Senin, 28 Juni 2021

 

Pandemi Hambat Industri Wisata di Arab Saudi

Musthafa Abd Rahman ;  Wartawan Kompas di Kairo, Mesir

KOMPAS, 25 Juni 2021

 

 

                                                           

Keputusan Arab Saudi pada 12 Juni lalu tentang pembatasan jumlah calon jemaah haji 2021 mencerminkan betapa industri pariwisata di negara itu masih sangat berat. Pada musim pandemi ini, negara itu membatasi calon jemaah haji hanya 60.000 orang.

 

Ibadah haji plus umrah yang bisa disebut wisata religi adalah bagian dari industri pariwisata di Arab Saudi. Haji dan umrah dirancang sebagai pendukung utama industri pariwisata yang sedang dikembangkan secara besar-besaran di negara yang didirikan oleh Raja Abdul Aziz pada tahun 1932 itu.

 

Industri haji dan umrah pun ditetapkan menjadi andalan dari diversifikasi ekonomi dalam visi Arab Saudi 2030 yang dideklarasikan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) pada 2016.

 

Potensi pendapatan dari ibadah haji dan umrah diperkirakan bisa mencapai 12 miliar dollar AS. Arab Saudi selama ini secara tradisi hanya mengandalkan wisata religi, persisnya haji dan umrah, untuk pendapatan devisa dari industri pariwisatanya.

 

Namun, seiring dengan Visi Arab Saudi 2030, negara itu mencanangkan mengembangkan industri wisata tidak hanya wisata religi, tetapi lebih luas lagi. Oleh karena itu, Arab Saudi pada tahun 2019 mengeluarkan keputusan jemaah umrah diizinkan mengunjungi semua tempat di negara itu.

 

Keputusan tersebut untuk memberi peluang kepada jemaah umrah agar tidak hanya mengunjungi tempat-tempat wisata religi di Mekkah dan Madinah, tetapi juga obyek-obyek wisata lainnya di Arab Saudi secara umum. Sebelumnya, jemaah umrah hanya diizinkan mengunjungi Mekkah dan Madinah.

 

Arab Saudi sesuai Visi 2030 mencanangkan jemaah umrah bisa mencapai 30 juta hingga tahun 2030 dan mereka bisa mengunjungi tempat wisata di luar kedua kota suci. Selain menyasar jemaah umrah, mereka juga mempermudah warga asing mendapatkan visa turis untuk mengunjungi berbagai obyek wisata di seantero negeri.

 

Negara ini sesungguhnya terinspirasi oleh keberhasilan negara Arab tetangganya, Uni Emirat Arab, khususnya Dubai, yang berhasil secara gemilang mengembangkan industri pariwisatanya. Bahkan, industri pariwisata di Dubai menjadi salah satu tulang punggung dalam meraih devisa.

 

Dubai menjadi satu dari empat kota dunia paling banyak dikunjungi turis pada 2019. Sebelum pandemi, kota itu dikunjungi sekitar 20 juta turis dari mancanegara dengan pendapatan devisa sekitar 30 miliar dollar AS.

 

Arab Saudi, yang memiliki kekayaan alam dan peninggalan sejarah yang jauh lebih komplet dari UEA, merasa memiliki potensi untuk menjadi tujuan wisata dunia yang lebih menarik dari UEA. Akan tetapi, ambisi negara itu mengembangkan industri wisatanya buyar dengan datangnya pandemi Covid-19 sejak Maret 2020.

 

Memasuki tahun 2021, Arab Saudi sesungguhnya cukup optimistis industri wisatanya bisa pulih lagi secara bertahap seiring dengan proses vaksinasi di banyak negara, termasuk negara itu. Bahkan, mereka merancang 70 persen dari 33 juta penduduk negara itu telah tuntas mendapat vaksin Covid-19 pada akhir 2021.

 

Mereka membangun lebih dari 500 pusat vaksinasi di seluruh negeri dalam upaya mencapai target herd immunity (kekebalan kelompok). Negara itu telah menandatangani kesepakatan dengan China, Rusia, AS, dan Jerman untuk pengadaan vaksin Covid-19.

 

Arab Saudi tercatat telah melakukan vaksinasi Covid-19 kepada warganya sejak Desember 2020, paling cepat di dunia Arab. Hal itu berangkat dari keinginan kuat agar kehidupan di negara itu segera pulih kembali, termasuk pariwisatanya, khususnya industri haji dan umrah.

 

Pada 4 Oktober 2020, mereka sudah berani mengizinkan sebanyak 108.041 orang melakukan ibadah umrah. Jumlah tersebut terdiri dari 42.873 untuk warga Arab Saudi, 65.168 untuk pemegang izin tinggal (residents), termasuk ekspatriat, dan 10.041 untuk warga yang mendaftar via aplikasi EatMarna.

 

Mulai 1 November 2020, Arab Saudi juga mengizinkan warga asing, termasuk warga Indonesia, melakukan ibadah umrah. Pada Ramadhan lalu, mereka bahkan mengizinkan 50.000 orang menunaikan ibadah umrah setiap hari di Mekkah.

 

Namun, karena laju penyebaran Covid-19 di Arab Saudi dan banyak negara lain cukup tinggi serta proses vaksinasi yang lamban di banyak negara, pada 2 Februari 2021, Arab Saudi mengumumkan melarang warga dari 20 negara, termasuk Indonesia, masuk ke negara itu. Kemudian pada 4 Juni, mereka mencabut larangan masuk ke Arab Saudi untuk warga 11 negara dari 20 negara yang dilarang masuk pada Februari.

 

Ke-11 negara tersebut adalah UEA, Jerman, Amerika Serikat, Irlandia, Italia, Portugal, Inggris, Swedia, Swiss, Perancis, dan Jepang. Warga negara Indonesia sampai sekarang masih termasuk yang dilarang masuk ke Arab Saudi. Itulah dinamika kebijakan Arab Saudi dalam menghadapi penyebaran Covid-19 yang masih cukup tinggi dan lambannya proses vaksinasi di banyak negara.

 

Puncak kecemasan Arab Saudi atas masih tingginya penyebaran Covid-19 itu adalah keputusan negara itu membatasi jumlah calon jemaah haji tahun ini hanya maksimal 60.000 orang. Itu pun hanya untuk warga negara setempat dan orang yang tinggal di negara tersebut.

 

Maka, paruh pertama tahun 2021 bagi Arab Saudi adalah semester yang buruk. Optimisme Arab Saudi akan pulihnya kehidupan pada tahun 2021 harus terkubur. Bagaimana semester II atau Juli-Desember 2021 nanti? Akan sangat bergantung pada tingkat penyebaran Covid-19 dan proses vaksinasi di Arab Saudi dan negara-negara lain.

 

Menurut data Worldometers, kasus positif Covid-19 di Arab Saudi hingga Rabu (23/6/2021) mencapai 476.882 kasus, 7.691 orang meninggal, dan 458.048 orang dinyatakan sembuh. Kasus harian di Arab Saudi cukup tinggi, yakni 1.212 kasus positif pada Senin (21/6/2021) dan 1.487 kasus positif pada Selasa lalu.

 

Arab Saudi sampai sekarang belum mencabut larangan masuk bagi warga sembilan negara, yaitu Indonesia, Mesir, Pakistan, Lebanon, India, Afrika Selatan, Brasil, Turki, dan Argentina. Sebagian besar dari sembilan negara ini berpenduduk mayoritas Muslim atau berpenduduk Muslim dalam jumlah besar.

 

Ini artinya Arab Saudi akan kehilangan potensi calon jemaah umrah dalam jumlah besar jika tidak segera mencabut larangan masuk warga dari sembilan negara tersebut. Tentu mereka akan melihat sejauh mana sembilan negara itu, termasuk Indonesia, mampu menekan jumlah penyebaran Covid-19 dan proses vaksinasinya.

 

Khusus Indonesia harus segera bisa menurunkan penyebaran Covid-19 yang pada akhir Juni ini mencapai rata-rata di atas 10.000 kasus per hari jika ingin segera dicabut dari daftar negara yang warganya dilarang masuk Arab Saudi. Kalau gagal menurunkan tingkat penyebaran Covid-19, Indonesia harus rela lebih lama lagi masuk daftar negara yang warganya dilarang masuk Tanah Suci.

 

Arab Saudi tentu akan terus memantau secara intensif pergerakan penyebaran Covid-19 di setiap negara, termasuk Indonesia. Pasalnya, hal itu terkait dengan kebijakan pelaksanaan ibadah haji dan umrah serta industri pariwisatanya. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar