Politik
Equellibrium
Muhammad Husen Db ; Dosen dan Wasekjen Kornas Fokal
Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah
|
MEDIA
INDONESIA, 29 November 2017
PEMILIHAN Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2018
yang tinggal menghitung bulan, akan diikuti 171 daerah (17 provinsi dan 154
kabupaten/kota). Melihat peta dan geliatnya, Pilkada 2018 akan jauh lebih
hangat, bahkan tidak tertutup kemungkinan akan sangat memanas suhu
politiknya. Cukup menyita perhatian. Itulah dinamika politik yang bakal
mewarnai perhelatan demokrasi per lima tahunan itu. Ada beberapa hal yang
tampak akan menjadi faktor pendulum dinamika itu. Pertama, dari sisi
kepesertaan, Pilkada 2018 ini lebih banyak jika dibandingkan dengan tahun lalu
yang diikuti 101 daerah (7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota). Jumlah
peserta Pilkada 2018 ini di atas kertas berpotensi besar untuk melahirkan
sejumlah dinamika yang menuntut perhatian lebih ekstra, di samping sikap
bijak dari berbagai elemen: dari unsur penyelenggara, kontestan, masyarakat,
bahkan pihak penegak keamanan.
Kedua, Pilkada 2018 menjadi penentu
persiapan pemilu serentak 2019 yang paketnya lebih masif, yakni paket
bersama antara pemilihan DPR, DPD, DPRD, dan pemilihan presiden dan wakil
presiden. Melihat geliat pelkada 2018 menjadi penentu, maka semua komponen
mulai menata diri.
Penyelenggara pemilu
Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai pemilik otoritas penyelenggara
pemilu, itu amanat UU No 15 Tahun 2011. Ini otoritas dan kewenangan yang
dimiliki penyenggara pemilu yang disebut sebagai wasit dalam sebuah
kompetisi. Dalam banyak kesempatan, fungsi penyelenggara pemilu tidak hanya
sebagai wasit, tetapi juga sebagai panitia merangkap kompenen pelengkap yang
siap sedia mewujudkan kesuksesan sebuah kompetisi. Tentu menjadi sebuah
keniscayaan dalam sebuah kompetisi, tidak hanya soal wasit, tetapi
perlengkapan yang lain menjadi penentu juga. Kalau kita contohkan sebuah
pertandingan bola, harus juga disiapkan lapangannya, waktu, tempat, dan
posisi pemain serta hal-hal teknis lain yang juga sebagai kelengkapan yang
mendukung dan menyukseskan kompetisi itu.
Kini, pemilu serentak 2018 akan dimulai
sesaat ketika KPU mulai memverifikasi partai politik yang akan menjadi
peserta pemilu. Meski verifikasi yang dilakukan KPU adalah demi kepentingan
Pemilu 2019, tetapi romantika prosesnya sudah mengarah kepada validasi
partai yang bersiap untuk melakukan pesta demokrasi yang digadang menjadi
pesta menggembirakan.
Dalam konsep pesta menggembirakan dapat
dipilah menjadi dua bagian. Menggembirakan sebelum pesta dan mengembirakan
sesudah pesta. Bagi peserta tentu memiliki sensi yang sama untuk menyatakan
gembira sebelum pertandingan dengan slogan “Siap menang dan siap kalah”. Pada
perspektif yang lain akan terjadi setelah pesta: gembira bagi pemenang dan
derita bagi yang gagal. Apa pun namanya, semua yang disebut dengan pesta,
harusnya semua berupaya bahagia. Kata kuncinya, kedewasaan secara politik,
bahkan secara keagamaan (ikhlas menerima takdir) dan kematangan secara
mental.
Supporting system
Harus disadari, dinamika politik masa kini sangat sensitif terhadap kepekaan
sosial dan kepekaan suksesi. Regulasi telah didesain sebaik mungkin untuk
mendorong terciptanya fair play dan bebas pelanggaran. Hanya butuh kekuatan
dan kesanggupan mental pelaku politik yang siap dengan konsekuensi
pelaksanaan politik di lapangan.
Benturan yang terjadi di lapangan dari keputusan
regulasi yang efektif-efisien dan bebas dari praktik manipulatif itu
membutuhkan peran dan langkah taktik strategik dari penyelenggara pemilu.
Itulah dinamika politik, bercampur baur antara ketidakdewasaan sikap dan
tindakan politik dari berbagai elemen (publik pemilih, peserta bahkan sisi
penyelenggara).
Dinamika itu perlu kita catat berangkat dari proses yang
terjadi. Dan semua itu bermuara pada perlakuan politik pula. Mulai dari
regulasi hingga kepentingan lain yang terjadi di balik regulasi itu. Melihat
politik begitu lentur dan fleksibelnya, politik sesungguhnya politik harga
elastis (equellibrium). Politik harga yang penuh dengan tawaran.
Kemungkinan lain yang menegaskan soal
politik harga elastis tampak terjawab ketika proses pelaksanaan di dalam
pemilu masih banyak juga terdengar menggunakan ‘mahar’ saat mendaftar sebagai
calon legislatif ataupun calon kepala daerah serta calon presiden dan wakil
presiden.
Akhir kata, Pilkada 2018, juga Pemilu 2019
merupakan kesempatan baik bagi pemimpin bangsa yang siap berani bertarung
untuk membawa bangsa ini lebih baik. Sebagaimana yang disampaikan Presiden
Harry Truman, “Dalam periode di mana tidak ada kepemimpinan, masyarakat
masih berdiri. Kemajuan terjadi ketika berani. Pemimpin terampil merebut
kesempatan untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.” Selamat bagi petarung
pada kompetisi di pemilu serentak 2018 dan 2019 yang akan datang. Semoga
sukses. ●
|
BalasHapushttp://s128pokerblog.over-blog.com/2019/04/hobby-poker-mobile-tanpa-ada-cemas-bank-offline.html