Kegundahan Seorang Temperamental
Dahlan Iskan ; Mantan CEO Jawa Pos
|
JAWA POS, 21 Maret
2016
Kian diserang kian
menang. ”Tidak ada calon presiden yang diserang melebihi saya,” ujar Donald
Trump.
Tidak mempan. Justru
dari lima negara bagian yang menyelenggarakan pemungutan suara minggu lalu,
Trump hanya kalah di Ohio. Kalah oleh John Kasich, gubernur setempat.
Trump bahkan menang di
Florida. Dengan telak. Yang dikalahkan pun sang ”tuan rumah”: Marco Rubio.
Sampai-sampai anggota
DPR dari Florida itu lempar handuk. Mengakhiri lomba. Semua jadwal
kampanyenya langsung dibatalkan. Berakhir.
Padahal, Rubio-lah
yang paling keras menyerang Trump. Dia, kata Trump, sampai menghabiskan Rp
350 miliar. Untuk pasang iklan. Menyerang Trump. Termasuk serangan pribadi.
Bahwa Trump itu tangannya kecil. Maksudnya, tangannya yang tersembunyi di
dalam celananya.
Rubio sendiri yang
akhirnya copot celana. Ternyata dia kalah total hampir di semua distrik di
Florida.
Dia hanya menang di
satu distrik: Kota Miami. Sampai ada yang mengejeknya: Rubio hanya dipilih
kerabat. Dan tetangganya.
Kini tinggal tiga
calon yang masih bersaing di Partai Republik: Trump, Ted Cruz, dan Kasich.
Mundurnya Rubio
membuat konvensi Partai Republik kian menarik. Inilah yang dulu saya usulkan
untuk konvensi Partai Demokrat di Indonesia.
Mbok ya yang perolehan
suaranya sangat minim itu mau mundur. Agar konvensi menarik. Tidak monoton.
Dan tidak membosankan.
Bayangkan, debat
sepuluh orang di atas panggung. Tidak pernah bisa mengerucut. Tidak kian
happening. Justru kian pudar. Pak Marzuki Alie punya pendapat yang sama.
Beliau berbicara
dengan saya: jumlah peserta sudah waktunya berkurang. Kami bicarakan ide
tersebut. Tapi, aspirasi itu menguap.
Sampai konvensi
berakhir. Tidak satu pun yang mundur. Padahal, banyak peserta yang hanya
dapat suara kurang dari 5 persen.
Padahal, kalau tiap
minggu ada peserta yang mundur, konvensi akan terasa kian seru. Akan terus
happening. Tapi lupakan. Itu sudah lama berlalu.
Akan hal Rubio saat
lempar handuk minggu lalu sudah mendapat 170 kursi. Dua calon lain sudah
lebih dulu mundur. Karena memang sulit dapat suara.
Sedangkan di Partai
Demokrat Martin O’Malley sudah lama mundur. Tinggal dua: Hillary Clinton
(1.614) dan Bernie Sanders (856). Dengan angka itu Hillary sudah hampir pasti
menang.
Di Demokrat seorang
calon bisa menang bila memperoleh 2.385 kursi. Yakni lebih 50 persen dari
jumlah delegasi yang diperlukan. Total ada 4.765 yang akan hadir di forum
konvensi Partai Demokrat.
Merekalah yang akan
menentukan siapa calon yang maju dari Demokrat. Itu mudah bagi Hillary.
Negara Bagian California belum pemungutan suara. Itu basis Hillary.
California itu gemuk.
Penduduknya besar. Jumlah kursi California: 172. Sistemnya pun winner take
all.
Artinya: siapa yang
menang akan mengambil semua kursi itu. Biarpun, misalnya, Hillary hanya
menang 53 persen, kursinya dapat 100 persen. Beberapa negara bagian memang
menganut sistem winner take all.
Lalu siapa di antara
tiga calon yang tersisa di Partai Republik yang akan mundur berikutnya?
Kelihatannya masih menunggu beberapa minggu lagi.
Menunggu hasil
pemungutan suara di lima negara bagian lagi. Terutama di lima negara bagian
di wilayah utara. Trump lemah di situ. Ada indikasi suara Trump masih bisa
dihambat. Jangan sampai menang lebih 53 persen.
Itulah target mereka
yang anti-Trump. Setelah tidak mungkin mengalahkannya. Kalau bisa dihambat di
angka kemenangan itu, Trump belum otomatis jadi calon presiden Republik.
Forum konvensi partailah yang menentukan.
Trump memang sudah
memperoleh 678 kursi. Dari kemenangannya di 26 negara bagian. Tapi, itu belum
53 persen. Bahkan belum 50 persen sama sekali. Masih kalah dengan suara tiga
calon lawannya yang disatukan: Cruz 423, Kasich 143, dan Rubio 170.
Itulah sebabnya, Rubio
belum mengatakan ”mundur”. Baru mengatakan ”berhenti”. Secara hukum itu
berbeda. Dengan menyatakan berhenti (suspend), suara Rubio yang 170 kursi itu
masih hidup.
Kalau pemungutan suara
di semua negara bagian selesai dan Trump belum menang 53 persen, suara Rubio
itu sangat menentukan.
Dan pasti tidak akan
diberikan kepada Trump. Mungkin diberikan kepada Kasich. Kasich-lah yang dia
lihat lebih berkualitas. Dan bisa menyaingi Hillary.
Terutama kemampuan
ekonomi Kasich yang hebat. Dan rakyat Amerika Serikat (AS) kini merindukan
presiden yang tahu ekonomi.
Jadi, Trump memang
belum bisa tenang. Karena itu dia sewot. Tidak mau lagi debat publik. Bahkan
mulai mengancam: kalau dia menang tapi tidak terpilih, akan ada kerusuhan.
Kini bukan hanya Islam
dan Meksiko yang dia serang. Juga Tiongkok. Juga India. Bahkan Jepang.
Dengan sangat membabi
buta.
Dia sebutkan bagaimana
Komatsu membunuh Caterpillar. Padahal, itu bukan soal bunuh-membunuh. Bisnis
alat berat memang lagi susah. Termasuk Komatsu. Sejak pertambangan lesu. Di
seluruh dunia.
Apa pun hasilnya
nanti, yang jelas Trump berhasil menggairahkan Partai Republik. Orang-orang
yang dulu golput kini memilih dia. Baik yang golput independen, apalagi yang
Republik.
Itu bisa
menggelisahkan Hillary. Yang oleh Trump diserang sebagai calon yang tidak
punya energi.
Trump rupanya akan
mengaduk emosi terdalam orang AS: pemimpin AS itu harus melambangkan powerful, strong, dan dominan. Dan
itu, bayangannya, laki-laki. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar