Iklim
Esktrem di Musim Peralihan
Paulus Agus Winarso ; Dosen Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi
dan Geofisika
|
KOMPAS,
21 November
2017
Hari-hari ini kita memasuki
iklim ekstrem, terutama di Pulau Jawa. Kondisi kering sepanjang
Agustus-September 2017, berubah menjadi hujan lebat diawali dengan petir
terkadang disertai angin kencang yang turun dari awan (down draft atau
microburst).
Hujan lebat dengan intensitas
tinggi ini—sama atau lebih dari 1 milimeter/detik—dalam 5 menit tertumpah air
dengan volume 5 x 60 x 1 mm/detik= 300
mm, saat ini masih terjadi dalam waktu pendek. Padahal, sebelumnya, udara
begitu panas. Apakah perubahan cuaca harian, mingguan, dan musiman yang ekstrem
ini berbeda dari kondisi 20-30 tahun sebelumnya?
Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, saya membuka catatan pribadi yang telah saya kumpulkan sejak 1977.
Hutan dan awan
Pada 1990 di berbagai kawasan
di luar Pulau Jawa, sebutlah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua,
hutannya masih perawan. Hal ini membuat kegiatan awan konveksi yang membentuk
awan badai kumulonimbus (Cb), menjadi jarang.
Awan Cb di awal menggiatkan
tiga jenis badai, yaitu badai guntur (thunderstorm), angin kencang/badai
(wind storm, kecepatan angin di atas 34 knots= 70 km/jam), dan hujan lebat
(rain storm dengan intensitas hujan minimal 1 mm/detik).
Dengan berjalannya waktu, awan
badai kian marak dan kini meluas hampir seluruh kawasan Benua Maritim
Indonesia (BMI). Mudah tumbuhnya awan badai seiring dengan kondisi permukaan
Bumi yang mudah tembus sinar surya, akibat penggundulan hutan. Pohon-pohon
tinggi yang rimbun tidak hanya menghilang dari hutan, tetapi juga pohon-pohon
di kota yang berganti dengan hunian, kawasan parkir, jalan atau kondisi lain,
seiring pertambahan umat manusia.
Situasi dan kondisi lingkungan
mikro, seperti di perkotaan ini, terus berkembang. Akibatnya, perubahan yang
terjadi sudah bukan lingkup lokal atau regional, tetapi juga global. Bahkan,
di BMI kini tidak dapat lagi menghindari amukan badai tropis.
Pada 2017 kondisi keragaman
cuaca dan iklim diwarnai giatnya gejala global awal hingga pertengahan tahun
sebagai kondisi global normal. Kemudian giat gejala El Nino 2017 yang hanya 2
bulan dengan dampak kekeringan 2-3 bulan di beberapa kawasan BMI bagian
selatan.
Gejala El Nino dihapuskan oleh
hadirnya gejala mirip La Nina yang menggiatkan hujan sepanjang Oktober 2017.
Kondisi ini mengisyaratkan keragaman cuaca dan iklim yang diikuti dengan
tiupan angin musim (angin muson). Namun, angin muson barat di musim hujan dan
angin muson timur di musim kemarau tidak bertiup dengan baik seiring
keragaman tekanan udara permukaan. Tiadanya kontras tekanan udara memicu
gradient tekanan udara yang sama sehingga tak ada tiupan angin.
Karena aliran udara atau angin
itu terjadi bila terjadi beda tekanan atau ada nilai gradient tekanan,
seperti pada badai tropis yang gradient tekanannya tinggi. Bisa puluhan
hingga ratusan milibar dalam jarak satuan atau puluhan kilometer bila sudah
dalam kelas super badai tropis. Misalnya, taifun di Laut China Selatan dan
hurricane di Laut Karibia, Amerika Serikat.
Untuk kawasan BMI gradient
tekanan 1-3 milibar dalam jarak ratusan hingga ribuan kilometer. Bahkan dari
catatan kegiatan awal badai tropis yang giat di dalam wilayah BMI, seperti
badai tropis Vamei 2010 yang melewati Medan dan badai tropis Kirrily 2009
yang tumbuh di sekitar Maluku Tenggara dan bergerak menuju Pulau Seram,
Maluku Tengah. Kedua badai tropis itu bertekanan masih di atas 1.000 milibar
dan gradient tekanan kurang dari 3 milibar sehingga belum terjadi angin
kencang, layaknya badai tropis yang menerjang Filipina atau Australia.
Awan badai masuk dalam kelompok
awan konveksi, yaitu awan yang terbentuk oleh pemanasan permukaan yang basah. Pemanasan ini menggerakkan
udara hangat dan basah ke atas dan terciptalah arus konveksi yang membentuk
awan konveksi. Awan ini menjulang tinggi dari jenis towering Cumulus yang
disebut awan Cb.
Sepanjang tahun
Awan jenis konveksi umumnya
giat pada era kondisi cuaca dan iklim beragam sepanjang tahun dan meningkat
pada masa peralihan musim. Perubahan terkait dengan berpindahnya garis edar
Matahari dari belahan utara ke selatan (September, Oktober, November= SON)
dan untuk (Maret, April, Mei= MAM) berpindahnya garis edar dari selatan ke
utara.
Faktor lain adalah berubahnya
tiupan angin seiring angin musim atau angin muson untuk kawasan belahan Bumi
selatan BMI pada bulan-bulan SON yang biasanya dari timur berubah dari barat.
Sebaliknya bulan-bulan MAM angin barat berubah dari timur.
Bulan-bulan yang berkaitan
dengan masa peralihan, yaitu SON dan MAM, juga merupakan periode di mana
garis edar Matahari berada di atas wilayah BMI. Sudah selayaknya pancaran
radiasi surya yang optimal dan intens akan menggiatkan pemanasan permukaan
yang berdampak terjadinya proses konveksi.
Bila pemanasan meluas ke
seluruh kawasan BMI yang gundul karena deforestasi maupun pembangunan gedung
yang masif, homogenitas suhu udara hangat akan terjadi yang kemudian diikuti
dengan homogenitas kondisi tekanan udara permukaan. Hal ini yang menghasilkan
gradient tekanan kecil atau nol. Akibatnya angin kurang bertiup.
Siang-sore, awan Cb akan giat
di kawasan darat jauh dari pantai atau kawasan puncak bukit atau gunung, malam
hingga pagi hari giat di laut/pantai atau lembah kawasan yang berbukit.
Situasi dan perkembangan yang demikian sepertinya merupakan kondisi keragaman
cuaca dan iklim untuk masa mendatang.
Bisa disimpulkan, kondisi saat
ini masih dalam kerangka masa peralihan dari musim kemarau ke musim hujan
2017/2018. Akhir tahun ini dan awal 2018 adalah puncak musim hujan.
Alangkah baiknya bila kita juga
menyiapkan diri menghadapi kondisi keragaman cuaca dan iklim ini dengan
mencermati data pada tahun-tahun sebelumnya, sekaligus mencari informasi
perkembangan kondisi cuaca yang terbaru dan tepercaya. Informasi cuaca dan
iklim juga telah tersebar dan disediakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi,
dan Geofisika (BMKG) di seluruh kawasan BMI.
Menilik tingkat keragaman cuaca
dan iklim yang umumnya berinteraksi dengan kondisi tutupan lahan, maka
kerusakan lingkungan harus segera diperbaiki untuk meminimalkan kondisi cuaca
ekstrem. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar