|
Haji merupakan salah satu ibadah yang memerlukan pengorbanan
meliputi fisik, psikis, ekonomi, dan bahkan nyawa pun apabila dikehendaki
oleh-Nya akan dikorbankan di tanah suci. Pengorbanan itu lebih besar ketimbang
ibadah lainnya. Karenanya, tidak semua orang bisa menjalankan ibadah ini
kecuali orang-orang yang ikhlas yang berani memutuskan melakukan ibadah haji.
Di antara pengorbanan tersebut, ekonomi/finansial merupakan
pengorbanan dominan. Biaya untuk menunaikan ibadah haji saat ini berpuluh-puluh
juta rupiah. Menurut situs Sekretaris Negara, biaya ibadah haji 2013 yang telah
disepakati oleh Kementerian Agama dan Komisi VIII Bidang Agama DPR, sebesar Rp
33.859.200,00 atau 3,527 dolar AS.
Selain besarnya ongkos yang harus dikeluarkan, seseorang
yang akan menunaikan haji harus pula membiayai keperluan keluarga di rumah.
Biaya itu, disiapkan untuk orang-orang yang akan ditinggalkan di rumah seperti
anak dan orang tua yang menjadi tanggungan. Bekal itu, juga untuk segala bekal
yang berkenaan acara ritual pemberangkatan, dan penjemputan.
Biaya diluar ONH ini, menggandakan biaya seseorang untuk
melaksanakan ibadah haji. Sehingga kadangkala membuat orang berpikir dua kali,
ketika hendak menunaikan ibadah haji.
Jika demikian, bagaimana kalau dana selain yang telah
ditetapkan oleh Kementerian Agama dan DPR dipangkas saja. Sehingga menjadikan
haji lebih murah dan efisien, dan tidak nampak glamor dan mubazir. Selain itu,
pemangkasan dana tersebut bisa dialokasikan untuk ibadah sosial lainnya seperti
membiayai anak yatim sekolah, diberikan kepada anak-anak miskin untuk
melanjutkan kuliah, atau untuk pembangunan masjid dan prasarana sosial
lainnya.Karena pemangkasan seperti ini, akan nampak efektif dan lebih
bermanfaat untuk kemaslahatan orang banyak.
Beberapa rentetan ritual haji yang akan menelan biaya banyak
seperti tasyakuran sebelum dan sesudah pemberangkatan haji, tahlilan di rumah
hingga jamaah kembali, dan pemberian oleh-oleh yang seolah-olah sebagai ajang
memamerkan diri. Estimasi biaya yang akan dihabiskan, tentu akan lebih banyak
dari pada pembelian Ongkos Naik Haji. Inilah sebabnya mengapa sangat dianjurkan
agar "ritual-ritual" yang kurang penting ini ditiadakan saja, agar
tidak ada kemubaziran dana yang akan dikeluarkan.
Mengubah Tradisi
Sebenarnya ibadah haji merupakan salah satu ibadah yang
simpel dan tidak terlalu banyak memakan biaya. Jika biaya yang harus dikeluarkan
hanya biaya yang berkenaan dengan ongkos naik haji. Sedangkan yang membuat
biaya haji mahal berasal dari ritual tradisi yang telah mengakar kuat di
Indonesia. Ritual tradisi seperti itu, seperti tasyakuran mengundang sanak
keluarga sebelum dan sesudah pelaksanaan haji, tahlilan di rumah orang yang
pergi haji selama berhaji, oleh-oleh yang banyak, hingga yang lain-lainnya.
Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian untuk mengubah
tradisi ini. Sehingga ibadah haji yang semula merupakan ibadah yang inklusif,
berubah menjadi ibadah yang ekslusif dengan adanya biaya-biaya tak terduga.
Inilah mengapa ada pemikiran dan usulan agar ada keberanian untuk mengubah
tradisi seperti ini.
Selain itu, tradisi seperti ini sangat rentan menghilangkan
keikhlasan orang yang akan naik haji. Hal ini ditakutkan ketika banyak pujian
datang kepadanya, syetan akan mengganggu keikhlasannya. Sehingga haji yang
semula diniatkan karena Allah SWT, akan berubah menjadi haji untuk mencari
pamor dan pujian dari masyarakat. Jika keikhlasan ibadah haji berubah, maka
ibadah yang dilakukan tidak akan bernilai di sisi-Nya.
Haji Mabrur
Harapan semua jama'ah haji hanya satu, yaitu mendapatkan
haji mabrur dari Allah SWT. Haji mabrur hanya akan diperoleh oleh hamba Allah
yang beriman dan bertakwa. Keimanan dan ketakwaan yang dimilikinya, tentu akan
mendatangkan keberkahan dari Allah SWT. Keberkahan tersebut akan dapat
dirasakan oleh dirinya dalam tiga hal.
Pertama, keberkahan makanan. Seorang haji mabrur akan mampu
mendeteksi mana makanan yang halal dana mana yang haram, entah halal/haram dari
zatnya ataupun cara mendapatkannya. Dirinya tidak akan berani untuk memasukkan
makanan yang haram ke dalam perutnya dan juga perut keluarganya.
Kedua, keberkahan keturunan. Seorang haji mabrur akan
mendapatkan keberkahan keturunan. Artinya bahwa, setelah dirinya pulang dari
tanah suci Mekkah, dirinya akan benar-benar mendidik keturunannya menjadi
keturunan yang saleh dan salehah. Keturunan yang saleh, tidak hanya
mendatangkan keberkahan ketika masih hidup, akan tetapi ia akan menjadi
investasi pahala yang akan terus mengalir kepada orang tuanya.
Ketiga, keberkahan waktu. Waktu yang dimilikinya akan
mendatangkan keberkahan. Karena dirinya mampu memanfaatkan waktu sebaik-baiknya
untuk kebaikan. Beberapa kebaikan tersebut seperti mengisi hidup dengan iman,
amal saleh, saling nasehat menasehati, dan terus belajar untuk menambah
pengetahuan agamanya. Sehingga kualitas ibadah kepada Allah akan semakin
bertambah.
Keberkahan seperti itulah yang akan diperoleh oleh jama'ah
haji yang memperoleh predikat haji mabrur. Semoga saudara-saudara kita yang
berangkat haji tahun ini, mendapatkan haji mabrur yang barokah. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar