Ajakan
ke Jalan Tuhan
Komaruddin Hidayat ; Guru Besar Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah
|
KORAN
SINDO, 24 November 2017
DAKWAH artinya mengajak atau
mengundang. Yaitu mengajak ke jalan Tuhan. Ada dua kata kunci yang mesti
diperhatikan, yaitu kata mengajak dan jalan Tuhan.
Layaknya undangan ke pesta
perkawinan, maka pihak yang mengajak atau mengundang mesti bersikap simpatik,
ramah, menghargai pihak yang diundang, dengan bahasa jelas dan enak didengar.
Bukan teriak-teriak dengan paksaan.
Kita semua memiliki pengalaman
dan perasaan, jika ajakan dan undangan itu bersikap simpatik, kita pun akan
membalasnya dengan simpatik pula. Tetapi, jika seseorang menyeru, memanggil,
mengundang, dan mengajak dengan bahasa dan cara kasar, bahkan dengan nada
marah dan mengancam, pasti kita akan tersinggung serta cenderung menolaknya.
Demikian halnya dengan berbagai
dakwah keagamaan yang kita saksikan dalam masyarakat dan media sosial. Masih
ada dakwah yang disampaikan dengan nada marah-marah, menghakimi, bahkan marah
jika yang diajak tidak mau. Bahkan, ada yang mengancam agar mau diajak.
Tentu dakwah dengan cara
mengancam dan menakutkan ini bertolak belakang dengan kata dan konsep dakwah
itu sendiri. Sekali lagi, dakwah artinya memanggil, menyeru, dan mengundang.
Bukan memarahi dan mengancam.
Dakwah bisa juga dianalogikan
dengan orang berjualan menawarkan barang dagangannya. Sebaik apa pun barang
yang dimiliki, jika cara menawarkan barangnya tidak cerdas dan menarik, pasti
orang enggan membelinya.
Metode ini secara eksplisit
disebutkan dalam Alquran (Nahl 16: 125), Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan
bijaksana, dengan nasihat yang baik, dan kalaupun mereka mengajak berdebat,
lakukanlah dengan cara yang baik.
Kata kunci kedua adalah jalan
Tuhan. Dalam bahasa Arab terdapat banyak kata yang bermakna jalan. Artinya,
banyak jalan menuju Tuhan. Dalam penggalan terjemahan ayat Alquran di atas,
ajaklah mereka ke jalan Tuhan. Jadi, penekanannya di sini adalah agar
seseorang masuk dan berjalan di jalan Tuhan.
Adapun tingkat kekuatan dalam
berjalan atau berlari, tiap orang memiliki kapasitas berbeda-beda. Kalaupun
mereka menggunakan alat bantu berupa sepeda, motor, atau mobil, kapasitas,
kekuatan, dan kecepatannya berbeda-beda pula.
Bunyi lahiriah teks tentang
berdakwah itu yang pertama seseorang mau bergabung di jalan Tuhan, tapi mesti
disadari bahwa capaian dan prestasi seseorang dalam perjuangan mendekati
Tuhan itu jangan dipaksakan dan diseragamkan. Lebih dari itu, di sana banyak
jalan menuju Tuhan. Jadi, siapa pun yang berdakwah janganlah dengan bahasa
marah-marah serta mudah menghakimi dan mengafirkan orang lain jika berbeda.
Dalam berbagai kesempatan, saya
sering berjumpa dan berdialog dengan teman-teman seputar pemahaman dan
praktik keberagamaan. Ada pengusaha yang salatnya minus, tidak disiplin salat
lima kali sehari. Namun, begitu sedekah, zakat dan amal sosialnya banyak.
Ada juga sebaliknya, ibadahnya
rajin tetapi perilaku sosialnya kurang bagus. Ada orang yang miskin ilmu dan
miskin harta, tapi rajin dan pemurah untuk menolong tetangga jika memperoleh
kesulitan. Dia membantu dengan tenaganya.
Hal-hal demikian ini tentu kita
bisa mengkritiknya, namun kita tidak bisa memaksa mengikuti apa yang kita
maui dan kita juga tidak tahu bobot ketakwaannya di hadapan Tuhan. Apalagi
aspek keimanannya yang sangat pribadi, kita tidak tahu.
Mengingat negara dan ruang
publik milik rakyat dengan beragam agama, bahasa, dan budaya, maka siapa pun
berdakwah hendaknya jangan melakukan ceramah dan provokasi yang merusak ruang
publik serta memperlemah negara. Keberadaan negara dan ruang publik itu mesti
dijaga bersama-sama, sebagaimana masyarakat menjaga keamanan pasar, tempat
masyarakat melakukan transaksi jual-beli, apa pun latar belakang etnik dan
agamanya.
Selain itu, juga
sekolah-sekolah negeri, mesti dijaga karakter inklusifnya karena dibiayai
uang rakyat. Kecuali lembaga pendidikan yang sejak awal sudah bersifat
eksklusif keagamaan seperti madrasah negeri.
Mendakwahkan agama ibarat
menawarkan emas. Sekalipun kualitas bagus, asli, mestinya ditawarkan dengan
cara elegan agar tidak merendahkan kualitas barang yang ditawarkan. Kebenaran
sebuah agama mampu membela dirinya sendiri. Jangan malah direndahkan oleh
para agen penjualnya. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar