Jumat, 18 Juni 2021

 

Kini Mereka Bertanding Membangun Kehidupan di Luar Angkasa

Andreas Maryoto ;  Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”) Kompas

KOMPAS, 17 Juni 2021

 

 

                                                           

Perbincangan di kalangan perusahaan teknologi digital tidak lagi berkutat pada masalah bisnis digital murni. Sejak beberapa tahun lalu, diskusi tentang upaya membangun kehidupan di luar angkasa makin mengemuka. Mereka juga membuat inisiatif untuk terbang ke luar angkasa.

 

Kini pertandingan untuk membangun kehidupan baru di luar angkasa makin nyata di kalangan perusahaan teknologi digital.

 

Pekan lalu, pemenang lelang terbang dengan wahana New Shepard yang merupakan pesawat buatan Blue Origin, perusahaan milik CEO Amazon Jeff Bezos, sudah ditentukan meski namanya belum diumumkan ke publik. Pemenang dan Bezos serta saudaranya akan terbang pada 20 Juli nanti. Si pemenang kabarnya berhasil mengungguli 6.000 peserta lainnya setelah menawar dengan harga tertinggi, yaitu 28 juta dollar AS.

 

Penerbangan itu akan melengkapi prakarsa penerbangan oleh perusahaan swasta ke luar angkasa. Mereka yang memulai bisnis itu dari pemilik Virgin Galactic, Richard Branson, hingga pemilik SpaceX, Elon Musk. Tidak hanya mereka, perusahaan rintisan bernama Axiom Space ikut masuk ke dalam gelanggang. Perusahaan yang dibiayai secara komersial berhasil mendapatkan pendanaan seri B dengan nilai 130 juta dollar AS.

 

Pertandingan penerbangan ke ruang angkasa itu membawa bisnis industri ruang angkasa sudah tidak lagi sekadar berkait dengan satelit dan data saja. Saat ini sebenarnya adalah langkah awal dari eksplorasi untuk membangun kehidupan manusia masa depan di ruang angkasa.

 

Mereka mempunyai impian tentang kehidupan di luar angkasa setelah lebih dari 50 tahun yang lalu Neil Armstrong menjejakkan kaki di Bulan. Meski masih banyak yang belum terbuka, perusahaan-perusahaan penerbangan luar angkasa pasti memiliki impian yang jauh dari sekadar kita dengar dan kita baca.

 

Mereka tentu juga memikirkan aspek bisnis dari impian-impian itu. Morgan Stanley menyebutkan proyek ekonomi ruang angkasa dapat menghasilkan pendapatan hingga lebih dari 1 triliun dollar AS pada 2040. Angka ini melonjak dari 350 miliar dollar AS pada 2020. Oleh karena itu, ekonomi ruang angkasa akan membutuhkan sejumlah pekerjaan di luar pekerjaan teknis ruang angkasa.

 

”Kami membutuhkan ilmuwan dan juga perekayasa seperti sekarang ini, tetapi kami juga membutuhkan arsitek ruang angkasa, kami membutuhkan seniman ruang angkasa, desainer ruang angkasa, serta juga ahli hukum yang akan membantu kami berurusan dengan kebijakan dan pertanyaan legal yang akan muncul dalam dekade ke depan,” kata Ariel Ekblaw, pendiri dan Direktur MIT’s Space Exploration Initiative, kepada Yahoo Finance.

 

Pertandingan terbang ke luar angkasa dan impian membangun kehidupan di luar angkasa tentu membutuhkan ide-ide besar agar semua bisa terealisasikan. Ide-ide itu semisal mereka akan membangun kehidupan di planet lain, memunculkan program wisata luar angkasa, dan membangun penginapan di luar angkasa. Tidak mengherankan bila di internet telah bermunculan ide-ide untuk membuat kehidupan di luar Bumi. Saat ini kita masih menganggap ide-ide itu aneh dan mungkin tidak masuk akal. Namun, semua bakal berubah.

 

Saat ini penerbangan ke luar angkasa pasti sangat mahal, tetapi suatu saat harga tiketnya akan menurun. Mungkin saja pada saatnya penerbangan ke luar angkasa menjadi hal yang biasa. Hanya orang-orang ”gila” yang memikirkan semua ini. Pekerjaan-pekerjaan baru akan segera bermunculan dan kompetisi penerbangan ke luar angkasa sudah pasti akan memunculkan masalah. Tidak hanya antarnegara, tetapi juga perusahaan-perusahaan yang bersaing untuk memenangi bisnis di luar angkasa.

 

Seorang penulis lepas bernama Michael D Shaw di dalam laman Space menulis, jika perusahaan swasta mulai menjelajahi dan menggapai tujuan akhir, yaitu  membangun pos terdepan manusia di Bulan dan Mars, meluncurkan wisatawan ke luar angkasa, atau bahkan membangun hotel luar angkasa mewah di orbit, dunia akan membutuhkan undang-undang yang lebih jelas untuk mengatur penggunaan komersial ruang angkasa. Pengacara dengan keahlian lebih khusus diperlukan untuk memahami dan menafsirkan undang-undang tersebut.

 

Dunia memang telah memiliki beberapa perjanjian yang mengatur apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan oleh entitas pemerintah di luar angkasa, seperti Perjanjian Luar Angkasa Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, perusahaan swasta tidak harus mematuhi aturan yang sama karena tidak mengikat mereka. Saat diluncurkan mungkin aturan itu dibuat tanpa mempertimbangkan perusahaan swasta masuk ke dalam industri penerbangan luar angkasa. Masalah akan muncul di sini dan bila dibiarkan, kompetisi akan makin merusak.

 

Oleh karena itu, Shaw mengatakan, setiap ilmuwan yang tengah mencari jawaban tentang misteri alam semesta harus mulai memperhatikan hukum yang mengatur tentang apa yang dapat kita lakukan di luar angkasa. Jika kebingungan terus berlanjut, tuntutan hukum dapat meningkat dan biaya penjelajahan ruang angkasa mungkin menjadi tawaran yang terlalu mahal. Gairah untuk terbang ke luar angkasa bisa saja menjadi berkurang.

 

Namun, di sisi lain, kerakusan yang bersumber pada kepentingan diri selalu ada dalam jiwa manusia sejak dulu. Karena itu, bila tidak diatur, kompetisi membangun kehidupan di luar angkasa akan merusak. Diam-diam banyak perusahaan berinvestasi di bisnis ini. Sebuah perusahaan modal ventura memperkirakan pada tahun 2019 saja telah ada investasi 5,8 miliar dollar AS di bisnis penerbangan ruang angkasa.

 

Ketika perusahaan swasta memasuki bisnis penerbangan luar angkasa, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang dulu menjadi pemain utama industri ini mulai mereposisi diri. Di lamannya, NASA menyebutkan berbeda ketika program luar angkasa dimulai di mana mereka menjadi perintis, sekarang NASA tidak akan berlomba dengan pesaing. Mereka memilih membangun komunitas kemitraan dengan kalangan industri, masyarakat internasional, serta kaum akademik yang ditempa untuk bekerja sama dan melakukan riset di stasiun luar angkasa.

 

NASA melihat perusahaan komersial kelak akan memainkan peran yang meningkat dalam industri luar angkasa. Swasta masuk ke dalam bisnis peluncuran roket dan satelit, mengangkut kargo dan awak, membangun infrastruktur di orbit rendah Bumi. Sementara NASA akan terus menjadi pemimpin global dalam penemuan ilmiah dan mendorong peluang untuk mengubah pengetahuan baru menjadi hal-hal yang meningkatkan kehidupan di Bumi.

 

Kita bisa melihat inovasi telah mengubah lanskap bisnis penerbangan luar angkasa. NASA tidak lagi dominan. Swasta makin berperan. Perusahaan-perusahaan yang kini secara teknologi dan finansial berkuasa pasti akan dominan di dalam bisnis ini.

 

Di samping itu, ide-ide liar yang selama ini telah diterapkan di industri digital akan makin mendapatkan tempat di dalam industri yang sangat padat teknologi. Tak sampai di sini, mereka tentu akan makin mendekatkan kita pada pengalaman hidup di luar angkasa dan planet lain. Impian yang tak lama lagi bakal terwujud. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar