Rabu, 11 Juni 2014

“Diktator” Berumur Lima Tahun

“Diktator” Berumur Lima Tahun

Sawitri Supardi Sadarjoen  ;   Penulis kolom “Konsultasi Psikologi” Kompas
KOMPAS,  08 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Lani (30) beberapa bulan yang lalu bercerai, dan saat ini ia memulai kencan dengan seorang pria berusia 35 tahun, bernama Tito. ”Saya suka kepada pria tersebut, tetapi anak saya, Tina (5), tidak menyukai Tito,” kata Lani. ”Saat saya dan Tito berniat pergi ke luar rumah, Tina akan merajuk dan setengah menangis tersedu, seolah bagai seseorang yang patah hati,” lanjut Lani.

”Saya berpikir mungkin perilakunya tersebut merupakan ungkapan kesetiaan kepada ayahnya, tetapi memang sejauh ini pada dasarnya Tina tidak menyukai Tito. Kalau Tito berkunjung ke rumah, Tina akan bersikap kasar dan tidak menjawab teguran Tito. Bahkan terkadang Tina menunjukkan perilaku mengamuk, berteriak keras, dan diikuti dengan tangisan meraung saat Tito dan saya keluar dari pintu rumah untuk pergi berdua. Saya benar-benar kesal dan jengkel serta marah kepada Tina, begitu kesalnya sehingga saya tidak mampu lagi bersikap simpatik atas penolakan Tina kepada Tito,” kata Lani.

Saya bertanya kepada Lani, ”Apakah yang biasanya kamu lakukan kalau Tina bersikap seperti itu? Jawab Lani, ”Jika saya sedang tenang, saya berusaha memberikan penjelasan kepada Tina, mengapa saya sesekali ingin pergi berjalan-jalan dengan Tito. Saya juga melanjutkan penjelasan bahwa suatu saat Lina akan mendapatkan manfaat dari kepergian saya dengan Tito, karena Tito adalah teman laki-laki saya yang baik dan kalau Tina mau saja mulai bersikap baik kepada Tito, lama-kelamaan Tina juga akan senang kepada Tito.”

Bagaimana reaksi Tina terhadap penjelasan Lani? ”Oo, Tina tidak mau mendengarkan penjelasan saya dan menutup telinganya dengan kedua tangannya. Atau bahkan teriakannya justru menjadi lebih keras dan semakin kelihatan bertambah marah. Biasanya saya tetap pergi dengan Tito, tetapi kemudian saya merasa sangat bersalah sehingga akhirnya saya juga tidak lagi menikmati kebersamaan saya dengan Tito. Saya memahami bahwa perceraian saya dengan ayah Tina sangat membuat Tina merasa sangat tertekan dan membuatnya tidak bahagia, karena saya tahu Tina sangat menyayangi ayahnya, tetapi saya jadi sangat marah kepadanya karena dia menjadi sangat mengekang diri saya seolah Tina adalah seorang diktator.”

Sebenarnya apa yang terjadi dengan Tina?

Berdiskusi dengan anak

Berargumentasi dengan anak adalah sesuatu yang membuat para orangtua bergairah, walaupun sering terjadi para orangtua seolah ingin membuat anak-anak memiliki cara berpikir yang sama dengan mereka.

Cara berkomunikasi Lani kepada Tina yang menunjukkan bahwa sikap Tina yang marah terhadap kehadiran Tito itu salah, tak ubahnya menunjukkan bahwa Lani bukan saja ingin berkencan dengan Tito, tapi ia juga menginginkan anaknya pun berkencan dengan Tito. Selain itu, Lani juga menginginkan Tina tidak lagi bersikap kasar kepada Tito dan mengakui kebaikan Tito.

Pada dasarnya harapan Lani adalah wajar, tetapi adalah sesuatu yang tidak mungkin bagi orangtua untuk mengubah pikiran dan perasaan anak. Mencobakan berbagai cara untuk perubahan pikiran dan perasaan anak hanya akan menghasilkan perasaan marah dan frustrasi, karena anak justru akan lari dari keluarga yang tanpa disadari akan menciptakan penguatan DIRI/AKU anak terpisah dari keluarga.

Timbul pertanyaan, mengapa Lani tampak sulit menerima kemarahan dan kesedihan Tina, anaknya? Karena–walaupun tidak disadari–pada dasarnya Lani pun merasa cemas akan kepergiannya berdua dengan Tito dan meninggalkan Tina sendiri di rumah. Untuk mengatasi situasi ini, Lani hendaknya mengikuti langkah-langkah tersebut di bawah ini.

1. Lani mendengarkan apa yang Tina pikirkan dan rasakan dengan tenang tanpa keinginan untuk mengubah diri Tina. Lani seyogianya tidak menawarkan nasihat, penguatan, kritik, interpretasi, atau instruksi, melainkan Lani harus berempati, tidak membuat upaya menjelaskan secara tegas, apa yang sebenarnya dirasakan dan dipikirkan Tina, dalam suatu ungkapan misalnya: ”Kamu marah, ya, sama Tito,” atau ”Kamu tidak suka, ya, ibu pergi dengan Tito.”

Ketahuilah bahwa Tina sebenarnya justru akan lebih terdukung oleh ketenangan ibu dalam mendengarkan keluhannya. Dengan demikian, Tina mendapat kesempatan untuk mengekspresikan kemarahan, ketakutan, dan ketidakbahagiaan akan perceraian kedua orangtuanya. Proses ini pun akan meringankan beban mental Lani melalui kesempatan mendengarkan keluhan tanpa harus melakukan sesuatu.

2. Lani akhirnya mendapatkan kenyataan bahwa keputusan untuk kencan dengan Tito adalah tanggung jawabnya sendiri, jadi keputusan tersebut bukanlah reaksi terhadap peledakan emosi dari Tina. Misalnya dengan mengatakan: ”Tina, ibu memahami kalau situasi ini menyulitkan kamu, tetapi ibu memutuskan untuk pergi berdua nonton film dengan Tito dan makan malam. Ibu akan tiba di rumah jam sebelas malam, sementara kamu sudah tidur. Mungkin Tina akan menangis sambil berkata, ”Aku benci kepada Tito”; ”Ya, ibu tahu itu.”

Di sini, Lani memberi tahu Tina bahwa ibunya adalah seorang yang matang, berdiri sendiri, dan boleh mengambil keputusan baik tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya atau kepada Tina. Sementara pada pola relasi lama, Lani akan menyerah pada kekuasaan Tina dan menyalahkan Tina yang selalu berperilaku manipulatif, bahkan memberikan sebutan Tina sebagai seorang diktator.

3. Lani hendaknya menetapkan aturan tegas. Jika Tina mengamuk, ia harus menyatakan bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima di keluarga mereka, dan Lani kemudian menerapkan aturan bahwa jika Tina tidak mau berbicara dengan Tito, Tina tidak boleh mengacuhkan kehadiran Tito dan kalau Tito bertanya tentang sesuatu, sementara Tina enggan menjawab, Tina juga tidak boleh mengabaikan pertanyaan Tito, melainkan harus memberikan jawaban, misalnya, ”Saya tidak mau membicarakan hal itu.”

Setelah beberapa saat, Lani kemudian memberikan kesempatan kepada Tina untuk mendekat kepada Tito, dengan cara menjauh dari Tito, bila Tito ingin mendekat kepada dirinya, dan membiarkan Tina untuk pelan-pelan merasa nyaman bersama Tito dalam ”jarak” tertentu. Dengan demikian, pelan tapi pasti, Tina pun merasa nyaman berada bersama Tito.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar