Senin, 28 November 2022

 

Bagaimana Yudo Margono Menjadi Panglima TNI Pilihan Jokowi

Raymundus Rikang :  Jurnalis Majalah Tempo

MAJALAH TEMPO, 27 November 2022

 

 

                                                           

KESIAPAN Laksamana Yudo Margono menjadi calon Panglima TNI atau Tentara Nasional Indonesia tergambar dari kesibukannya dalam sepekan terakhir. Kepala Staf TNI Angkatan Laut itu beberapa kali menggelar rapat untuk merancang materi yang akan dipaparkan dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi Pertahanan Dewan Perwakilan Rakyat.

 

Yudo mendiskusikan visi-misi calon Panglima TNI serta konsep Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan anak buahnya pada Kamis, 24 November lalu. Ia lantas meminta pakar militer Connie Rahakundini Bakrie memberi masukan. “Saya memberi masukan, termasuk slogan yang dicanangkan selama setahun,” kata Connie saat dihubungi Tempo, Jumat, 25 November lalu.

 

Dua orang dekat Yudo menyebutkan lulusan Akademi Militer 1988 itu juga menyiapkan topik mengenai penguatan alat utama sistem persenjataan. Ia juga akan menyoroti perkembangan keamanan kawasan, khususnya dinamika di sekitar wilayah Samudra Hindia.

 

Menurut narasumber yang sama, Yudo berencana mengoptimalkan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan. Ini adalah satuan operasi di bawah komando Panglima TNI dan membawahkan berbagai pangkalan militer. Yudo pernah menjabat Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I pada 2019-2020.

 

Yudo pun menyiapkan bahan tentang strategi menjaga stabilitas keamanan pada 2023. Pada tahun itu, rangkaian pemilihan umum atau Pemilu 2024 sudah dimulai. Namun Yudo akan menyelesaikan masa dinasnya pada November tahun depan atau tiga bulan sebelum pemungutan suara berlangsung pada Februari 2024.

 

Tiga hari sebelum rapat bersama jajarannya atau pada Senin, 21 November lalu, Yudo menemui Menteri Sekretaris Negara Pratikno di kantornya. Dua orang dekat Yudo yang mengetahui isi persamuhan itu bercerita, Pratikno menanyakan kesiapan Yudo untuk dicalonkan sebagai Panglima TNI.

 

Dua hari kemudian, Yudo menyambangi kompleks Istana Negara dan menghadap Presiden Joko Widodo. Dua narasumber yang mengetahui agenda itu bercerita, Jokowi menyampaikan penunjukan Yudo sebagai calon tunggal Panglima TNI. Jokowi pun disebut-sebut saat itu juga menandatangani surat penunjukan yang akan dikirim ke DPR.

 

Pada hari yang sama, Pratikno mengatakan bahwa Presiden telah menandatangani surat presiden tentang Panglima TNI. “Calon Panglima TNI pasti dari kepala staf atau mantan kepala staf yang masih aktif,” ujar bekas Rektor Universitas Gadjah Mada itu mengenai calon pengganti Jenderal Andika Perkasa. Pratikno menyatakan akan mengirimkan warkat tersebut ke DPR hari itu juga.

 

Meski demikian, pengiriman surat presiden tentang calon Panglima TNI batal dikirim pada Rabu, 23 November lalu. Sekretaris Jenderal DPR Indra Iskandar mengatakan jadwal penyerahan surat diundur menjadi 28 November 2022 karena Ketua DPR Puan Maharani sedang melawat ke Phnom Penh, Kamboja. “Ini soal teknis penyerahan surat saja,” tuturnya.

 

Di tengah rangkaian kunjungan kerja ke Kabupaten Lebak, Banten, pada Kamis, 24 November lalu, Yudo menanggapi peluang menjadi Panglima TNI. Ia meminta semua pihak menunggu keputusan resmi pemerintah. Namun Yudo juga mengaku telah menyiapkan materi untuk dipaparkan dalam tes kelayakan dan kepatutan di Komisi Pertahanan DPR.

 

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama Julius Widjojono mengatakan penunjukan Panglima TNI merupakan hak prerogatif presiden. “Secara historis, prajurit Angkatan Laut selalu loyal dan siap mengemban tugas yang diberikan pemimpin,” ujarnya kepada Tempo, Rabu, 23 November lalu.

 

Nama Yudo sempat menguat sebagai kandidat Panglima TNI pengganti Marsekal Hadi Tjahjanto pada November 2021. Waktu itu Presiden Jokowi menerima tiga nama calon pengganti Hadi. Selain Yudo, ada Andika Perkasa dan Dudung Abdurachman, yang masih menjabat Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat.

 

Yudo digadang-gadang unggul dari pesaingnya karena Presiden Jokowi belum pernah memilih Panglima TNI dari matra laut kendati menggembar-gemborkan Indonesia sebagai poros maritim. Namun nama Yudo terpental karena Jokowi menunjuk Jenderal Andika Perkasa menjadi calon tunggal panglima.

 

Mendung tebal menyelimuti Markas Besar Angkatan Laut di Cilangkap, Jakarta Timur, begitu tersiar kabar Yudo gagal menjadi calon Panglima TNI. Orang dekat Yudo bercerita, para perwira tinggi Angkatan Laut enggan membicarakan rotasi panglima. Narasumber ini menyebutkan Yudo lantas menginstruksikan anak buahnya menggelar panggung gembira.

 

Kepada orang-orang dekatnya, Yudo Margono mengatakan bahwa menyandang empat bintang di pundak sudah cukup bagi anak seorang petani. Melalui pesan WhatsApp, Yudo memerintahkan semua prajurit Jalasena tetap loyal dan menghormati keputusan Presiden Jokowi. Jalasena adalah tanda kehormatan dari pemerintah bagi mereka yang berjasa untuk Angkatan Laut.

 

Taklimat Yudo menenangkan anak buahnya disebut-sebut didengar oleh Jokowi. Seorang narasumber di lingkaran Istana bercerita, Jokowi mengetahui isi pesan Yudo kepada bawahannya melalui bekas ajudannya yang berasal dari TNI Angkatan Laut. Menurut narasumber ini, Presiden memberikan kredit terhadap aksi Yudo itu.

 

•••

 

MENJADI calon Panglima TNI, Yudo Margono disebut-sebut mendapat dukungan dari elite politik. Ia pernah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Hasto Kristiyanto. Yang mengatur pertemuan itu ialah pakar pertahanan, Connie Rahakundini Bakrie. Connie salah satu pembimbing Hasto saat menempuh program doktoral di Universitas Pertahanan. “Saya cuma mencoba berbuat yang terbaik,” kata Connie.

 

Yudo dan orang dekatnya juga menemui Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri serta Ketua DPR Puan Maharani dalam kesempatan terpisah. Mereka menyampaikan peta jalan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Cita-cita itu disebut dapat terwujud salah satunya jika Panglima TNI berasal dari matra laut.

 

Seusai pertemuan itu, hubungan Megawati dengan Yudo makin akrab. TNI Angkatan Laut menyematkan nama Sukarno, ayah Megawati, di Kapal Perang Republik Indonesia Bung Karno-369 pada 20 Juni 2022. Didampingi Yudo, Megawati meresmikan secara langsung pemberian nama kapal kepresidenan jenis korvet itu.

 

Dua bulan kemudian, Megawati kembali bertemu dengan Yudo di atas geladak KRI Dewaruci. Ia mengulas kiprah Ratu Kalinyamat melawan tentara Portugis. Pejabat yang mengetahui persiapan acara itu mengatakan panitia dari TNI AL menghitung waktu diskusi dengan cermat, menunggu air laut pasang, dan menyiapkan jalan khusus agar Megawati tak perlu meniti anak tangga kapal.

 

Megawati pun menjadi pembicara di forum yang diadakan TNI Angkatan Laut. Presiden RI ke-5 itu memberikan kuliah umum di Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) pada 4 Oktober lalu. Didampingi Yudo, Megawati memaparkan ideologi Pancasila dan perkembangan geopolitik di hadapan hampir 200 siswa Seskoal.

 

Anggota Komisi Pertahanan dari Fraksi PDI Perjuangan, Tubagus Hasanuddin, mengatakan penunjukan Panglima TNI merupakan kewenangan Presiden Jokowi. Ia mengatakan semua kepala staf berpeluang dipilih presiden untuk menjadi calon tunggal panglima. “Diteruskan ke matra laut boleh atau kembali ke darat lagi juga boleh,” ujarnya.

 

Tak hanya bertemu dengan pimpinan PDI Perjuangan, Yudo juga mengunjungi Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto. Seorang narasumber yang mengetahui pertemuan itu bercerita, Yudo menemui Prabowo sebelum Konferensi Tingkat Tinggi G20 atau Group of Twenty di Bali pada pekan ketiga November lalu.

 

Menurut narasumber ini, Prabowo menyampaikan bahwa Yudo berpeluang dipilih Jokowi menjadi panglima. Bekas Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus itu juga mengungkapkan dukungannya dengan memerintahkan Fraksi Gerindra mengawal proses uji kelayakan dan kepatutan Yudo di DPR.

 

Juru bicara Prabowo, Dahnil Anzar Simanjuntak, menyatakan siapa pun calon Panglima TNI yang diajukan Presiden Jokowi pasti didukung Prabowo. “Menteri Pertahanan selalu ikut keputusan Presiden dan siap mengawal keputusan itu secara personal ataupun politik,” kata Dahnil.

 

Ketua Harian Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad membenarkan kabar bahwa Prabowo dan Yudo pernah bertemu secara khusus. Salah satunya ketika meresmikan Kapal Perang Republik Indonesia Wahidin Sudirohusodo-991 di Tanjung Priok, Jakarta Utara, pada 3 November lalu. Menurut Dasco, Prabowo dan Yudo membicarakan modernisasi sistem persenjataan.

 

Fraksi Gerindra pun siap mendukung calon Panglima TNI yang ditunjuk Presiden Jokowi. “Saya meminta kepada fraksi untuk mengamankan siapa pun nama yang diusulkan Presiden ke DPR,” ucap Wakil Ketua DPR itu melalui pesan WhatsApp pada Sabtu, 26 November lalu.

 

Dukungan kepada Yudo juga mengalir dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Seorang petinggi TNI Angkatan Laut bercerita, Andika memang tak terang-terangan mengungkapkan pilihan mengenai calon penggantinya. Namun hubungan menantu bekas Kepala Badan Intelijen Negara, Abdullah Mahmud Hendropriyono, itu dengan Yudo makin rekat setahun belakangan.

 

Andika dan Yudo kerap tampil bersama dan kegiatan mereka diunggah ke akun media sosial Panglima TNI. Salah satunya upacara pengangkatan Andika sebagai warga kehormatan Korps Marinir. Dalam video yang ditonton lebih dari 46 ribu kali itu, Andika berlutut di hadapan Yudo di atas kendaraan amfibi. Yudo lalu menyematkan baret ungu ke kepala Andika.

 

Orang dekatnya bercerita, Andika telah mengajukan nama Yudo sebagai penggantinya kepada Presiden. Andika tak merespons pertanyaan yang dikirimkan ke nomor pribadinya hingga Sabtu, 26 November lalu. Selepas upacara hari ulang tahun TNI ke-77 di Istana Negara pada 5 Oktober lalu, Andika menyatakan rotasi Panglima TNI bukan kewenangannya. “Presiden tak pernah berbicara jauh-jauh hari karena beliau selalu mendadak,” ujarnya.

 

Di tengah kabar pencalonan sebagai Panglima TNI, isu yang menyudutkan Yudo mulai bermunculan di media sosial. Dua pembantu Yudo yang memantau aktivitas media sosial bercerita, kasus tenggelamnya KRI Nanggala-402 pada April 2021 mulai diungkit sejumlah akun Twitter sejak awal November. Kecelakaan itu menyebabkan 53 awak Nanggala gugur.

 

Begitu pula isu tentang peristiwa jatuhnya pesawat Bonanza G-36 di Selat Madura, Jawa Timur, pada September lalu bermunculan di media sosial. Pesawat itu mengangkut dua prajurit TNI Angkatan Laut. Menurut narasumber ini, narasi yang muncul di media sosial adalah TNI Angkatan Laut tak cakap dalam merawat alat utama sistem persenjataan.

 

Dalam wawancara khusus dengan Tempo pada akhir September lalu, Yudo Margono mengatakan TNI menghadapi sejumlah tantangan di masa mendatang. Ia mencontohkan konflik di Papua dan dinamika geopolitik di Laut Natuna Utara harus menjadi perhatian TNI. Yudo mendorong peningkatan intensitas operasi gabungan untuk menghadapi ancaman tersebut.

 

Yudo juga menyoroti posisi TNI dalam menghadapi tahun politik pada 2024. Ia menegaskan bahwa TNI harus menjaga netralitas. “Bahaya jika TNI dibawa ke mana-mana, maka kami harus solid,” tuturnya.

 

Ihwal kemungkinan menjadi Panglima TNI, Yudo Margono menyatakan penunjukan itu hak prerogatif presiden. Namun ia mengaku siap jika tanggung jawab itu diberikan kepadanya. “Kami melaksanakan tugas sesuai dengan perintah undang-undang,” ujar Yudo. ●

 

Sumber :   https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/167521/bagaimana-yudo-margono-menjadi-panglima-tni-pilihan-jokowi

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar