Nasionalisme
Bendera
Ardi
Winangun ; Pengamat Politik
|
OKEZONENEWS,
24 Juni 2014
Selama
Piala Dunia 2014 di Brasil berlangsung, tumbuh rasa nasionalisme di
negara-negara peserta. Mereka menggunakan simbol-simbol patriotik, seperti
bendera dan lagu kebangsaan, untuk menumbuhkan semangat bagi para pemainnya
untuk tak kenal menyerah dan lelah dalam bertanding demi nama keharuman
bangsa dan negara.
Tumbuh
rasa nasionalisme dari dampak Piala Dunia itu salah satunya ditampakkan oleh
Perdana Menteri Inggris, David Cameron. Untuk menyemangati rakyat Inggris dan
pemain Timnas Inggris, Cameron, mengeluarkan perintah untuk mengibarkan
bendera nasional Inggris di 10 Downing Street London ketika tim yang berjuluk
tiga singa itu berlaga. Meski akhirnya Inggris pulang lebih awal karena dalam
laga babak awal sudah tersingkir.
Harapan
dari berkibarnya bendera Inggris di pusat kekuasaan negara yang memiliki
banyak koloni itu agar bisa membakar semangat para pemain Inggris untuk
berjiwa patriotik dan kesatria sehingga mereka tak kenal menyerah dalam
setiap pertandingan. Membangkitkan rasa nasionalisme dengan mengibarkan
bendera, seperti yang dilakukan oleh Cameron, sebentar lagi pastinya akan
diikuti oleh pemimpin pemerintahan dan negara lain yang negaranya menjadi
kontestan Piala Dunia 2014 di Brasil.
Nasionalisme
bendera itu rupanya merembet ke negara-negara yang tidak ikut dalam babak
putaran Piala Dunia 2014 di Brasil. Di Indonesia, bendera negara peserta
Piala Dunia 2014 di Brasil, terutama negara favorit juara seperti Spanyol,
Brasil, Argentina, Inggris, Jerman, dan Belanda, banyak dikibarkan di
kampung-kampung dan kota-kota, seperti di Pamekasan, Ambon, Polewali Mandar,
Bali, Gorontalo, selama Piala Dunia ini berlangsung. Sehingga bila kita
memasuki kampung dan kota itu dan memandang ke langit yang penuh kibaran
bendera negara lain, seolah-olah kita bukan berada di Indonesia.
Tak
hanya itu, saat nonton bareng Piala Dunia 2002 di Gelora Bung Karno, Jakarta,
antara Brasil dan Jerman, puluhan bendera kedua negara itu berkibar-kibar di
tribun-tribun di stadion yang dibangun oleh Presiden Soekarno itu.
Antusiasnya
masyarakat di kampung-kampung dan kota-kota di berbagai tempat di Indonesia yang
mengibarkan bendera negara lain saat hajatan Piala Dunia maupun Piala Eropa,
sempat menimbulkan pertanyaan di mana rasa nasionalisme mereka. Sehari
sebelum Panglima TNI dan Kapolri berkunjung ke Ambon, Maluku, bendera peserta
Piala Dunia yang dipasang di banyak tempat bahkan di sepanjang jalan utama,
dibersihkan oleh aparat. Bendera asing itu dibersihkan dengan alasan soal
nasionalisme.
Kekhawatiran
soal rendahnya nasionalisme di jiwa dan hati rakyat itu penting sebab
sepanjang waktu, pemerintah Indonesia terus menanamkan rasa nasionalismenya
kepada rakyat dan rasa nasionalisme itu salah satunya diukur dari
menghormati, mencintai, dan menghargai bendera nasional, merah-putih.
Namun
kekhawatiran memudarnya rasa nasionalisme rakyat Indonesia akibat mereka
mengibarkan bendera negara lain tak perlu dirisaukan sebab mereka mengibarkan
bendera negara lain bahkan bendera negara yang pernah menjajah Indonesia,
seperti Inggris, Belanda, dan Jepang hanya sebatas dukungan emosional kepada
tim kesayangan dan itupun paling lama selama sebulan, masa penyelenggaraan
final Piala Dunia.
Mereka
mengibarkan bendera negara lain juga tidak mengikuti prosedur sebagaimana
mengibarkan bendera Indonesia yang harus dengan khidmat, serius, dan tak
boleh bercanda. Mereka mengibarkan bendera negara lain dengan cara yang cukup
gampang, ambil galah, ikatkan tali bendera, lalu dipancangkan di
tempat-tempat yang mereka suka. Akibat yang demikian, tak heran bila
kampung-kampung dan kota-kota yang mengibarkan bendera peserta Piala Dunia itu
menjadi kumuh. Sama seperti saat kampanye Pemilu, di mana aneka warna bendera
berdiri di sembarang tempat.
Tampil
menjadi kontestan Piala Dunia tentu membanggakan bagi negara itu. Hal
demikian secara langsung akan membangkitkan rasa nasionalisme dan persatuan
bangsa. Tampil menjadi peserta Piala Dunia diakui oleh banyak catatan sejarah
sepakbola mampu menyatukan bangsa yang pecah.
Untuk
itu bila kita ingin bendera negara lain tidak berkibar di kampung-kampung dan
kota-kota serta adanya kebanggaan mengibarkan bendera Indonesia tanpa
instruksi dari Pak RT, biasanya pada tanggal 17 Agustus, maka Indonesia harus
bisa tampil di moment-moment besar, seperti tampil di ajang Piala Dunia.
Dengan moment yang penuh dengan rasa dan nuansa patriotik itu secara langsung
nasionalisme itu akan tumbuh dengan sendirinya tanpa harus digurui.
Maka di
sinilah pentingnya untuk meningkatkan kemampuan Timnas Indonesia dalam setiap
event-event internasional.
Sayangnya, Timnas Indonesia (senior) tidak mampu banyak berbicara di event internasional. Jangankan tingkat
dunia, tingkat Asia Tenggara saja kita masih megap-megap. Bila Timnas
Indonesia lebih banyak kalah daripada menang, maka jangan salahkan kalau
rakyat Indonesia mendukung Timnas Brasil, Spanyol, Argentina, Jerman, Inggris,
dan Belanda. Sebagai bukti mereka pendukung negara itu maka bendera nasional
negara yang didukung dikibarkan. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar