Selasa, 29 Juni 2021

 

Tangkislah Serangan Covid

Jean Couteau ;  Penulis kolom “UDAR RASA” Kompas Minggu

KOMPAS, 27 Juni 2021

 

 

                                                           

Tidak mudah bertatap muka dengan orang lain semasa pandemi Covid-19. Kalau bertemu, mukanya harus tertutup. Bermasker. Tak boleh ada lagi yang namanya cipika-cipiki. Bisa kena Covid. Meski kita memakai masker, tak berani ngomong, terutama kalau tak ada angin. Takut si Covid memanfaatkan kesempatan itu untuk meloncat nempel, lalu merambat entah ke mana, di pojok hidung, di langit-langit, atau di ujung lidah.

 

Bahaya! Pokoknya si Covid mutlak kudu dilawan, dihadang, dan dikalahkan sebelum dia menyelusup masuk ke tenggorokan, dan lebih-lebih bercokol di paru-paru. Kalau ditelan saja, tidak terlalu parah. Sesampai di lambung, ia akan diserang asamnya dan mampus sebelum sempat berbiak-biak. Paling-paling akan menyebabkan mules dan mencret, keluar entah bagaimana dan merampungkan sisa pengalaman hidupnya sebagai pupuk di kebun kecil belakang rumah, atau sebagai santapan favorit di lorong tikus dan kecoa. Namun, seandainya dia salah jalan dan sampai masuk ke paru-paru, lain ceritanya. Di situ, anginnya segar untuk berkembang biak. Maka, begitu si Covid dihirup, langsung masuk dan bercokol.

 

Ideal untuk si virus bandel ini. Dia keenakan, bisa berfoya-foya sebagai mahkota protein. Apalagi dia tak sendiri. Ada betinanya. Maka, tanpa disadari oleh yang empunya paru-paru, si Covid sudah kasmaran dan beranak-pinak tanpa menghiraukan pendapat siapa pun. Pokoknya bikin anak! Banyak! Mungil-mungil semuanya. Tak mengherankan tanpa makan waktu lama paru-paru tak bisa bernapas. Kehabisan udara. Si empunya paru sampai megap-megap! Kewalahan menghadapi serangan massal anak-anak Covid! Si empunya paru-paru bisa mati. Kecuali….

 

Ya, kecuali kalau ada bala bantuan. Karena selama ini, yang melawan si Covid ini hanya tentara pribadi si empunya paru-paru. Antibodi, namanya. Cukup hebat sebenarnya si antibodi itu! Kalau satu lawan satu, serdadu antibodi satu, Covid satu, antibodi pasti menang. Memang, banyak jagoannya di antaranya! Tetapi, antibodi mempunyai masalah: betapa hebatnya di dalam pertarungan satu lawan satu, dia kalah soal beranak pinak.

 

Minatnya kurang, hampir impoten! Meski ada betinanya, dia tak mampu beranak pinak di dalam jumlah yang cukup banyak untuk menangkis serangan barisan Covid yang terus berdatangan tak takut mati. Apalagi, celakanya! mayat-mayat Covid yang bergelimpangan itu memblokir kanal-kanal oksigen menuju vena-vena yang empunya tubuh. Di situ, menunggu sang maut penjemput kematian, yang empunya paru-paru itu! Ampun deh!

 

Satu-satunya jalan keluar agar sang empunya paru-paru bisa hidup ialah mencari bantuan luar. Vaksin, namanya! Begitu disuntik, bak viagra, para antibodi terpicu menjadi perkasa. Gilirannya beranak pinak. Membeludak jumlahnya. Jutaan banyaknya. Dampaknya langsung terasa. Baru si Covid masuki tubuh, belum dia sampai di paru-paru, sudah ketahuan niat jahatnya. Lalu dihadang. Dibidik panah antibodi. Byur, celetak! Kena! Babak belur. Tentara Covid jahanam lari tunggang langgang. Kecut. Itulah kesaktian si vaksin. Memicu antibodi yang mengenyahkan Covid.

 

Sekarang, ibaratkan kalian adalah serdadu antibodi di atas. Akan bereaksi bagaimana apabila mendengar bahwa komandan Anda, yang bermarkas nun jauh di atas sana, menolak bala bantuan vaksin gara-gara vaksin disebut-sebut terkontaminasi babi atau menjadikan Bill Gates lebih kaya. Pasti kalian akan nuntut komandan itu disepak dan bala bantuan diterima.

 

Kini, bolehkah saya lebih serius? Kalian telah membaca dan memahami cerita metaforik ini, kan? Maka, jangan ragu-ragu, teman-teman. Jangan membiarkan si Covid mengantar Anda dan orang di sekitar anda—siapa tahu?—ke ambang maut. Siapa pun Anda, petani dan tuan tanah, buruh dan eksekutif, orang kaya dan orang miskin, beragama Islam, Hindu, Kristen, Buddha, Konghucu, atau aliran kepercayaan; jangan kalian perhatikan suara sumbang orang yang tidak bertanggung jawab. Bersedialah kalian untuk divaksin. Semua. Demi keselamatan kita bersama. Amin. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar