Senin, 28 November 2022

Perjuangan Ghanim Al Muftah

Ade Alawi : Dewan Redaksi Media Group

MEDIA INDONESIA, 22 November 2022

 

                                                

 

SEJAK dalam kandungan, banyak orang sekitar menyarankan agar orangtua si jabang bayi menggugurkan kandungannya karena sudah diketahui janin yang di kandungnya bermasalah. Sang janin mengidap penyakit langka caudal regression syndrome (CDS). Kelainan itu mengganggu perkembangan bagian bawah (kaudal) tubuh dari pengidapnya yang meliputi punggung bagian bawah hingga saluran pencernaan.

 

Benar saja saat lahir sang jabang bayi yang diberi nama Ghanim Al Muftah pada 5 Mei 2002 mengalami kelainan. Melihat kondisi anak yang dilahirkan memiliki tubuh yang tak sempurna, kedua orangtua Ghanim bergeming. Mereka tetap bahagia dan bersyukur atas anugerah yang diberikan Sang Khaliq.

 

Anak ialah titipan Ilahi yang harus mereka didik dan besarkan sehingga bisa menjadi anak salih, mandiri, dan bermanfaat bagi orang banyak. “Aku akan menjadi kaki kirinya, kamu akan menjadi kaki kanannya,” kata orangtua Ghanim. Sungguh mengharukan.

 

Ghanim sejatinya harus menggunakan kursi roda. Namun, dia merasa lebih nyaman bertumpu pada kedua tangannya. Sifat Ghanim sejak kecil sudah terlihat. Dia anak yang memiliki tingkat pede (percaya diri) yang tinggi. Ghanim kecil tidak minder bergaul di sekolah meskipun rekan-rekannya acapkali merundungnya.

 

Ketidaklengkapan fisiknya membuat Ghanim tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan pantang mundur dalam aktivitas apa pun. Bahkan, dia mengikuti berbagai kegiatan yang seharusnya hanya bisa dilakukan manusia bertubuh normal, seperti panjang tebing, skateboarding, scuba diving, dan papan seluncur.

 

Alhasil, Ghanim menjadi sosok yang inspiratif. Berbagai penghargaan sebagai duta diraihnya, termasuk duta yang paling bergengsi, Duta Piala Dunia 2022. Dia pun menyabet brand ambassador untuk Qatar Financial Authority. Ghanim yang juga menjadi youtuber kondang di Qatar ini kini sedang mengenyam pendidikan tinggi ilmu politik di Loughborough University, Inggris.

 

Ghanim Al Muftah ialah sosok multidimensi. Berbagai prestasi diraihnya. Penyandang disabilitas ini ialah pebisnis dan penulis. Ia mendirikan perusahaan Charissa Ice Cream yang memiliki enam cabang. Selain itu, yang mengagumkan dia ialah hafiz, penghafal Al-Qur’an, yang memiliki suara indah.

 

Penampilannya dalam pembukaan Piala Dunia 2022 di Stadion Al Bayt, Qatar, Minggu (20/11), menarik perhatian manusia sejagat. Dia tampil bersama aktor senior asal Amerika Serikat, Morgan Freeman, dalam pembukaan pesta sepak bola paling akbar sedunia tersebut.

 

Aktor Hollywood yang berusia 85 tahun itu mempertanyakan perihal kedatangan banyak negara, bahasa, hingga budaya ke Qatar. Anak muda yang berusia 20 tahun itu menjawab bahwa persebaran manusia yang berbeda-beda di muka bumi untuk saling belajar dan menemukan keindahan atas perbedaan.

 

“Dengan toleransi dan saling menghormati, kita dapat hidup bersama dalam satu rumah,” ujar Ghanim sembari membacakan Al-Qur’an surat Al Hujurat ayat 13. Surat yang dibacakan pemuda tampan itu berisi tentang penciptaan manusia yang beragam yang bertujuan saling mengenal (lita’arafu).

 

Kehadiran Ghanim Al Muftah dalam panggung sepak bola yang ditonton jutaan umat manusia memiliki makna yang mendalam. Kesetaraan, keberagamaan, dan penghormatan kepada martabat manusia ialah puncak peradaban.

 

Piala Dunia 2022 yang diikuti 32 negara itu tidak sekadar berkompetisi untuk mencari menang dan kalah. Namun, jauh lebih dari itu, sepak bola ialah ajang menguji sportivitas. Kemenangan dalam sebuah pertandingan 2 x 45 menit harus bermartabat, menang tanpa cela. Begitu pun jika kalah tidak perlu dendam kesumat yang membuat uring-uringan.

 

Mental sportif, siap menang dan siap kalah, sangat elok jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kontestasi Pemilu 2024. Piala Dunia 2022 yang “menyihir” manusia berbagai belahan dunia, termasuk yang dilanda perang dan musibah bencana, merupakan tontonan yang menakjubkan. Dalam kondisi apa pun banyak orang tak mau ketinggalan menyaksikannya.

 

Sepak bola ialah seni mengolah si kulit bundar. Selain estetika menggocek bola, juga ada etika, yakni fairness, kepatuhan terhadap rule of the game. Piala Dunia 2022 ialah kalimatun sawa alias titik temu keragaman bangsa-bangsa, sebagaimana pesan surat Al Hujurat ayat 13 yang dibacakan Ghanim Al Muftah. Let’s enjoy the match. Feel the sensation of 2022 Qatar World Cup. Tabik!

 

Sumber :   https://mediaindonesia.com/podiums/detail_podiums/2612-perjuangan-ghanim-al-muftah

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar