Senin, 28 November 2022

 

Dewa Cemburu ke Arah Ideologisasi Masyarakat

René L Pattiradjawane : Ketua, Centre for Chinese Studies dan Associate Fellow The Habibie Center

KOMPAS, 20 November 2022

 

                                                

 

Usai Kongres Ke-20 Partai Komunis China (PKC) yang memilih Xi Jinping (69) sebagai sekretaris jendral untuk ketiga kalinya, nomenklatur politik China kembali dalam jargon lama yang disebut sebagai gerontokrasi. Kepemimpinan China lima tahun mendatang, diisi oleh orang-orang tua yang akan berusia rata-rata di atas 73 tahun pada 2030. Sekjen PKC Xi Jinping akan berusia 77 tahun menjelang dekade ketiga abad ke-21.

 

Kongres ke-20 PKC ini menjadi semakin penting dibanding kongres-kongres sebelumnya, karena untuk pertama kalinya kekuasaan Sekjen PKC Xi Jinping diperluas untuk masa waktu yang tidak terbatas. Setidaknya ini terlihat pada dua hal ketika mengamati komposisi kepemimpinan enam orang berikutnya dalam Sentral Komite (Senkom) PKC yang baru. Pertama, karena usia mereka tidak ada satu pun yang dianggap memadai untuk menggantikan Xi Jinping. Dan kedua, profil enam orang Senkom PKC semua adalah pengikut Xi Jinping, baik karena pernah bekerja sama di tingkat provinsi (Zhejiang dan Fujian) maupun kesamaan ideologi.

 

Fenomena Senkom PKC ini belum pernah muncul sejak berakhirnya kekuasaan Mao Zedong pada 1976. Bersamaan dengan pemilihan pemimpin China yang baru dengan Xi Jinping sebagai inti kekuasaan partai, kongres juga melakukan amandemen yang menekankan “mewujudkan modernisasi sosialis” sampai dengan tahun 2035 di bawah apa yang disebut sebagai “Pemikiran Xi Jinping tentang Sosialisme Berkarakteristik China di Era Baru.”

 

Dengan tegas Xi Jinping menguatkan peranan partai dalam visi yang sempit tentang “modernisasi yang ditentukan partai” ketimbang menetapkan tujuan baru China menghadapi perubahan drastis globalisasi dan ancaman eksistensial dunia atas persoalan ekonomi, keuangan, perdagangan, perubahan iklim, pandemi, konflik Rusia-Ukraina, dan lainnya. Pidato Xi Jinping pada penutupan kongres menegaskan perlunya memperkuat kepempinan partai di segala bidang.

 

“Kita harus menjadikan keamanan politik sebagai fondasi, keamanan ekonomi sebagai fondasi, dan keaman militer, teknologi, budaya, dan sosial sebagai jaminan,” kata Xi. Ia menggunakan istilah “keamanan” atau “keselamatan” sebanyak 89 kali pada pidato penutupan kongres. Ini merupakan peningkatan signifikan dibanding Kongres ke-19 PKC pada 2017 sebanyak 55 kali untuk istilah yang sama. Sedangkan istilah “reformasi” penyebutannya menurun menjadi 48 kali dibanding 68 kali yang digunakan lima tahun lalu.

 

Dewa yang cemburu

 

Di bawah kekuasaan Xi Jinping yang menduduki posisi nomor satu, PKC ibarat dewa yang cemburu, tidak menyukai dan melarang organisasi atau individu maupun entitas lain lebih populer dari dirinya. Dan ini bukan hanya terkait pada eksistensi organisasi sosial-politik seperti Liga Pemuda Komunis yang beranggotakan 73,7 juta orang yang berusia 14-28 tahun, atau Pionir Muda Komunis yang berusia 5-14 tahun dengan keanggotaan mencapai 130 juta.

 

Partai juga menjadi dewa pencemburu pada entitas perusahaan-perusahaan swasta seperti Alibaba, Tencent, atau perusahaan multimedia lainnya yang memiliki sistem database yang bisa mencapai sekitar 1,2 miliar pengguna unik. Alipay yang dikembangkan Alibaba di bawah kendali Ma Yun (Jack Ma), misalnya, digunakan sekitar 900 juta orang di dalam China dan 300 juta orang di luar China.

 

Ini yang menjelaskan, misalnya, kenapa Ant Group milik Alibaba dibatalkan penawaran umum sahamnya oleh pemerintah China pada November 2020 yang masuk bursa senilai 37 miliar dollar AS. Hal yang sama juga dialami Didi Chuxing, layanan transportasi online yang terdaftar di New York, karena penguasa China menganggap ada masalah keamanan data. Perusahaan swasta terdiri dari 84,1 persen dari semua perusahaan di China, meningkat dari hanya 443.000 pada tahun 1996 menjadi 15,6 juta pada tahun 2018.

 

Sejak Xi Jinping berkuasa sebagai Sekjen PKC dan Presiden RRC, dalam dua tahun terakhir ini mulai berkampanye melalui propaganda yang disebut ziben wuxu kuozhang (kekacauan ekspansi modal) sebagai serangan regulasi yang melanda ekonomi dan pasar saham di dalam dan luar China. Partai berusaha mengurangi kekuatan dan inovasi perusahaan internet dan video game terbesar di negara itu dengan aturan baru yang didukung oleh denda yang berat dan meluncurkan kampanye untuk memperlambat pertumbuhan utang dan mencekik industri real estate yang didominasi sektor swasta.

 

Propaganda anti kekacauan modal ini dimaksudkan untuk menyingkirkan kapitalisme dari tanah China. Awalnya banyak yang menduga, sebagai gerakan pengendalian kekuataan perusahaan besar seperti antimonopoli yang ada di Amerika Serikat dan Eropa. Ternyata, partai komunis berusaha mematikan semangat binatang ekonomi yang berhasil membawa China sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia.

 

Campur tangan partai ke perusahaan-perusahaan swasta, menurut Survei Perusahaan Swasta China yang dilakukan Federasi Industri dan Perdagangan Seluruh China (ACFIC) mencatat, sebayak 48,3 persen perusahaan swasta memiliki organisasi cabang PKC pada 2018, atau naik 35,6 persen dibanding 2012. Kembalinya Xi Jinping mengendalikan PKC adalah peringatan pada pengusaha swasta agar tidak menentang kebijakan partai, dan “kekacauan ekspansi modal” ini melewati garis bawah sistem sosialis.

 

Ideologisasi masyarakat

 

Di dalam sistem partai komunis, terlepas dari ideologi kelas dan historis materialisme, memang sangat didominasi oleh kepribadian para pemimpinnya. Dari berbagai kasus kepemimpinan komunisme, seperti Vladimir Lenin, Joseph Stalin, Mao Zedong, Josip Broz Tito (Yugoslavia), Kim Il Sung (Korea Utara), Fidel Castro (Kuba), Ho Chi Minh (Vietnam), dan lainnya, mereka semua tampaknya hampir membela partai. Hal yang sama juga dilakukan oleh Xi Jinping selama satu dekade terakhir ini. Struktur Senkom Politbiro PKC yang baru hasil kongres, juga didominasi oleh pribadi Xi Jinping sebagai pemimpin yang kuat, kembali ke era kekuasaan Mao Zedong.

 

Ini juga mengacu siapa sebenarnya yang akan menggantikan pada 2027, yang tidak tercermin dalam pemilihan Senkom Politbiro yang baru terdiri dari tujuh orang. Mengacu pada strategi Deng Xiaoping yang menjadi pemimpin yang paling berpengaruh pasca Mao Zedong, khususnya dalam pencapaian ekonomi spektakuler, setidaknya ada dua komponen penting yang membawa pertumbuhan China sebesar dua digit selama 30 tahun ini.

 

Pertama, pengaturan kepemimpinan kolektif di dalam PKC. Deng menolak demokrasi gaya Barat, tetapi dekade penuh gejolak China di bawah Mao Zedong mengajari, pemerintahan satu orang itu berbahaya. Dia dan partainya memperkenalkan checks and balances secara parsial ke dalam politik di tingkat tertinggi, termasuk batasan masa jabatan.

 

Dan kedua, pengejaran pertumbuhan ekonomi dengan satu pikiran yang, kata Deng dengan terkenal, akan menjadi “prinsip keras” China. Pejabat di seluruh China terjun langsung mempromosikan pertumbuhan dengan segala cara, membawa kemakmuran tetapi juga korupsi, ketidaksetaraan, dan polusi industri berat. Pada masa Sekjen PKC Jiang Zemin, untuk pertama kali diperkenalkan apa yang disebut sebagai “kapitalis merah.”

 

Melihat proses Kongres ke-20 PKC, tercermin ada niatan Xi Jinping untuk membuat kontrak sosial baru antara partai dan rakyatnya. Kontrak sebelumnya tentang kemakmuran sudah tidak meyakinkan, terutama selama dua tahun terakhir ini ketika kebijakan bebas Covid-19 menghancurkan bangunan bisnis dan ekonomi rakyat pada umumnya.

 

Xi Jinping mendorong gambaran besar tentang “Mimpi China,” tentang strategi baru di bidang pertahanan negara, angkatan bersenjata, front persatuan, dan urusan luar negeri. Xi bicara tentang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang sama tentang perdamaian atau pembangunan dunia.

 

Tetapi, ia tidak bicara tentang kualitas pemerintahan untuk menghindari gerontokrasi para pemimpin PKC tanpa proses legitimasi konstitusional yang asing dalam sistem komunis yang memang tidak mewakili masyarakat. Xi memang berbicara tentang ideologisasi masyarakat yang memang menjadi basis kekuatan PKC.

 

Sumber :   https://www.kompas.id/baca/opini/2022/11/16/dewa-cemburu-ke-arah-ideologisasi-masyarakat

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar