Kita sering menemukan kata groundbreaking dalam upacara peresmian oleh seorang pejabat. Dulu kegiatan seperti ini berupa peletakan batu pertama oleh bupati untuk menandai permulaan pembangunan gedung. Berbeda dengan istilah yang pertama, sebutan terakhir menunjukkan sesesorang memegang alat dan meletakkan batu bata sebagai tanda peresmian. Namun, acap kali groundbreaking diterjemahkan sebagai peletakan batu pertama oleh pewarta. Padahal, dua lema ini berbeda sama sekali.
Secara harfiah ground berarti ‘tanah’ dan breaking bermakna ‘pecah’. Sebelum memulai meletakkan batu (bata) pertama, tukang  akan menggali fondasi dan setelah berada di atas tanah, baru pekerja akan menaikkan bata dengan olahan semen dan pasir. Sebagian pewarta menggunakan kata groundbreaking  serupa dengan peletakan batu pertama. Dengan berbekal aturan tata bahasa cetak miring untuk kata asing, wartawan tak perlu bersusah payah untuk mencari padanannya.
Merujuk pada tata cara penyerapan, kita bisa mengalihbahasakan groundbreaking secara literal sebagai pecah tanah. Pada umumnya pekerja menggunakan ekskavator melakukan pekerjaan ini. Kata ekskavasi bisa menjadi padanan, tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring, kata ini diartikan ‘penggalian yang dilakukan di tempat yang mengandung benda purbakala’, padahal ekskavator bisa digunakan menggali tanah apa pun untuk keperluan konstruksi. Jadi, ia tidak terbatas untuk kebutuhan arkeologis.
Selain terkait dengan penggalian benda fisik, dalam tesaurus kata groundbreaking berpadanan dengan inovatif dan revolusioner. Misalnya, pada kalimat this was a time of many innovations and groundbreaking scientific theories” jelas kata tersebut bermakna konotatif, yaitu teori ilmiah yang dimaksudkan sebagai terobosan karena berbeda dengan temuan teori ilmiah sebelumnya. Tentu pecah tanahuntuk makna kiasan tak bisa dipaksakan. Pendek kata, padanan itu hanya digunakan untuk penggalian tanah oleh ekskavator untuk kegiatan peresmian oleh pejabat atau tokoh masyarakat.
Ketiklah groundbreaking di  Google, maka terlihat bahwa kata ini sangat sering digunakan  hampir semua koran cetak, Sebuah media menerakan peletakan batu pertama atau groundbreaking  kegiatan yang sama. Padahal, seperti dijelaskan di atas, dua kata ini jelas berbeda karena peletakan batu pertama biasanya berupa bata yang diletakan di atas fondasi, berbeda dengan menggali tanah yang tak terkait dengan peletakan batu.
Kekacauan pemadanan itu  sebenarnya menunjukkan keengganan kita  mencari sinonim dari banyak serapan bahasa Inggris. Menurut buku tata bahasa Indonesia, kita bisa mengalihbahasakan bahasa luar dengan khazanah sendiri melalui dua acara: kata per kata atau konseptual. Apabila cara pertama dipandang tak segera menampilkan makna kata asal, mungkin terjemahan konseptual bisa dihadirkan, misalnya pelubangan tanah. Akhirnya pengguna hanya perlu membiasakan kata padanannya sehingga orang ramai turut memakainya dalam bahasa tulisan dan lisan. Terbukti kini kita sering mendengar dan menemukan  daring (dalam jaringan) sebagai terjemahan  online. Mari pecah tanah lagi, maksud saya: berusaha menemukan padanan groundbreaking yang tidak disamakan dengan peletakan batu pertama.
Ahmad Sahidah, Dosen Universitas Nurul Jadid Paiton