Selasa, 13 Juli 2021

 

Indonesia Belum Memiliki Rumah Sakit Anak

Sukman Tulus Putra ;  Guru Besar Fakultas Kedokteran UI; Staf Medik Departemen Ilmu Kesehatah Anak RSCM-FKUI

KOMPAS, 10 Juli 2021

 

 

                                                           

Indonesia dengan penduduk sekitar 270 juta jiwa, dan dengan jumlah anak usia di bawah 18 tahun sekitar 90 juta, sampai kini belum memiliki satu pun rumah sakit anak/RSA (children’s hospital).

 

RSA merupakan rumah sakit yang khusus dibangun dan disiapkan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara eksklusif, komprehensif, dan lengkap pada bayi, anak, dan remaja, sejak lahir sampai umur 18 tahun.

 

Lengkap di sini tak hanya fasilitas dan sarana lain, tetapi juga semua dokter sub-spesialis dan dokter spesialis kesehatan anak, seperti spesialis mata, THT, kulit, bedah, kedokteran jiwa, rehabilitasi medik, dan radiologi.

 

Dengan demikian, perawatan dan pengobatan anak bisa dilakukan secara multidisiplin dan komprehensif.

 

Karakteristik RSA ialah memberikan perhatian besar terhadap dukungan psikososial anak dan keluarganya selama dalam pelayanan dan perawatan di RS. Yang ada dan banyak tersebar di seluruh Tanah Air saat ini ialah Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA), bukan RSA seperti di banyak negara lain.

 

Perlu diingat, anak bukanlah orang dewasa kecil. Mereka mempunyai kekhasan tersendiri, yakni senantiasa ”tumbuh dan berkembang”, hal yang tak terdapat pada orang dewasa. Bila mereka sakit, perlu tempat perawatan dan penanganan tersendiri yang tentu berbeda dengan orang dewasa.

 

Mengapa perlu RSA?

 

Di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini, dengan jumlah anak yang terpapar lebih dari 200.000 anak (12,5 persen dari total kasus) dan tingkat kematian tinggi, sangatlah terasa bahwa RSA sangat dibutuhkan.

 

Mereka memerlukan ruang isolasi khusus anak dengan berbagai keahlian dokter yang terkait dengan komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi SAR-CoV-2 yang mengancam jiwa mereka.

 

Seorang anak yang terserang Covid-19 tak jarang memerlukan konsultasi seorang dokter subspesialis respirologi anak, jantung anak, ahli perawatan intensif anak, hematologi anak, ahli saraf anak, ahli alergi-imunologi anak, radiologi anak, ahli gizi anak, dan lain-lain. Keahlian di bidang-bidang tersebut sangat diperlukan karena Covid-19 dapat menyerang berbagai sistem organ dalam tubuh manusia, tidak terkecuali anak.

 

Alasan tak adanya RSA selama ini, antara lain, demi efisiensi, sehingga pelayanan kesehatan anak cukup disatukan dengan pelayanan pasien lain, seperti ibu ataupun orang dewasa. Hanya sedikit RSIA dan Rumah Sakit Umum (RSU) yang memiliki semua atau sebagian dokter anak yang dibutuhkan, dengan kualifikasi sub-spesialisasi (konsultan).

 

Tiap tahun, sekitar 4,5 juta bayi lahir dan terdapat tidak kurang dari 25 juta anak balita di Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih yang tertinggi di ASEAN, yakni 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan Vietnam (17/1.000), Thailand (8/1.000), dan Malaysia (6/1.000).

 

Ho Chi Minh City di Vietnam dengan penduduk sekitar 8 juta jiwa memiliki dua RSA. Queen Sirikit Children’s Hospital di Bangkok, Thailand,  dan Royal Children’s Hospital di Melbourne, Australia, termasuk RSA paling modern di dunia saat ini.

 

Lantas, RS seperti apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh anak-anak Indonesia? Konsep RSA seperti diuraikan di atas sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama di negara-negara maju dan sudah diikuti oleh beberapa negara berkembang.

 

Rumah sakit anak yang baik harus mempunyai fasilitas dan tenaga ahli kesehatan anak yang lengkap, mulai dari dokter spesialis anak umum (general pediatrician) hingga dokter spesialis dengan berbagai sub-spesialisasinya, seperti ahli paru anak, gatroenetrologi anak, hematologi anak, jantung anak, dan tumbuh kembang anak. Jumlahnya di Indonesia saat ini ada 14 bidang pendalaman sebagai subspesialisasi dari spesialis anak.

 

Demikian pula RSA harus memiliki tenaga dokter spesialis di bidang kedokteran lain yang terkait, seperti ahli mata anak, THT anak, kulit anak, psikiatri anak, radiologi anak, nutrisi anak, bedah anak, dan rehabilitasi medik, yang semuanya berada di satu RS itu.

 

Paling tidak, perencanaan untuk membangun beberapa RSA di seluruh Tanah Air baik oleh pemerintah maupun swasta sudah harus dimulai dari sekarang. Bukankah investasi dalam bidang kesehatan anak saat ini akan menjadi investasi masa depan bangsa? ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar