|
KEMELUNAKAN sikap pemerintah AS dan Prancis melegakan
banyak pihak, setidak-tidaknya untuk sementara. Opsi intervensi militer ke
Suriah yang semula akan diwujudkan oleh AS dan sekutunya menebar kekhawatiran
akan destruksi dan kekejian perang. Perang itu dikhawatirkan juga meluas, bukan
hanya di Suriah melainkan ke seluruh negara-negara Arab bagian Timur, bahkan
hingga ke Turki dan Iran.
Kini, harapan ketercapaian solusi damai di Suriah kembali
menguat. Upaya Rusia untuk menawarkan kompromi ìcerdikî patut mendapat
apresiasi. Rusia menawarkan solusi, persenjataan kimia Suriah diserahkan kepada
pengawasan masyarakat internasional sebagai imbalan pembatalan intervensi
militer Sekutu ke negara tersebut.
Memang masih ada perbedaan, terutama mengenai apakah
senjata pemusnah massal itu akan dihancurkan atau tidak? Namun, ada gelagat
proposal itu secara umum disambut positif, baik oleh kubu Assad dan
pendukungnya maupun oleh AS dan sebagian sekutunya. Beberapa sekutu AS di
kawasan yang sangat menginginkan penjatuhan Assad secara paksa melalui jalur
militer, termasuk oposisi Suriah, tampak kecewa dengan perkembangan baru ini.
Harapan kita tentu lebih jauh dari itu. Jika proposal
tersebut kemudian disepakati maka kita berharap, hal itu dilanjutkan dengan
upaya penyelesaian damai final dan menyeluruh di Suriah. Taruhlah
terselenggaranya konferensi damai Genewa II yang beberapa waktu terakhir
seolah-olah terkubur oleh berita rencana intervensi militer.
Intervensi
Militer
Ada empat skenario yang masih mungkin terjadi berkait
penyelesaian krisis. Pertama; intervensi militer negara-negara besar terhadap
Suriah untuk memaksakan tumbangnya rezim Assad. Bom ìkimiaî direaksi begitu
keras dan sangat serius oleh hampir semua aktor internasional termasuk pemimpin
negara-negara Barat seperti AS dan Prancis.
Sebagian pengamat meyakini, bom itu benar-benar bom kimia
berskala kecil. Laporan beberapa televisi Timur Tengah menayangkan kengerian
korban-korban bom itu. Bom itu sama sekali tak menimbulkan kerusakan, tetapi
membuat yang hidup, mati dengan sangat ìmanusiawiî.
Anak-anak, ibu-ibu, orang tua, dan remaja, mati tanpa
sedikit pun ada luka tembakan, sayatan, ataupun tumbukan. Bahkan jasad mereka
masih terlihat utuh, segar layaknya orang tidur. Faktanya, mereka mati dengan
tubuh kaku. Penulis teringat foto orang-orang Kurdi yang jadi korban keganasan
gas beracun Saddam Hussein yang ditunjukkan beberapa wartawan kepada penulis
saat di Kairo. Korban seperti tak mengalami upaya pembunuhan, tetapi tiba-tiba
mati setelah menghirup gas beracun yang ditebar helikopter yang mereka sambut
sukacita. Penulis melihat beberapa foto orang mati kaku dalam keadaan menyetir
mobil, menggendong anak, dalam posisi duduk, bekerja, setengah berbaring, dan
sebagainya.
Belum ada laporan pemandangan seperti ini di Suriah. Hal
ini barangkali dikarenakan setelah penyerangan itu, pasukan Assad segera
melakukan ofensif secara masif ke wilayah tersebut yang dicurigai untuk
menghilangkan jejak. Skenario intervensi ini sekarang melemah lagi setelah
kampanye AS dan para pendukung intervensi tak membuahkan hasil sebagaimana yang
mereka inginkan. Sebaliknya, penolakan terhadap perang makin meluas baik dari
pemimpin, masyarakat, maupun organisasi internasional. Nyali AS makin ciut
dengan kebersikukuhan Rusia, Iran, dan Hizbullah dalam mendukung rezim Suriah.
Di tengah kegamangan AS dan sekutunya untuk melakukan
ofensif militer, proposal Rusia memberi jalan keluar yang cantik. Rusia
mengusulkan rencana intervensi itu dibatalkan untuk menghindari perang
destruktif dengan imbalan Suriah menyerahkan persenjataan kimianya di bawah
pengawasan internasional.
Skenario Lain
Kedua; intervensi itu tak jadi dilakukan baik karena
kesepakatan damai atau sebab lain, tetapi perang sangat berdarah di Suriah
terus memakan korban. Perang itu bahkan dikhawatirkan membawa destruksi lebih
lama. Lebih dari itu, perang makin menyeret negara-negara di sekitar Suriah
terlibat lebih dalam.
Mencermati perkembangan terakhir, Lebanon, Turki, dan
Israel bisa saja masuk atau terjerumus ke arena perang setiap saat. Di luar dua
skenario yang menakutkan itu, ada dua skenario lain yang lebih kita harapkan,
yakni skenario ketiga dan keempat.
Ketiga; proposal Rusia itu mengantarkan pada kesepakatan
pembatalan ofensif militer sekutu dan membuka jalan konferensi damai final dan
menyeluruh. Kita tentu berharap konferensi damai yang terus tertunda-tunda itu
berhasil mengantarkan pihak-pihak yang bertikai mencapai kesepakatan damai.
Selanjutnya, keputusan itu secara umum diimplementasikan di
lapangan. Rusia yang tak ingin kehilangan sekutu strategisnya di Timur Tengah
terus mendorong opsi ini dengan berbagai cara. Kita tentu berharap skenario ini
yang bakal terjadi. Keempat; kesepakatan pembatalan intervensi militer,
dilanjutkan proses negosiasi yang menghasilkan keputusan politik bersama. Namun
implementasi di lapangan memperoleh hambatan besar terutama dari
kelompok-kelompok bersenjata yang tak terkendali. Jika itu terjadi maka perang
masif dan terbuka seperti sekarang ini dapat berhenti, tetapi gangguan keamanan
serius akan menghantui proses transisi ke depan.
Harapan kita, para aktor kunci yang terlibat dalam konflik,
baik secara langsung maupun tidak, masih menyisakan rasa kemanusiaan di hati
mereka. Semoga egoisme untuk memaksakan keinginan sedikit berkurang mengingat
mereka juga sangat sulit mencapai tujuan melalui perang kendati dengan ongkos
dan risiko sebesar apa pun. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar