Membaca
Hasil Uji Laboratorium MERS
Soeharsono
; Dokter Hewan; Mantan Penyidik
Penyakit Hewan; Tinggal di Denpasar
|
KOMPAS,
06 Juni 2014
HARI Sabtu (17/5/14) di salah
satu media elektronik, Wakil Menteri Kesehatan mengatakan bahwa di Indonesia
telah ditemukan 99 pasien yang dicurigai sebagai penderita Sindrom Pernapasan
Timur Tengah (MERS) di beberapa tempat. Dari jumlah itu, 74 orang di
antaranya telah diperiksa laboratorium dengan hasil negatif.
Semua pasien mempunyai riwayat
baru kembali dari menjalankan ibadah umrah di Arab Saudi dan mempunyai gejala
seperti flu, demam, batuk, dan sesak napas yang makin parah. Pemeriksaan
dengan sinar X juga telah dilakukan. Sampai tahap ini, diagnosis sementara
(tentative diagnosis) dicurigai sebagai mengidap MERS.
Penderita diisolasi di ruang
khusus untuk mencegah penularan kepada penjenguk. Sementara pengiriman
spesimen dari pasien ke lab diharapkan dapat meneguhkan diagnosis sementara menjadi
diagnosis akhir (final diagnosis). Tindakan cepat jajaran Kemenkes ini patut
kita apresiasi.
Mengapa sejauh ini hasil lab
negatif MERS?
Peneguhan diagnosis
Kualitas spesimen sangat
memengaruhi hasil pemeriksaan lab. Meskipun peralatan dan operator lab sudah
tersedia, apabila kualitas spesimen yang dikirim kurang tepat waktu dan
tempat pengambilan, serta pengepakan dan pengirimannya, maka dapat dihasilkan
negatif palsu (false negative),
seperti dikatakan Nidom (Kompas,
14/5/14).
Terlebih lagi, apabila spesimen
tersebut berasal dari luar Jakarta, perjalanan spesimen dari tempat asal
pengambilan, yang memakan waktu beberapa hari, dapat memengaruhi kualitas
spesimen. Kualitas spesimen yang baik bisa diperoleh apabila pasien ada di
Jakarta.
WHO dan CDC Atlanta telah
mengeluarkan petunjuk mengenai jenis spesimen, waktu pengambilan, tempat (container) spesimen, suhu penyimpanan,
dan pengiriman ke laboratorium. Petunjuk ini selalu diperbaiki dari waktu ke
waktu apabila ada masukan para ahli.
Masyarakat pada umumnya mengira
bahwa setelah spesimen dikirim ke lab, hasilnya pasti meyakinkan, apakah
positif atau negatif. Kenyataannya tidak demikian. Bahkan, WHO menyarankan
agar spesimen diambil dua kali. Satu diperiksa di lab setempat, sedangkan satu
lagi disimpan dalam suhu rendah (-70° C) di dalam deep freezer sebagai cadangan apabila diperlukan pengiriman ke
lab di luar negeri.
CDC Atlanta lebih menekankan
pengambilan spesimen dari saluran napas bagian bawah karena di situlah
terdapat sel reseptor, tempat virus MERS berada. Di samping itu disertakan
juga spesimen dari saluran napas bagian atas (nasopharyngeal atau oropharyngeal).
Apabila sudah ditentukan
diagnosis sementara MERS tetapi hasil lab di dalam negeri negatif, ada
baiknya duplikat spesimen yang ada di deep
freezer dikirimkan ke laboratorium yang lebih lengkap. Lebih baik lagi
apabila diikutsertakan spesimen untuk isolasi virus. Secara teknis, tenaga
ahli kita sebenarnya mampu melakukan isolasi virus MERS, tetapi sangat
berbahaya apabila keamanan lab kurang memadai.
CDC Atlanta menyarankan juga
pengambilan serum sepasang (paired sera),
yakni serum yang diambil minggu pertama sejak gejala klinis terlihat, dan
tiga minggu kemudian (convalescence).
Serum ini dipakai untuk mengukur titer antibodi terhadap virus MERS. Apabila
ditemukan peningkatan yang signifikan titer antibodi pada convalescence sera, ini merupakan
indikasi bahwa pasien terserang virus MERS.
Prediksi ke depan
Sampai sejauh ini, meskipun MERS
telah menyebar ke beberapa negara, WHO belum mengeluarkan pembatasan lalu
lintas orang. Penularan MERS hanya terjadi apabila seseorang sangat
berdekatan dengan penderita yang masih mengeluarkan virus. Oleh karena itu,
penyebaran penyakit relatif lambat.
Penularan di rumah sakit pernah terjadi
pada penjenguk pasien di Inggris dan Italia (2013). Rantai penularan akan
putus apabila penderita dirawat di ruang isolasi khusus, seperti dilakukan di
Indonesia, tanpa dijenguk kerabat.
Meski
vaksin terhadap MERS belum ditemukan, diprediksi MERS akan lenyap dalam 1-2
tahun ke depan, kecuali apabila ada penularan kembali dari reservoir virus (hewan) ke orang. Hal
ini terjadi dengan putusnya rantai penularan SARS. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar