Manfaat
Forum Demokrasi Bali
Al Busyra Basnur ; Direktur Diplomasi Publik,
Direktorat Jenderal
Informasi dan Diplomasi Publik (IDP), Kementerian Luar Negeri
|
KOMPAS,
28 November
2017
Sejak reformasi 1998, perjalanan demokrasi
Indonesia dengan segala dinamikanya menjadi pusat perhatian dunia. Masyarakat
internasional pun menilai bahwa demokrasi di Indonesia berkembang luar biasa
pesat dan berjalan ke arah yang tepat.
Banyak negara menggunakan demokrasi
Indonesia sebagai rujukan sekaligus sumber inspirasi dan energi pemajuan
demokrasi. Namun, semua ini tentunya dengan perjuangan dan tantangan.
Demokrasi Indonesia yang direformasi itu,
faktanya memang masih relatif muda usia. Namun, Indonesia berhasil
mengukuhkan diri menjadi negara demokrasi terbesar ketiga setelah Amerika
Serikat dan India. Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull memuji
demokrasi Indonesia yang kompatibel dengan Islam dan modernisasi.
Satu dekade setelah reformasi, pada 2008
Indonesia berinisiatif menyelenggarakan Forum Demokrasi Bali (BDF), pertemuan
internasional tingkat menteri yang diselenggarakan di Bali. Sampai kini, BDF,
forum tahunan itu, menjadi ikon demokrasi negara-negara Asia Pasifik dan
berbagai kawasan lain.
Bagi Indonesia, promosi demokrasi merupakan
bagian tak terpisahkan dari kebijakan luar negeri. Demokrasi juga menjadi
salah satu aset penting diplomasi Indonesia. Karena itu, BDF ikut membantu
mewujudkan terbentuknya arsitektur demokrasi yang kuat di kawasan dengan
berbagi pengalaman dan pengetahuan, dengan menganut prinsip persamaan, saling
pengertian, dan menghargai satu sama lain. Indonesia membangun demokrasi
tidak saja di dalam negeri, juga berperan aktif di beberapa negara dan
kawasan.
Ketika membuka BDF Ke-9 tahun lalu,
Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia memiliki komitmen yang tinggi
untuk menjadikan BDF sebagai suatu forum yang nyaman bagi setiap negara untuk
berbagi pengalaman dalam berdemokrasi dan saling memperkuat satu sama lain.
Tahun
ke-10
BDF telah memberi kontribusi penting bagi
pemajuan demokrasi dunia. Indonesia, termasuk melalui Institute for Peace and
Democracy (IPD), menyelenggarakan berbagai kegiatan, seperti lokakarya,
seminar, dan pelatihan mengenai demokrasi, yang diikuti negara-negara
berbagai kawasan.
Menurut Menteri Luar Negeri Malaysia Dato’
Sri Anifah Aman, BDF akan terus merefleksikan kepentingan banyak negara serta
mengonsolidasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip demokrasi. Bahkan BDF dapat
membangun kerja sama memperkuat demokrasi di Asia dan dunia. Sementara itu,
pemimpin Parlemen Mongolia Gonchigdorj Radnaasummberel memuji Indonesia layak
menjadi acuan negara-negara Asia yang sedang mengembangkan demokrasi.
Sebagai lanjutan upaya, perjuangan, dan kontribusinya
dalam pemajuan demokrasi, pada 7-8 Desember 2017, Pemerintah Indonesia
menyelenggarakan BDF Ke-10 di Bali dengan tema “Does Democracy Deliver?”
Tema ini diangkat guna melihat apakah mesin
demokrasi benar-benar berjalan dan diterapkan dengan benar. Memastikan
demokrasi bermanfaat bagi kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara, terutama
dalam mengelola keragaman, kesetaraan, keadilan sosial, keamanan, dan
kemajuan ekonomi.
Dalam penyelenggaraan BDF Ke-10, setidaknya
ada tiga hal yang membedakannya dari BDF tahun-tahun sebelumnya.
Pertama, mendahului BDF Ke-10, Kementerian
Luar Negeri Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Tunisia dan
ITES (Institut Tunisien des Etudes Stratégiques) menyelenggarakan BDF Chapter
Tunis pada 2 Oktober 2017 di Tunisia. Ini merupakan salah satu bukti nyata
bahwa komitmen Indonesia dan spirit BDF merentang luas menjangkau kawasan
lain di luar Indonesia. Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi dalam pidato
kunci pada forum tersebut mengharapkan BDF Chapter Tunis dapat membantu
menginspirasi institusionalisasi demokrasi di Afrika Utara, sekaligus memberi
nilai tambah BDF Ke-10.
Menteri Luar Negeri Tunisia Khimenes
Jinaoui mengatakan, BDF Chapter Tunis sebagai BDF pertama di luar Indonesia
semakin memperkuat postur Indonesia sebagai negara dengan komunitas Islam
moderat yang berkomitmen tinggi pada penguatan demokrasi melalui dialog.
Indonesia
berkomitmen
Kedua, pada saat dan tempat yang sama
dengan BDF Ke-10, untuk pertama kalinya, sekitar 150 mahasiswa dari beberapa
negara di dunia akan mengikuti Bali Democracy Students Conference (BDSC).
Konferensi ini sekaligus menunjukkan sekali lagi komitmen Pemerintah
Indonesia menanamkan nilai-nilai demokrasi, termasuk kepada generasi muda.
Dengan tema “From Campus for Democracy”, BDSC diharapkan menjadi jembatan
penyebaran pemahaman nilai-nilai demokrasi di kalangan mahasiswa dan generasi
muda.
Ketiga, pertama di dalam sejarah BDF, para
menteri yang hadir berbicara dan berdialog dengan peserta dalam sebuah panel
yang dipandu moderator. Panel tersebut diharapkan mampu melahirkan
pemikiran-pemikiran baru sekaligus pemahaman yang lebih baik dalam upaya
penegakan demokrasi dengan manfaat nyata yang dapat dirasakan masyarakat.
Karena itu, panel menteri ini mendiskusikan
subtema “Democracy in Managing Diversity, Security, Equity and Social
Justice”. Tahun-tahun sebelumnya, para menteri dan ketua delegasi lain
menyampaikan pernyataan dalam sesi debat.
Diperjuangkan
Demokrasi tidak hanya memberi hak bersuara
sama bagi individu, tetapi juga memberi kesempatan luas kepada negara untuk
melakukan perubahan dan kemajuan di berbagai bidang.
Namun, di banyak negara demokrasi, terutama
di Asia Pasifik dan Afrika, ternyata pembangunan, kesejahteraan ekonomi,
keadilan sosial, perdamaian, dan stabilitas politik masih menjadi perhatian
serius dan persoalan mendasar. Wajar jika kemudian muncul pertanyaan, apakah
demokrasi memberi manfaat dan bermakna dalam mengatasi berbagai persoalan
tersebut.
Demokrasi bukan hadir secara tiba-tiba. Demokrasi
harus dipelihara dan diperjuangkan. Retno Marsudi mengatakan, demokrasi
adalah proses yang berkelanjutan dan bukan tujuan, karena tujuan kita
bernegara adalah mencapai kesejahteraan dan decent life bagi seluruh rakyat.
Tema BDF Ke-10, “Does Democracy Deliver?”
tentu sangat relevan dilihat selain dari makna dan tujuan demokrasi, juga
dengan perkembangan, situasi, dan tantangan yang dihadapi sejumlah negara dan
kawasan. Bahkan, apalagi dikaitkan dengan keseriusan Indonesia dalam
diplomasi politik, keamanan, dan perdamaian dunia. Sejalan dengan slogan
“Indonesia True Partner for World Peace”, maka BDF Ke-10 menjadi forum yang
sangat penting dan strategis.
Namun, yang paling utama tentunya adalah
agenda ke depan dan tindak lanjut BDF Ke-10. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar