Sabtu, 27 Januari 2018

Ekspo Impor Internasional China dan Peluang Indonesia

Ekspo Impor Internasional China
dan Peluang Indonesia
Wang Liping  ;  Minister Counsellor Ekonomi dan Perdagangan
Kedutaan Besar China  untuk Indonesia
                                                      KOMPAS, 27 Januari 2018



                                                           
Demi memperdalam keterbukaan kepada dunia luar dan berbagi kesempatan perkembangan dengan seluruh dunia, di depan Forum Puncak Kerja Sama Internasional ”Satu Sabuk Satu Jalur” tahun lalu, Presiden China Xi Jinping mengumumkan bahwa China akan menggelar Ekspo Impor Internasional mulai 2018.

Ekspo Impor Internasional yang pertama akan digelar di Shanghai, China, dari 5 hingga 8 November tahun ini. Dalam kegiatan ekspo tersebut, akan dilakukan pameran barang dan jasa, antara lain peralatan pintar dan peralatan canggih, pakaian dan barang konsumsi, produk makanan dan pertanian, desain kreatif, layanan pariwisata, dan lain-lain.

Selain itu, China akan membangun platform transaksi ”satu pintu” OTO (online to offline) yang mampu menyediakan layanan pameran dan transaksi daring supaya ekspo dapat berlangsung tanpa henti selama 365 hari setahun.

Satu ”bintang” saja tidak cukup untuk menerangi langit gelap. Demi mengumpulkan “bintang-bintang” untuk ”menerangi” ekspo ini, China telah mengirimkan undangan kepada lebih dari 200 mitra dagangnya.

Sejauh ini, perusahaan-perusahaan dari Amerika Serikat, Jepang, Australia, Brasil, Thailand, dan negara-negara lainnya telah mendaftar untuk kegiatan pameran, sementara staf diplomatik atau delegasi asosiasi industri dan pemerintah dari Rusia, Perancis, Korea Selatan, Israel, dan negara lainnya pun telah melakukan kunjungan lapangan.

Di samping itu, China akan mengajak perusahaan-perusahaan dari sejumlah provinsi dan kota China untuk melakukan kegiatan belanja ke ekspo. Diperkirakan, jumlah pembeli yang mengikuti pameran dari dalam dan luar negeri China mencapai 150.000.

Bilateral China-Indonesia

Pada 2017, total impor China mencapai 1,8 triliun dollar AS.  Barang dan jasa impor yang direncanakan pada lima tahun ke depan akan melampaui 10 triliun dollar AS.

Sekarang, China merupakan mitra dagang terbesar sekaligus negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia.

Menurut statistik China, volume ekspor Indonesia ke China sebanyak 25,6 miliar dollar AS pada Januari-November 2017, atau meningkat 37,1 persen. Peningkatan tersebut adalah yang tertinggi dibanding tingkat pertumbuhan ekspor negara-negara ASEAN lainnya, dibarengi defisit perdagangan yang mengecil secara signifikan.

Pencapaian tersebut merupakan hasil upaya bersama antara pemerintah dan perusahaan kedua negara kita. Selain komoditas seperti batubara, minyak kelapa sawit, dan karet, sejumlah barang konsumsi khas Indonesia pun memainkan peranan penting dalam mendorong ekspor Indonesia ke China.

Contohnya jumlah ekspor sarang burung, kelapa, dan kopi, masing-masing mencapai 87 juta dollar AS, 70 juta dollar AS, dan 43 juta dollar AS, dengan tingkat pertumbuhan masing-masing 175 persen, 50 persen, dan 225 persen.

Seiring perkembangan ekonomi China, barang khas Indonesia, seperti ukiran kayu, batu permata, dan kerupuk udang, akan semakin populer di masyarakat China.

Kalah dari negara lain

Meskipun demikian, ekspor Indonesia ke China masih kalah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura. Di bidang produk manufaktur, potensi ekspor Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal dengan porsi ekspor yang relatif kecil.

Dari data ekspor Vietnam dan Malaysia ke China pada periode Januari-November 2017, volume ekspor produk listrik saja sudah mencapai masing-masing 18,6 miliar dollar AS dan 28,1 miliar dollar AS. Angka tersebut mendekati atau bahkan melebihi total ekspor Indonesia ke China pada waktu yang bersamaan.

Selama periode Januari-November 2017, volume ekspor Indonesia ke China menurut Administrasi Umum Bea Cukai China adalah sebesar 25,6 juta dollar AS (meningkat 37,1 persen). Sebagai perbandingan, ekspor Malaysia ke China pada periode yang sama adalah 49,2 juta dollar AS (naik 13,1 persen), Thailand 38,1 juta dollar AS (naik 9,7 persen), Vietnam 35,0 juta dollar AS (naik 44,3 persen), dan Singapura 26,5 juta dollar AS (25,1 persen).

Selain sejumlah komoditas asal Indonesia termasuk batubara dan minyak kelapa sawit yang menunjukkan kinerja ekspor lumayan baik, tingkat pengenalan sebagian besar produk Indonesia lainnya pun perlu digenjot di China.

Mengambil contoh dari komoditas kopi, Indonesia merupakan salah satu dari empat negara penghasil kopi terbesar di dunia,  bahkan kopi Luwak asal Indonesia pun mempunyai reputasi global. Akan tetapi, dari 10 perusahaan dengan penjualan kopi teratas di Tmall.hk, situs e-commerce lintas batas terbesar di China, tercatat empat perusahaan ASEAN yang berasal dari Malaysia dan Vietnam. Sementara tidak terlihat satu pun perusahaan Indonesia dalam daftar tersebut.

Peribahasa bahwa ”Emas akan tetap saja berkilau di mana pun ditempatkan” tidak lagi relevan untuk digunakan pada zaman yang ditandai oleh ledakan informasi dan globalisasi ekonomi ini. Justru publikasi dan promosi yang menjadi kunci sukses dalam ekonomi bola mata masa ini. Ekspo Impor Internasional yang digelar China merupakan kesempatan historis bagi Indonesia untuk dapat memperluas ekspor ke China.

Kami berharap sungguh-sungguh bahwa pemerintah dan perusahaan Indonesia dapat menangkap peluang ini untuk mempromosikan barang dan jasa khas Indonesia sehingga dapat mendorong ekspor Indonesia ke China dan bersama berbagi pasar raksasa China.

Bersama kita rayakan Ekspo Impor Internasional China, ayo nanti kita berjumpa di kota Shanghai, China! ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar