|
Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat
mendapatkan temuan mengenai perilaku seksual remaja, mengungkapkan 28 persen
pekerja seks anak/remaja di Bandung Raya adalah pelajar aktif atau masih
bersekolah. Temuan baru ini kian menguatkan temuan-temuan sebelumnya terkait
perilaku seks bebas di kalangan pelajar/ remaja kita.
Sebelumnya
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, selain
persoalan narkoba (narkotika dan obat-obat berbahaya) serta HIV/AIDS, maka seks
bebas kini menjadi masalah utama remaja di Indonesia. Beberapa penelitian
Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) menemukan perilaku seks
bebas bukanlah sesuatu yang aneh dalam kehidupan remaja Indonesia.
Kementerian
Kesehatan (Kemenkes) 2009 pernah merilis perilaku seks bebas remaja dari
penelitian di empat kota yakni Jakarta Pusat, Medan, Bandung, dan Surabaya,
menyatakan, sebanyak 35,9 persen remaja punya teman yang sudah pernah melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Bahkan, 6,9 persen responden telah melakukan
hubungan seksual pranikah. Sebuah survei yang dilakukan di 33 provinsi pada
pertengahan tahun 2008 juga melaporkan bahwa 63 persen remaja di Indonesia usia
sekolah SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah dan 21
persen di antaranya melakukan aborsi.
Persentasi
remaja yang melakukan hubungan seksual pra nikah tersebut mengalami peningkatan
jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasar data penelitian pada
2005-2006 di kota-kota besar mulai Jabotabek, Medan, Jakarta, Bandung, Surabaya,
dan Makassar, masih berkisar 47,54 persen remaja mengaku melakukan hubungan
seks sebelum nikah. Namun, hasil survei terakhir tahun 2008 kelompok ini
meningkat menjadi 63 persen.
Adanya
perilaku seperti itu, para remaja tersebut sangat rentan terhadap risiko
kesehatan seperti penularan penyakit HIV/AIDS, penggunaan narkoba serta
penyakit lainnya. Sebab, data Departemen Kesehatan hingga September 2008, dari
15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di Indonesia 54
persen adalah remaja.
Perlu
ditelisik lebih lanjut faktor-faktor apa yang mendorong anak remaja usia
sekolah SMP dan SM melakukan hubungan seks diluar nikah. Karena dengan
menelisik akar persoalan kita akan bisa memecahkan masalah tersebut dengan
tuntas.
Pengaruh
liberalisme atau pergaulan hidup bebas, faktor lingkungan dan keluarga yang
mendukung ke arah perilaku tersebut serta pengaruh perkembangan media massa
tampaknya menjadi faktor-faktor penting yang mempengaruhi remaja melakukan seks
pra nikah. Kusumah (1982) mengatakan salah satu penyebab munculnya kenakalan
dan tindak penyimpangan pada remaja adalah akibat komunikasi orang tua
(terutama ibu) yang tidak memuaskan, tanpa memandang status ekonomi keluarga
tersebut. Orang tua dapat memahami bahwa akibat perilakunya dapat menjadi
faktor pencetus bagi perilaku anak-anaknya yang tidak dikehendaki.
Pada
tahap perkembangan awal sebagian besar waktu anak pada umumnya dihabiskan di
lingkungan rumah atau dalam pengawasan keluarga. Ini berarti bahwa perkembangan
mental, fisik dan sosial individu ada di bawah arahan orang tua atau terpola
dengan kebiasaan yang berlaku dalam rumah tangga. Dengan demikian jika seorang
remaja menjadi nakal atau liar maka kemungkinan besar faktor keluarga turut
memengaruhi keadaan tersebut. Kondisi keluarga yang dapat menyumbang terhadap
terjadinya kenakalan anak adalah kurangnya perhatian yang diberikan orang tua,
serta kurangnya penghayatan dan pengamalan orang tua/keluarga terhadap agama.
Sekolah
merupakan lingkungan belajar kedua yang berkontribusi terhadap keberhasilan dan
ketidakberhasilan, dengan salah satu indikator kenakalan, anak. Faktor sekolah
yang berkontribusi terhadap kenakalan remaja antara lain disiplin sekolah yang
longgar, ketidakacuhan guru dan pengelola sekolah terhadap masalah siswa di luar
urusan sekolah, serta tidak lancarnya komunikasi antara guru dan orang tua yang
menyebabkan kecilnya peran orang tua dalam kemajuan pendidikan anaknya.
Faktor
lingkungan merujuk kepada peranan masyarakat, multimedia dan berbagai
fasilitas, seperti pusat-pusat hiburan yang menyediakan pelbagai produk yang
bisa menumbuhkan dan meningkatkan rangsangan seksual. Lingkungan yang
menyumbang terhadap kenakalan remaja antara lain pergaulan bebas di antara pria
dan wanita, sikap permisif yang ditunjukkan masyarakat, munculnya pusat-pusat
hiburan serta pertunjukan musik yang mengumbar birahi serta tayangan kekerasan
dan pornografi.
Pada
praktiknya kontribusi faktor-faktor tersebut berbeda-beda dalam berbagai kasus
kenakalan remaja. Sekalipun demikian jika seorang remaja terjatuh dalam
kenakalan, maka orang tua lah yang memiliki tanggung jawab terbesar. Anak yang
kekurangan kasih sayang cenderung mengembangkan perasaan negatif, merasa tidak
diterima sehingga penghargaan terhadap dirinya sendiri rendah. Kekurangan kasih
sayang juga dapat menyebabkan anak terjatuh dalam pergaulan bebas.
Untuk
menjaga akhlak remaja kita, termasuk menjaga kegadisan dan keperjakaan mereka
sudah semestinya faktor-faktor di atas dikelola dengan baik. Termasuk dalam hal
ini, peran negara dalam menjaga dan melindungi generasi muda dari berbagai
pengaruh buruk globalisasi. Dampak negatif itu, salah satunya bisa mewujud
dalam bentuk tersebarnya budaya pergaulan bebas di kalangan remaja. ●
AGENS128 Adalah Situs Judi Online Taruhan Sepak Bola, Casino, Sabung Ayam, Tangkas, Togel & Poker Terpopuler di Indonesia
BalasHapusPasang Taruhan Online Melalui Agen Judi Terpercaya Indonesia Agens128, Proses Cepat, Banyak Bonus, Online 24 Jam dan Pasti Bayar!
Sabung ayam
sbobet online
casino online
tembak ikan
daftar bisa langsung ke:
LINE : agens1288
WhatsApp : 085222555128