Sabtu, 14 Agustus 2021

 

Ekonomi Tumbuh Sesaat, Utang Melesat

Sarwani ;  Jurnalis Watyutink.com

WATYUTINK, 12 Agustus 2021

 

 

                                                           

Di tengah kabar gembira mengenai tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kembali ke zona hijau sebesar 7,07 persen secara tahunan pada kuartal II 2021, terselip kegundahan atas rencana pemerintah untuk kembali menarik utang pada paruh kedua 2021.

Kegundahan yang membuncah tidak pada ‘tradisi’ berutangnya pemerintah, tetapi pada angkanya yang cukup fantastis yakni Rp515,1 triliun. Pemerintah berdalih utang jumbo tersebut untuk menyelamatkan rakyat.

Pandemi Covid-19 menjadi tantangan luar biasa yang harus dihadapi pemerintah.  Taruhannya tidak hanya kematian dan kesehatan manusia, tetapi juga memukul perekonomian negara hingga ke level paling bawah.

Pemerintah menyatakan semua negara yang mengalami pandemi Covid-19 menyusun instrumen kebijakan agar bisa menjinakkan virus mematikan ini, termasuk mengatasi dampak yang ditimbulkannya di bidang sosial, ekonomi, dan keuangan.

Sebagai sebuah tantangan yang tidak biasa (extraordinary challenge), respon kebijakannya dibuat mengikuti nature-nya, yang juga bersifat extraordinary. Salah satunya menyangkut penyusunan APBN yang new normal dengan membuka ruang defisit lebih lebar dari biasanya.

APBN harus menyelesaikan tantangan yang serba di luar biasa selama masa pandemi ini. Lonjakan kebutuhan di bidang kesehatan, bantuan sosial, suntikan modal untuk usaha kecil, penguatan kapasitas di daerah-daerah, menjaga stabilitas rupiah dan kondisi perekonomian membutuhkan kenaikan anggaran yang tidak sedikit.

APBN menjadi instrumen untuk menyelamatkan rakyat dan perekonomian. Implikasinya, beban anggaran melonjak tajam sehingga menimbulkan defisit besar. Untuk itu pemerintah mengajak masyarakat untuk memahami mengapa negara harus berutang sebagai sebuah intrumen, bukan tujuan.

Pemerintah berpendapat proyeksi utang baru tersebut juga lebih kecil dari jumlah utang dalam UU APBN 2021. Outlook utang sepanjang tahun ini diperkirakan sebesar Rp958,1 triliun dari semula Rp1.177,4 triliun.

Rencana pemerintah berutang bukanlah satu cara ‘menyelesaikan masalah tanpa masalah’. Semakin bertumpuknya utang bisa membawa Indonesia pada kebangkrutan karena tidak mampu lagi membayar cicilan. Gali lubang, tutup lubang yang akan membawa Indonesia pada jebatan utang (debt trap).

Indonesia harus berhati-hati dan menghindari nasib seperti lima negara yang bangkrut karena kegagalannya dalam membayar utang. Mereka adalah Venezuela, Argentina, Yunani, Ekuador, dan Zimbabwe.

Tumpukan utang Indonesia sudah mencapai di atas Rp6.500 triliun. Jumlah tersebut disebut-sebut masih akan terus bertambah dan pemerintahan Presiden Joko Widodo akan mewariskan beban utang bagi generasi mendatang sebanyak Rp10.000 triliun pada akhir masa jabatannya.

Pernyataan pemerintah bahwa pandemi adalah tantangan extraordinary yang juga harus direspon dengan kebijakan yang juga extraordinary, pada akhirnya menimbulkan paradoks karena solusinya dengan berutang yang tidak merupakan satu upaya extraordinary.

Gaya pemerintah yang monoton dalam mengatasi masalah keuangan negara dengan berutang akan membahayakan kelangsungan bangsa Indonesia ke depan. Pemerintah tidak memiliki terobosan solutif tanpa utang.  Utang dapat membuat Indonesia sulit untuk pulih.

Pemerintah juga sudah terlalu boros dalam menangani pandemi. Dana yang digelontorkan untuk mengatasi Covid-19 sudah mencapai Rp1.000 triliun lebih, namun hasilnya justru menempatkan Indonesia pada rangking pertama dalam kasus baru penularan Covid-19 dan tingkat kematian yang tinggi dalam beberapa waktu terakhir.

Jika positifnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 menjadikan pemeritah percaya diri (pede) bahwa ekonomi Indonesia akan membesar sehingga mampu membayar utang ke depan, maka perlu diketahui bahwa zona hijau pertumbuhan ekonomi tersebut sifatnya sesaat.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 itu lebih dominan ditopang oleh pengeluaran rumah tangga sebelum kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) diterapkan. Permintaan yang tertahan meledak pada periode tersebut.

Indonesia membutuhkan pertumbuhan yang berkesinambungan untuk mampu membayar utangnya ke depan. Basis untuk mencapai pertumbuhan berkelanjutan hingga saat ini belum terlalu kuat sehingga Indonesia masih mudah terombang-ambing dalam gejolak ekonomi global. Jangan tertipu oleh pertumbuhan sesaat sehingga pede untuk berutang yang membuat jumlah utang terus melesat naik. ●

 

Sumber :  https://www.watyutink.com/topik/berpikir-merdeka/Ekonomi-Tumbuh-Sesaat-Utang-Melesat

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar