Rabu, 16 Maret 2016

J.S. Badudu dan Jasanya

J.S. Badudu dan Jasanya

Budi Darma  ;   Sastrawan; Guru Besar Universitas Negeri Surabaya
                                                      JAWA POS, 15 Maret 2016

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

JUSUF Sjarif (JS) Badudu tidak hanya terkenal sebagai begawan bahasa Indonesia, tapi juga seorang pribadi yang karismatis. Karena itu, janganlah heran, ketika J.S. Badudu meninggal pada Sabtu (12/3) pukul 22.10 menjelang usia 90 tahun, banyak anak bangsa yang merasa kehilangan.

Dalam Twitter resminya pada 13 Maret 2016, misalnya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa J.S. Badudu bukan hanya seorang pakar bahasa Indonesia, melainkan juga tokoh yang sepanjang hidupnya didedikasikan bagi pengembangan bahasa Indonesia. Karena itu, menurut Presiden Joko Widodo, pengabdiannya jadi teladan bagi kita bersama.
Sebagai seorang guru besar dalam ilmu linguistik di Universitas Padjadjaran, Bandung, J.S. Badudu telah ''melahirkan'' banyak pakar bahasa Indonesia yang sekarang tersebar di mana-mana. Kecuali mendidik para mahasiswanya, J.S. Badudu telah menerbitkan banyak buku mengenai ilmu linguistik, ilmu yang mempunyai peran penting dalam pengembangan ba¬hasa Indonesia.

Nama J.S. Badudu mulai melambung dengan cepat ketika pada 1977-1979 menjadi pengasuh siaran Pembinaan Bahasa Indonesia. TVRI juga telah melambungkan nama Tuti Adhitama sebagai pembawa acara Dunia dalam Berita, dan beberapa tokoh lain.

Sebagai pengasuh siaran Pembinaan Bahasa Indonesia pada pertengahan/akhir 1970-an, boleh dikatakan J.S. Badudu berdiri pada masa peralihan dari modernisme ke pascamodernisme dalam dunia penyiaran di Indonesia. Pada masa modernisme, kiblat publik adalah tokoh.

J.S. Badudu adalah tokoh dalam pengembangan bahasa Indonesia, dan Tuti Adhitama adalah tokoh yang membawakan warta berita dunia. Kalau ada masalah dalam bahasa Indonesia, tengoklah J.S. Badudu. Dan, kalau ada masalah penting dalam perkembangan zaman, tengoklah Tuti Adhitama.

Salah satu ciri modernisme adalah keterpusatan. Dan, TVRI pada waktu itu dianggap sebagai pusat semua siaran. TV swasta baru muncul kemudian, itu pun jumlahnya sedikit. Lagi pula, TV swasta pada waktu itu wajib menayangkan beberapa acara siaran TVRI.

Sebaliknya, pascamodernisme menolak keterpusatan. Karena itu, akhirnya informasi yang diterima pemirsa atau pembaca cenderung menjadi fragmentaris. Masing-masing stasiun televisi mempunyai serangkaian program sendiri. Akibatnya, seseorang yang hanya terpaku pada satu stasiun televisi memiliki pengetahuan yang hanya terbatas pada sudut pandang stasiun televisi itu.

Dunia persuratkabaran juga sama. Dulu, semua berita yang dimuat di koran besar di Jakarta bisa dikatakan pasti diketahui publik seluruh Indonesia. Sekarang, jumlah koran sangat banyak. Karena itu, sesuatu yang dimuat di koran tertentu mungkin tidak akan tersampaikan kepada mereka yang tidak membacanya.

Di satu sisi, dalam masa peralihan itulah J.S. Badudu sebagai begawan bahasa Indonesia ''dilahirkan''. Namun, di sisi lain, sebagai pribadi, memang J.S. Badudu cukup karismatis.

Kalau ada pertanyaan, jasa apakah yang telah disumbangkan J.S. Badudu terhadap pengembangan bahasa Indonesia, jawabnya ter¬letak pada masalah kesadaran akan pentingnya bahasa Indonesia. Karena bahasa Indonesia adalah bahasa kita sendiri, publik cenderung berpendapat, kita bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar tanpa perlu mempelajarinya.

Oleh mayoritas bangsa Indonesia, bahasa Indonesia justru ditelantarkan. Penelantaran ini bisa kita lihat, antara lain, pada minat calon mahasiswa PTN, apalagi PTS, untuk masuk ke jurusan bahasa dan sastra Indonesia. Jumlahnya sangat kecil.

Menumbuhkan kesadaran, itulah salah satu jasa penting J.S. Badudu. Sementara itu, bahasa tidak bisa dilepaskan dari logika, dan salah seorang tokoh yang berhasil ''meluruskan'' logika dalam bahasa Indonesia adalah Anton Moeliono.

Sebelum Anton Moeliono bergerak, misalnya, ungkapan ''dia mengajar matematika'' dianggap benar. Ungkapan tersebut sama dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, ''he teaches mathematics''. Yang benar, tidak lain, adalah ''dia mengajarkan matematika (kepada para siswa)''.

Yang diajar bukan matematika, tetapi mereka yang belajar matematika. 
Masih banyak contoh lain dalam pelurusan logika. Misalnya, ungkapan ''saya ditugaskan'' dulu dianggap benar. Tapi, menurut logika yang benar adalah ''saya ditugasi''.

Jasa besar J.S. Badudu bisa ditelusur pula pada proses penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus resmi Peme¬rintah Republik Indonesia. Dari segi isi dan mutu, kamus ini dapat dipertanggungjawabkan dengan baik. Dan, dari segi entri, kamus ini paling kaya dibanding dengan kamus-kamus lain. Sebagaimana kamus-kamus bertaraf internasional lainnya, misalnya Oxford Dictionary, Kamus Besar Bahasa Indonesia selalu diperbaiki sesuai dengan perkembangan zaman.

Perbaikannya sendiri bergantung situasi dan kondisi tertentu. Namun, polanya tetap, lebih kurang sama. Dalam penentuan pola inilah jasa J.S. Badudu tidak mungkin dilupakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar