Dukungan
dan Fokus Presiden Terpilih
Firmanzah
; Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan
Pembangunan
|
KORAN
SINDO, 23 Juni 2014
Berkaca
pada pengalaman Indonesia yang telah menyelenggarakan pemilu presiden
(pilpres) langsung dua kali pasca-Reformasi (2004 dan 2009), stabilitas
politik pascapilpres menjadi syarat mutlak bagi kelancaran pembangunan lima
tahunan.
Dukungan
dari segenap elemen masyarakat bagi siapa pun yang terpilih sebagai presiden
sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan pembangunan nasional yang
semakin kompleks. Kita semua optimistis kedewasaan berdemokrasi, baik para
elite, media, maupun masyarakat, semakin baik untuk siap menang dan siap
kalah dalam pilpres kali ini. Dukungan dan fokus presiden terpilih bersama
pemerintahan baru hanya dapat terjadi apabila selama kampanye dan pemungutan
suara pilpres, kita semua mampu menjaga stabilitas politik, keamanan, dan
ketertiban.
Ketika
kita mendapat presiden terpilih, siapa pun yang diberikan mandat akan menjadi
presiden Republik Indonesia 2014-2019, bukan hanya presiden konstituennya
atau partai politik pendukungnya. Presiden terpilih harus merangkul semua
kalangan dan semua pihak untuk bekerja bersama-sama membangun Indonesia.
Inilah indahnya demokrasi. Keberhasilan mengelola demokrasi sangat menentukan
capaian pembangunan ekonomi nasional selama 10 tahun terakhir melewati
sejumlah krisis ekonomi dunia, memulihkan dampak krisis ekonomi 1998,
merehabilitasi bencana alam yang terjadi, dan menguatkan ekonomi domestik.
Itu
hanya dapat dilakukan ketika stabilitas politik pascapemilu tetap terjaga.
Presiden terpilih dapat fokus untuk merancang dan merealisasikan janji
kampanye sesuai tahapan pembangunan dan sesuai rencana pembangunan jangka
panjang (RPJP). Dinamika politik antarpartai selama kontestasi pemilu
mengubah diri secara konstitusional menjadi dinamika di parlemen. Fase
transisi dari kontestasi antarpartai dan elite politik selama masa kampanye
menjadi formasi partai pendukung dan penyeimbang pemerintahan terpilih di DPR
akan sangat ditentukan bagaimana kita mengelola konflik selama kampanye.
Saya
melihat kunci dari proses kampanye adalah bagaimana kita menjaga agar
dinamika persaingan tidak berujung pada eskalasi kebencian antarpendukung.
Selama Pilpres 2004 dan 2009 kita semua berhasil menjaga stabilitas politik
tetap kondusif saat dan setelah pilpres. Kita semua optimistis keberhasilan
Pilpres 2004 dan 2009 akan dapat kita tingkatkan pada Pilpres 2014. Persaingan
antartim sukses, relawan, dan para elite pendukung di setiap pasangan capres
perlu menjaga batas-batas kepatutan dan menghindarkan diri dari ihwal yang
berpotensi memecah belah bangsa.
Kampanye
hitam perlu dihindari. Komitmen untuk hal tersebut telah dilakukan melalui
Deklarasi Kampanye Damai di KPU untuk melakukan kampanye berintegritas dan
damai satu hari sebelum masa kampanye pilpres secara resmi dilakukan. Setiap
pihak yang bersaing perlu semakin menyadari saat memperjuangkan kepentingan
politik, menjaga kepentingan yang lebih besar yaitu keutuhan bangsa dan
negara adalah hal yang jauh lebih utama dan strategis. Pasca-Reformasi kita
semua juga berkomitmen untuk menuntaskan bilamana terjadi persoalan dan
perselisihan selama masa kampanye dan pemungutan suara diselesaikan melalui
jalur-jalur konstitusional.
Upaya
untuk memaksakan kehendak yang bersifat anarkistis dan inkonstitusional perlu
kita hindari bersama. KPU telah menjadwalkan penuntasan perselisihan hasil
pilpres (28 Juli-11 Agustus) dan penetapan hasil pilpres pascaputusan MK
(1-12 Agustus). Sukses melalui masa kampanye dan pemungutan suara dipastikan
akan menentukan efektivitas kerja presiden terpilih dan pemerintahan baru
selama lima tahun ke depan. Ini penting mengingat presiden terpilih akan
menghadapi sejumlah tantangan di bidang ekonomi yang tidak sederhana. Baik
berupa tantangan yang bersumber dari eksternal maupun penuntasan sejumlah
agenda pembangunan nasional.
Pada 1-2
tahun pertama presiden terpilih harus mempersiapkan kabinet yang solid,
menuntaskan tahun fiskal 2014, membawa Indonesia lebih siap lagi menjelang
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015, dan menghadapi dampak
penghentian stimulus moneter di Amerika Serikat. Sementara gejolak harga
pangan dunia dan minyak mentah dunia ditambah dengan volatilitas nilai tukar
juga perlu terus diwaspadai. Presiden dan kabinet baru akan sangat disibukkan
dengan sejumlah agenda seperti penguatan fundamental ekonomi baik dari sisi
inflasi, penyeimbangan defisit transaksi perdagangan, keseimbangan fiskal,
dan kebijakan harga BBM bersubsidi.
Sementara
itu, agenda pembangunan yang bersifat permanen seperti peningkatan kualitas
dan aksesibilitas pendidikan, kesehatan, pelayanan umum, dan pembangunan
infrastruktur juga harus tetap dilakukan. Ini akan ditambah dengan
menyesuaikan postur APBN-P 2015 dengan program-program politik semasa
kampanye pilpres. Presiden terpilih juga akan menghadiri sejumlah pertemuan
ekonomi internasional dalam kurun waktu yang berdekatan dalam forum G-20, APEC,
ASEAN Summit, East-Asia Summit, dan ASEAN+Summit.
Peran
Indonesia dalam forum tersebut selama ini tidak hanya memperjuangkan
kepentingan dalam negeri, tetapi juga tercipta tatanan ekonomi global yang
semakin seimbang, adil, dan merata. Presiden dan pemerintahan baru juga harus
bekerja cepat untuk melakukan konsolidasi pembangunan bersama pemerintah
daerah, BI, OJK, LPS, dan lembaga-lembaga lain. Fokus pada industrialisasi
dan pembangunan infrastruktur akan membantu penciptaan lapangan kerja, pengentasan
kemiskinan, pemerataan pembangunan, kesejahteraan, dan produktivitas
nasional.
Tantangan
terbesar dari sisi domestik dan sektor riil adalah bagaimana presiden dan
pemerintahan baru mampu mengimbangi tingginya permintaan domestik melalui
peningkatan produksi nasional. Stimulus fiskal dan kemudahan berinvestasi
perlu terus ditingkatkan dan ini membutuhkan koordinasi serta dukungan semua
kalangan. Mewujudkan situasi kampanye yang teduh, damai, dan aman merupakan
tanggung jawab semua pihak.
Media
massa juga diharapkan dapat mengambil peran strategis untuk menciptakan
persaingan politik yang baik. Selain itu juga langkahlangkah untuk menjaga
netralitas PNS, TNI, Polri, lembaga penegak hukum, dan lembaga penyelenggara
serta pengawas pemiluperluteruskita tingkatkan. Ini penting tidak hanya bagi
suksesnya pesta demokrasi kita, tetapi juga bagi keberhasilan pembangunan
jangka menengah ketiga (2015-2019). ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar