Perang
Proxy di Lebanon (1)
Dinna Wisnu ; Pengamat Hubungan Internasional
|
KORAN
SINDO, 22 November 2017
SEBERAPA besar keinginan rakyat
Lebanon untuk damai tampaknya tidak cukup kuat untuk menahan pengaruh
intervensi kepentingan negara lain. Gejala ini jelas terasa bersamaan dengan
transisi yang terjadi di Arab Saudi, Suriah, serta hubungan dunia Arab dengan
Amerika Serikat (AS). Tentu perlu kajian ilmiah lebih dalam untuk menyelidiki
hubungan tersebut satu sama lain sehingga dalam kesempatan ini saya hanya
mencoba menggambarkan fenomenanya.
Dalam bagian pertama minggu
ini, saya mencoba meringkaskan hubungan antara Arab Saudi dan Lebanon serta
bagian kedua akan meringkaskan hubungan antara Iran dan Lebanon. Kita mungkin
heran mengetahui seorang perdana menteri dari sebuah negara berdaulat
mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya saat berkunjung ke negara lain.
Ini bukan peristiwa langka, melainkan terjadi di Arab Saudi seminggu lalu.
Perdana Menteri Lebanon Saad
Hariri mengumumkan undur dari jabatannya sebagai perdana menteri di Arab
Saudi dengan alasan menjadi sasaran percobaan pembunuhan dari Iran. Dia juga
menyatakan alasan pengunduran dirinya karena intervensi Iran di negara-negara
Arab seperti Irak, Suriah, Bahrain, dan Yaman. Intinya bahwa pengunduran diri
itu memecah kembali koalisi yang terjadi Lebanon sejak terbentuknya
pemerintahan yang dianggap relatif stabil sejak 2016.
Peristiwa pengunduran diri
Hariri ini menarik karena terjadi bersamaan dengan proses konsolidasi di Arab
Saudi dan mulai berkurangnya pengaruh ISIS di wilayah-wilayah yang mereka
kuasai. Pengaruh ISIS yang berkurang juga memberikan makna potensi menguatnya
pengaruh Iran di beberapa kawasan.
Apabila kita melihat sepak
terjang Arab Saudi yang cukup keras (seperti kepada Qatar) beberapa tahun
terakhir, kita mungkin akan melihat kawasan Timur Tengah yang memanas.
Harapan bahwa dengan berkurangnya kekuatan ISIS juga akan berkurang konflik
di Timur Tengah bisa jadi hanya tinggal harapan.
Lebanon sendiri adalah sebuah
negara yang baru setahun belakangan ini menikmati kedamaian. Konflik
tampaknya tak pernah benar-benar hilang dari negara ini.
Hal ini mungkin disebabkan
Lebanon secara geografis berbatasan langsung di bagian utara dan timur dengan
Suriah, sementara wilayah selatan dengan Israel. Pengaruh Syiah sangat
dominan di Lebanon terutama yang berasal dari Organisasi Hizbullah.
Pengaruh Hizbullah di Lebanon
dapat dikatakan seperti negara dalam negara. Mereka tidak menjelma menjadi
negara karena alasan praktis, karena bila itu terjadi dikhawatirkan dukungan
dunia terhadap Lebanon yang disimbolkan sebagai negara dengan multiagama dan
multietnis akan berkurang.
Simbol multietnis dan agama itu
penting bagi Lebanon karena sejak mereka merdeka dari jajahan Prancis,
perseteruan antara kekuatan dari agama tertentu dan yang lain tidak pernah
berhenti. Perseteruan itu sendiri akhirnya mengundang intervensi dari
negara-negara sekitar yang juga masih berkonflik, terutama antara pengaruh
dari Israel, Arab Saudi (Sunni), dan Iran (Syiah).
Meski demikian, masyarakat
Lebanon pada satu titik juga menginginkan perdamaian sehingga mereka
menyepakati pembagian kekuasaan yang dianggap cukup representatif. Beberapa
jabatan penting dan tinggi diperuntukkan bagi anggota kelompok agama
tertentu.
Presiden, misalnya, harus dari
kalangan Kristen Maronite, perdana menteri dari kalangan Muslim Sunni, ketua
parlemen dari kalangan Muslim Syiah, wakil perdana menteri dan wakil ketua
parlemen dari kalangan Ortodoks Timur. Sistem ini dimaksudkan untuk mencegah
konflik sektarian dan upaya untuk mewakili distribusi demografis yang adil
dari 18 kelompok agama yang diakui di pemerintahan.
Peran Arab Saudi
Faktor keluarga Kerajaan Arab
Saudi tentu sangat terkait dalam peristiwa ini karena pengunduran diri PM
Saad Hariri dilakukan di sana. Kerajaan Arab Saudi yang sebetulnya saat ini
de facto dipimpin Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) memiliki sikap
politik yang lebih agresif dibandingkan ayahnya. Hal ini terlihat dalam aksi
di Yaman, pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar, dukungan terhadap
oposisi di Suriah, dan yang menarik adalah kedekatan rahasia dengan Israel
meski tidak memiliki hubungan diplomatik.
Hampir keseluruhan intervensi
yang dilakukan Arab Saudi adalah untuk mencegah meluasnya pengaruh Iran di
kawasan Timur Tengah. Rasa khawatir ini semakin kuat seiring dengan
dicapainya kesepakatan perjanjian damai nuklir 5P+1 yang memulai terbukanya
ekonomi Iran bagi pasar dan investor internasional.
Oleh sebab itu, Raja Salman
cukup bergembira ketika Presiden AS Donald Trump tidak mengesahkan
sertifikasi yang diwajibkan oleh kesepakatan tersebut, meskipun masih belum
100% yakin karena pada masa kampanye, Trump mendukung Iran dalam melawan
ISIS.
Hubungan Kerajaan Arab Saudi dengan PM Saad
Hariri amat dekat karena selama ini Lebanon mendapat bantuan keuangan dari
Arab Saudi untuk menstabilkan ekonominya. Kerajaan Arab Saudi mendepositokan
dana USD860 juta di Banque du Liban, bank sentral Lebanon yang diketahui
untuk membantu menstabilkan lira Lebanon ketika Rafiq Hariri, almarhum ayah
Saad yang mati terbunuh tahun 2005, pertama kali terpilih sebagai perdana
menteri pada 1992.
Bantuan itu diberikan
pascaperang sipil yang terjadi di Lebanon sejak 1975–1990. Bantuan itu juga
memiliki kepentingan politik agar Lebanon tidak 100% dapat dikuasai Hizbullah
yang pro kepada Iran.
Populasi Sunni lebih banyak
daripada Syiah di Lebanon, tetapi tidak cukup banyak untuk dapat mendikte
arah politik di dalam negeri. Kondisi sama kuat ini yang membuat ketegangan
terus terjadi dan rasa saling percaya tidak tumbuh di antara dua kelompok,
Sunni dan Syiah, di Lebanon.
Tetapi di sisi lain, bantuan
itu juga mau tidak mau harus diberikan Arab Saudi kepada Lebanon karena bila
tidak ada pihak Sunni––terutama dari negara di Timur Tengah, yang memberikan
bantuan, maka kekosongan itu dapat dimanfaatkan oleh Iran lewat Hizbullah.
Artinya, pilihan di Lebanon sangat dilematis dan kontradiktif.
Hal ini misalnya pernah diuji
ketika Arab Saudi mengumumkan akan membatalkan bantuan USD3 juta untuk
militer Lebanon pada 2016 sebagai bentuk protes keterlibatan Hizbullah dalam
perang, baik di Suriah maupun Yaman.
Bantuan itu awalnya diberikan
dengan harapan agar militer Lebanon dapat lebih kuat dan independen dari
milisi Hizbullah. Namun setelah setahun negosiasi, bantuan itu akhirnya dapat
dicairkan kembali karena diyakini bahwa semakin lemahnya militer Lebanon
tidak akan menguntungkan siapa pun, terutama pihak Sunni.
Namun dengan mundurnya PM Saad
Hariri sebagai perdana menteri di tengah konsolidasi MBS menjadi raja, Arab
Saudi tampaknya akan mengambil langkah yang lebih keras lagi terhadap
Lebanon. Sikap keras ini terutama juga dipicu oleh serangan roket yang diluncurkan
dari Yaman, tetapi berhasil digagalkan oleh militer Arab Saudi sehari sebelum
berita pengumuman diri tersebut.
Sikap paling keras yang dapat
dilakukan oleh Arab Saudi minimal adalah memutus hubungan diplomatik seperti
yang dilakukan terhadap Qatar. Apabila hal itu terjadi, ekonomi di Lebanon
dapat terguncang karena hampir sebagian besar pendapatan berasal dari remitan
pekerja Lebanon yang bekerja di negara-negara Teluk (Arab Saudi, UAE,
Bahrain, Kuwait, dll). Jumlahnya mencapai 16% dari GDP nasional Lebanon.
Sebelum krisis ini sendiri
terjadi, Arab Saudi sudah mengurangi sejumlah pekerja asing sebagai bagian
dari visi 2030. Guncangan itu semakin bertambah kuat apabila Arab Saudi
benar-benar mengambil deposito yang ada di Bank Sentral Lebanon. Nilai mata
uang lira Lebanon minimal terguncang apabila tidak jatuh dalam.
Investasi di Lebanon juga akan
terkena pengaruh karena hampir lebih dari 80% berasal dari negara-negara
Teluk. Investasi itu sendiri sebetulnya juga tidak bertambah sejak 2012
ketika peran Suriah mulai berkecamuk, namun ekonomi Lebanon akan semakin
runyam apabila terisolasi seperti yang dialami oleh Qatar.
Dari sepintas gambaran
tersebut, kita bisa melihat dan memperhatikan kebijakan apa yang akan diambil
oleh Lebanon seusai pengunduran diri PM Saad Hariri. Apakah Lebanon akan
berusaha menjaga jarak hubungan dengan Irak dan Hizbullah, atau justru semakin
mendekatkan diri dengan mereka? ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar