J.S. Badudu dan Jasanya
Budi Darma ; Sastrawan;
Guru Besar Universitas Negeri Surabaya
|
JAWA POS, 15 Maret
2016
JUSUF Sjarif (JS) Badudu tidak hanya terkenal
sebagai begawan bahasa Indonesia, tapi juga seorang pribadi yang karismatis. Karena
itu, janganlah heran, ketika J.S. Badudu meninggal pada Sabtu (12/3) pukul
22.10 menjelang usia 90 tahun, banyak anak bangsa yang merasa kehilangan.
Dalam Twitter resminya pada 13 Maret 2016,
misalnya, Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa J.S. Badudu bukan hanya
seorang pakar bahasa Indonesia, melainkan juga tokoh yang sepanjang hidupnya
didedikasikan bagi pengembangan bahasa Indonesia. Karena itu, menurut
Presiden Joko Widodo, pengabdiannya jadi teladan bagi kita bersama.
Sebagai seorang guru besar dalam ilmu
linguistik di Universitas Padjadjaran, Bandung, J.S. Badudu telah
''melahirkan'' banyak pakar bahasa Indonesia yang sekarang tersebar di
mana-mana. Kecuali mendidik para mahasiswanya, J.S. Badudu telah menerbitkan
banyak buku mengenai ilmu linguistik, ilmu yang mempunyai peran penting dalam
pengembangan ba¬hasa Indonesia.
Nama J.S. Badudu mulai melambung dengan cepat
ketika pada 1977-1979 menjadi pengasuh siaran Pembinaan Bahasa Indonesia.
TVRI juga telah melambungkan nama Tuti Adhitama sebagai pembawa acara Dunia
dalam Berita, dan beberapa tokoh lain.
Sebagai pengasuh siaran Pembinaan Bahasa
Indonesia pada pertengahan/akhir 1970-an, boleh dikatakan J.S. Badudu berdiri
pada masa peralihan dari modernisme ke pascamodernisme dalam dunia penyiaran
di Indonesia. Pada masa modernisme, kiblat publik adalah tokoh.
J.S. Badudu adalah tokoh dalam pengembangan
bahasa Indonesia, dan Tuti Adhitama adalah tokoh yang membawakan warta berita
dunia. Kalau ada masalah dalam bahasa Indonesia, tengoklah J.S. Badudu. Dan,
kalau ada masalah penting dalam perkembangan zaman, tengoklah Tuti Adhitama.
Salah satu ciri modernisme adalah
keterpusatan. Dan, TVRI pada waktu itu dianggap sebagai pusat semua siaran.
TV swasta baru muncul kemudian, itu pun jumlahnya sedikit. Lagi pula, TV
swasta pada waktu itu wajib menayangkan beberapa acara siaran TVRI.
Sebaliknya, pascamodernisme menolak
keterpusatan. Karena itu, akhirnya informasi yang diterima pemirsa atau
pembaca cenderung menjadi fragmentaris. Masing-masing stasiun televisi
mempunyai serangkaian program sendiri. Akibatnya, seseorang yang hanya
terpaku pada satu stasiun televisi memiliki pengetahuan yang hanya terbatas
pada sudut pandang stasiun televisi itu.
Dunia persuratkabaran juga sama. Dulu, semua
berita yang dimuat di koran besar di Jakarta bisa dikatakan pasti diketahui
publik seluruh Indonesia. Sekarang, jumlah koran sangat banyak. Karena itu,
sesuatu yang dimuat di koran tertentu mungkin tidak akan tersampaikan kepada
mereka yang tidak membacanya.
Di satu sisi, dalam masa peralihan itulah J.S.
Badudu sebagai begawan bahasa Indonesia ''dilahirkan''. Namun, di sisi lain,
sebagai pribadi, memang J.S. Badudu cukup karismatis.
Kalau ada pertanyaan, jasa apakah yang telah
disumbangkan J.S. Badudu terhadap pengembangan bahasa Indonesia, jawabnya
ter¬letak pada masalah kesadaran akan pentingnya bahasa Indonesia. Karena
bahasa Indonesia adalah bahasa kita sendiri, publik cenderung berpendapat,
kita bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar tanpa perlu
mempelajarinya.
Oleh mayoritas bangsa Indonesia, bahasa
Indonesia justru ditelantarkan. Penelantaran ini bisa kita lihat, antara
lain, pada minat calon mahasiswa PTN, apalagi PTS, untuk masuk ke jurusan
bahasa dan sastra Indonesia. Jumlahnya sangat kecil.
Menumbuhkan kesadaran, itulah salah satu jasa
penting J.S. Badudu. Sementara itu, bahasa tidak bisa dilepaskan dari logika,
dan salah seorang tokoh yang berhasil ''meluruskan'' logika dalam bahasa
Indonesia adalah Anton Moeliono.
Sebelum Anton Moeliono bergerak, misalnya,
ungkapan ''dia mengajar matematika'' dianggap benar. Ungkapan tersebut sama
dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, ''he teaches mathematics''. Yang benar,
tidak lain, adalah ''dia mengajarkan matematika (kepada para siswa)''.
Yang diajar bukan matematika, tetapi mereka
yang belajar matematika.
Masih banyak contoh lain dalam pelurusan logika.
Misalnya, ungkapan ''saya ditugaskan'' dulu dianggap benar. Tapi, menurut
logika yang benar adalah ''saya ditugasi''.
Jasa besar J.S. Badudu bisa ditelusur pula
pada proses penyusunan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus resmi Peme¬rintah
Republik Indonesia. Dari segi isi dan mutu, kamus ini dapat
dipertanggungjawabkan dengan baik. Dan, dari segi entri, kamus ini paling
kaya dibanding dengan kamus-kamus lain. Sebagaimana kamus-kamus bertaraf
internasional lainnya, misalnya Oxford Dictionary, Kamus Besar Bahasa
Indonesia selalu diperbaiki sesuai dengan perkembangan zaman.
Perbaikannya sendiri bergantung situasi dan
kondisi tertentu. Namun, polanya tetap, lebih kurang sama. Dalam penentuan
pola inilah jasa J.S. Badudu tidak mungkin dilupakan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar