Rabu, 23 Juni 2021

 

Evaluasi ”Detektif” Program Kampus Mengajar

JC Tukiman Taruna ;  Pengajar Pascasarjana pada Matakuliah Community Development Planning; Ketua Dewan Penyantun Unika Soegijapranata Semarang

KOMPAS, 23 Juni 2021

 

 

                                                           

Sekadar mengingatkan, Program Kampus Mengajar (PKM) secara resmi dimulai pada 25 April 2021 dan segera akan berakhir pada 25 Juni 2021. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi untuk perbaikan ke depan. Evaluasi mandiri ini bercorak ”detektif” dalam arti hanya fokus mendeteksi gejala perubahan yang terjadi di locus-nya, yakni sekolah-sekolah target, terutama ada-tidaknya gejala perubahan pada pembelajaran guru dan pembinaan pengawasnya.

 

Dalam rangka mengurangi kemungkinan salah deteksi, evaluasi mandiri atas PKM ini sengaja memilih pengawas sekolah dasar (SD) yang berprestasi sejak dulu sebagai guru, kepala sekolah, ataupun sekarang sebagai pembina pembelajaran guru-guru SD. Maka, evaluasi detektif ini hanya terfokus pada satu daerah binaan di suatu kecamatan; dan gejala perubahan yang terdeteksi juga terfokus pada diri mahasiswa, guru, dan pengawas.

 

Pembekalan awal

 

Salah satu titik lemah PKM ini (harap jangan mengambinghitamkan karena adanya pandemi Covid-19) ialah pembekalan awal yang rupanya tidak komplet/matang. Akibatnya, pada diri mahasiswa, misalnya, justru cenderung lebih ingin ”cari pengalaman” daripada siap transfer pengetahuan dan kolaborasi dengan guru-guru dalam hal metode pembelajaran, misalnya.

 

Ada kelompok mahasiswa sekadar menyajikan model-model pembelajaran (pasti teori), lalu guru-guru diminta menuliskan model pembelajaran mana yang pernah guru lakukan di kelasnya berikut alasannya. Berhenti di situ saja sebab yang kemudian terjadi ialah guru kembali mengajar di kelasnya seperti biasa, dan mahasiswa sekadar pesan apabila ada kesulitan, silakan bertanya.

 

Apa yang selanjutnya terjadi sudah dapat diduga, yakni guru tidak cenderung bertanya, sebaliknya mahasiswa semakin jarang datang ke sekolah karena merasa tidak ada pertanyaan apa pun dari guru. Jelas, belum terjadi gejala perubahan apa pun dan di pihak siapa pun karena ada kecenderungan saling menunggu. Guru menunggu apa yang akan dilakukan mahasiswa selanjutnya setelah membeberkan berbagai metode pembelajaran. Di sisi lain,  mahasiswa menunggu ada pertanyaan dari guru. Perubahan sekecil apa pun akan terjadi apabila ada salah satu pihak memulainya secara konsisten.

 

Ada contoh menarik di satu sekolah, yaitu terkait dengan HOTS (higher order thingking skill atau konsep berpikir tingkat tinggi), dan dapat menegaskan bahwa gejala perubahan dapat mulai terjadi ketika hal-hal yang dirasakan sebagai kebutuhan guru/sekolah terjawab oleh mahasiswa dalam PKM ini.

 

Seperti diketahui, saat ini, terutama guru sedang sangat membutuhkan penjelasan komplet tentang model HOTS, dan yang paling dibutuhkan guru ialah cara membuat atau menyusun pertanyaan, berikut cara penilaiannya, sesuai dengan syarat berpikir lebih tinggi. Tegasnya, guru-guru ingin semakin terampil mengajukan pertanyaan dan menilai sesuai ”tuntutan” HOTS.

 

Gejala perubahan yang terjadi di sekolah ini, antara lain, ialah dua tiga guru semakin senang mengajak siswanya terus bermain-main pertanyaan model HOTS. Apabila gejala perubahan seperti ini terus berlanjut, niscaya baik guru maupun siswa akan semakin terangsang oleh model HOTS ini.

 

Peran pengawas

 

Pembekalan awal bagi mahasiswa yang akan terlibat dalam PKM akan semakin terfokus dan menunjang perubahan di sekolah itu apabila ada langkah deteksi awal oleh kampus terkait dengan kebutuhan riil guru/sekolah (school needs). Maksudnya, pihak kampus perlu mengawali pembuatan peta kebutuhan riil dan terfokus setiap sekolah terkait dengan pembelajaran guru dan kepemimpinan kepala sekolah, misalnya; dan atas dasar peta kebutuhan sekolah itu mahasiswa diberi pembekalan awal yang riil dan terfokus juga sesuai dengan peta kebutuhan setiap sekolah sebelum terjun langsung ke sekolah.

 

Ke depan, PKM sebaiknya benar-benar difokuskan ke sekolah berakreditasi C, maka mau tidak mau program ini harus juga berpikir tentang cara-cara mengoptimalisasikan peran pengawas. Di sinilah peran utama dosen dalam konteks PKM ini, yaitu mendorong pengawas melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara semestinya, yakni pembinaan pembelajaran guru dan kepemimpinan kepala sekolah di daerah binaannya.

 

Evaluasi detektif atas PKM yang dirumuskan oleh pengawas mengerucut pada empat substansi. Pertama, gejala perubahan terjadi pada guru/sekolah di daerah binaan pengawas yang memang aktif dan mau terlibat dalam PKM. Kedua, ada pengambil kebijakan di tingkat kabupaten dan pengawas di tingkat kecamatan, tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi di sekolah terkait dengan PKM karena informasi dan komunikasi berhenti pada koordinator wilayah pengawasnya.

 

Ketiga, setiap kampus adalah penentu sukses tidaknya PKM, dan semata-mata kuncinya ada pada terfokus serta lengkapnya pembekalan awal. Keempat, perlu dibuat daftar kegiatan harian yang disusun bersama antara pihak mahasiswa PKM dan sekolah untuk menghindari saling menunggu. Ke depan, perubahan pada diri mahasiswa perlu dirumuskan lebih rinci dan terfokus juga, terutama terkait dengan bagaimana dan komunikasi harian seperti apa saja telah dilakukan terhadap pihak guru dan lainnya di sekolah yang bersangkutan.

 

Simpulannya, PKM ”tahap permulaan” telah terjadi dan menemukan beberapa evaluasi detektif saat ini, dan pasti akan semakin komplet deteksinya apabila dilengkapi daerah lain. Karena itu, evaluasi ini perlu dilanjutkan karena akan menunjang percepatan konsep Kampus Merdeka sejauh setiap kampus benar-benar tepat menjawab kebutuhan riil sekolah dalam hal pembelajaran guru, kepemimpinan kepala sekolah, dan peran pembinaan pengawas sekolah. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar