis ekspor baru bagi Indonesia termasuk otomotif, yang soft opening-nya telah dilakukan pada Desember tahun lalu.

 

Kerja sama di sektor lingkungan termasuk perubahan iklim juga merupakan agenda yang besar. Sebagai contoh, di tengah makin pentingnya pemasyarakatan mobil listrik dan teknologi hidrogen, Jepang juga bekerja sama ke arah tersebut. Basis hubungan kerja sama kedua negara kita akan semakin meluas, termasuk bagi bidang penanggulangan bencana dan pemeliharaan kesehatan.

 

Saya ingin menyinggung sedikit mengenai bidang politik dan keamanan. Indonesia adalah satu-satunya negara ASEAN yang memiliki skema pertemuan tingkat Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan (“2+2”), yang pada akhir Maret lalu Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto berkunjung ke Jepang guna berpartisipasi pada ”2+2” antara Jepang dan RI yang kedua. Pertemuan ini menghasilkan penandatanganan Persetujuan tentang Pengalihan Alat dan Teknologi Pertahanan, yang membuka potensi bagi kemungkinan kerja sama baru.

 

Terkait dengan situasi di Myanmar yang menjadi isu besar bagi kawasan, Jepang terus mendukung upaya-upaya yang dilakukan Indonesia dan berusaha bersama dengan Indonesia guna menyelesaikan masalah ini dengan damai. Dalam kurun waktu tiga bulan terakhir saja, Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi dan Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi telah melakukan pertemuan tatap muka satu kali dan pembicaraan telewicara tiga kali untuk bertukar pendapat yang berfokus pada isu Myanmar.

 

Saya yakin bahwa kawasan Indo-Pasifik akan menjadi pusat dunia pada masa mendatang. Upaya-upaya dilakukan oleh Jepang untuk mencanangkan “Free and Open Indo-Pacific (FOIP)” dan upaya Indonesia untuk memimpin ASEAN dalam menyusun ”ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP)” merupakan bukti nyata yang menunjukkan bahwa kedua negara kita berkeinginan untuk bersama-sama meningkatkan perdamaian dan kemakmuran di kawasan berdasar pada aturan hukum yang berlaku.

 

Cerahnya hubungan bilateral kedua negara terlihat jelas apabila kita melihat generasi muda. Pembelajar bahasa Jepang di Indonesia tercatat lebih dari 700.000 orang dan menduduki peringkat kedua di dunia. Indonesia merupakan negara terbesar ke enam dalam hal jumlah pelajar asing di Jepang, dan secara khusus merupakan negara dengan jumlah penerima beasiswa pemerintah Jepang terbanyak di dunia. Semakin banyak orang Indonesia yang melakukan promosi tentang studi, kuliner, dan pariwisata di Jepang, di antaranya, ada yang memiliki lebih dari enam juta orang followers. Saya juga menjadikan hal ini sebagai acuan untuk mengunggah posting-an di Instagram setiap hari.

 

Jepang dan Indonesia merupakan mitra strategis yang tidak terpisahkan baik di sektor ekonomi dan politik termasuk keamanan. Dengan Indonesia menjadi tuan rumah G20 pada tahun 2022, dan menjadi tuan rumah ASEAN pada tahun 2023 dengan tengah-tengah penyambutan peringatan ke-50 tahun hubungan Jepang-ASEAN, saya optimistis kemitraan ini akan semakin berkembang. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar