Pemuda
Dunia dalam Diplomasi Budaya Indonesia
Al
Busyra Basnur ; Pengamat
Internasional
|
KORAN
SINDO, 25 Juni 2014
Indonesia
Channel (Inchan)– sebuah pertunjukan kolosal seni dan budaya Indonesia–
diselenggarakan di kampus Universitas Pembangunan Nasional (UPN) ”Veteran”
Yogyakarta Kamis minggu lalu. Gelaran tersebut kian memperkuat keyakinan
setiap individu, di mana pun di dunia, bahwa soft power diplomacy adalah ”soko guru” diplomasi yang memiliki
jangkauan luas, jangka panjang dan tanpa batas.
Diplomasi
tidaklah semata milik dan dilakukan pemerintah. Individu dan berbagai elemen
masyarakat, utamanya pemuda, bahkan menjadi aktor penting yang dalam banyak
hal mencetak hasil justru lebih hebat dari apa yang dilakukan elite
pemerintah. Sebab aktor nonpemerintah memiliki pengaruh kuat, penetrasi
menyeluruh dan efisien serta berakar ke bawah dan berpucuk ke atas. Ini adalah
fakta tak terbantahkan dan menjadi andalan utama diplomasi publik yang
Indonesia dan banyak negara lain terus kembang-tingkatkan dalam dunia yang
semakin global dan bergerak dinamis siang malam.
Inchan,
yang disebut di awal tulisan, menjadi istimewa karena menampilkan 70 pemuda
internasional terpilih dari 46 negara, peserta program Beasiswa Seni dan
Budaya Indonesia (BSBI) yang ketika menginjakkan kaki di Indonesia memiliki
pengetahuan sangat minim tentang negeri ini. Namun, mereka punya keinginan dan
komitmen yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan untuk mendalami
Indonesia. Dengan lancar dan membuat banyak orang terpukau, pemuda 20-30
tahun itu menyuguhkan gerak tari dan menggemakan nadanada lagu tradisional
Indonesia.
Padahal,
mereka hanya punya waktu tiga bulan belajar di berbagai sanggar seni
Indonesia. Sementara sekitar 2.000 penonton pertunjukan seni budaya Indonesia
itu adalah masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan dan sudut jalan,
termasuk orangorang yang lahir dan besar di Indonesia yang sama sekali kaku
menari, sumbang melagu dan timpang memainkan alat musik tradisional
Indonesia. Inchan juga menjadi penting karena ajang pertunjukan seni budaya
Indonesia itu sekaligus menandai penutupan BSBI, sebuah program tahunan
pemerintah sejak dua belas tahun lalu. Dibuka di Jakarta dan ditutup di
berbagai kota besar di daerah, yang tahun ini Yogyakarta dapat giliran.
Program
ini telah melahirkan alumni 588 orang dari 56 negara. Pagelaran Inchan juga
menjadi tonggak sejarah tahunan, karena dari sinilah dimulainya langkah baru
perjalanan panjang promosi Indonesia di luar negeri dengan mengedepankan
peran pemuda di negara-negara sahabat. BSBI melahirkan banyak sahabat
Indonesia dan calon Indonesianist dengan energi baru dan wawasan Indonesia
baru yang memang sangat kita perlukan di masa hadapan.
Setelah
Inchan, peserta BSBI ”pulang kampung” ke negara masing-masing untuk kemudian
berkiprah bersama, bagi dan untuk Indonesia serta negara mereka, bagi dan
untuk dunia. Beberapa contoh terkini, setelah mengikuti program BSBI 2012,
Renie Roos dari Belanda mendirikan Indonesia Netherlands Youth Society,
bertujuan membangun pemahaman lebih baik dan mendorong komunikasi pemuda
Belanda dan Pemuda Indonesia lebih dinamis. Sementara Brune Charvin dari Prancis,
peserta BSBI 2013 membuat film dokumenter tentangPakarena,
taritradisionalSulawesi Selatan untuk disiarkan di negaranya. Tahun ini
sejumlah peserta BSBI menyatakan akan tinggal di
Indonesialebihlamauntukmendalami seni dan budaya Indonesia, karena waktu tiga
bulan tak cukup.
Konektivitas
Dalam
hubungan antarbangsa dan upaya bersama menuju dunia lebih ramah, damai dan
bersahabat, pemuda menjalankan peran sentraldanstrategis. Karenaitu, pemuda
perlu diberi bekal cukup dan ruang gerak lebih luas untuk mengenal dan
mengembangkan diri, berkarya dan mengabdi serta aktif dalam setiap kegiatan
yang mendorong peningkatan pemahaman mereka tentang pentingnya hubungan dan
kerja sama internasional. Dalam hubungan antarbangsa, pemuda adalah ”aset”
dan ”aktor” kemajuan dunia beserta umatnya. Karena itu, konektivitas pemuda
antar bangsa sangat penting, bahkan menentukan terutama dalam melanjutkan
penataan baru, bahkan merajut kembali hubungan antar bangsa.
Masa
depan dunia akan lebih banyak ditentukan pemuda sekarang yang kelak menjadi
pemimpin dan pengendali kebijakan negara masing-masing. Ini yang kemudian
menyentakkan Perdana Menteri Kanada, Brian Mulroney (1984-1993) yang secara
khusus mendorong penyelenggaraan program pertukaran pemuda internasional
melalui Canada World Youth (CWY) di
bawah Canadian International
Development Agency (CIDA). Kanada menyelenggarakan program pertukaran
pemuda internasional dengan sekitar 50 negara termasuk Indonesia.
Dari
program tersebut, telah lahir ratusan ribu sahabat muda Kanada di berbagai
kawasan dunia yang terkoneksi dengan baik dengan Kanada. Indonesia memberikan
perhatian besar terhadap pembangunan dan kemajuan pemuda dengan
menyelenggarakan berbagai program dan pelatihan, selain pendidikan formal
tentunya. Dalam membekali pemuda dengan wawasan dan pengetahuan
internasional, banyak program berorientasi luar negeri diselenggarakan baik
oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,
Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Kementerian Luar Negeri maupun
lembagalembaga nonpemerintah. Misalnya pertukaran pemuda Indonesia dengan
Kanada, Australia, Tiongkok, Malaysia, Kapal ASEAN dan Jepang, pengiriman
siswa dan mahasiswa berprestasi Indonesia ke luar negeri, dan Duta Belia.
Sebagian besar alumni program tersebut kini tersebar luas di berbagai pelosok
Tanah Air, di desa dan di kota, di gunung dan daerah pesisir. Mereka mengabdi
menjadi pemimpin, penggerak, inisiator dan kontributor dalam denyut pembangunan
kemajuan bangsa, baik pada tataran nasional maupun internasional.
Disisilain,
Indonesiataksemata hanya fokus pada upaya meningkatkan peran dan kualitas
sekitar 70 juta pemuda bangsa kita. Di seberang laut sana, di negara-negara
sahabatkita, banyaksekalipemuda dan tokoh terkemuka yang berpotensi menjadi
sahabat Indonesia. Mereka jadi sasaran lirikan dan perhatian kita. Berbagai
program pemuda dan mahasiswa kita selenggarakan pula, antara lain program
BSBI, Darmasiswa, pertukaran pemuda luar negeri dan Presidential Friends of Indonesia (PFoI) .
Duta Muda
Sekitar
80.000 pemuda Indonesia saat ini belajar di berbagai negara. Jumlah itu naik
dari tahun ke tahun. Di Eropa saja, tahun 2013 meningkat 30% dibanding tahun
sebelumnya. Peningkatan sama juga terjadi di Amerika Serikat, 30% juga, meski
saat krisis ekonomi 1998 jumlahnya menurun tajam menjadi separo. Selain
kuliah sebagai tugas utama di kampus yang tentunya harus diselesaikan tepat
waktu, mahasiswa adalah juga soft power diplomacy Indonesia yang
memperkenalkan sekaligus mempromosikan Indonesia di lingkungan masingmasing.
Sebagian
mahasiswa telah melakukan peran tersebut amat baik, terutama di Eropa,
Amerika Utara, dan beberapa negara Asia melalui pertunjukan seni budaya,
ceramah, diskusi, dan pameran. Bahkan, 40 mahasiswa Harvard University, Massachusetts Institute of Technology, dan Tufts Fletcher School of Law and Diplomacy
Amerika Serikat yang datang ke Jakarta dan menyelenggarakan Asia Leadership Trek III bekerja sama
dengan Kementerian Luar Negeri tanggal 25 Juni 2014 minggu ini, merupakan
salah satu bukti nyata mahasiswa Indonesia di luar negeri bekerja keras,
berpromosi dan berdiplomasi setidaknya di kampus.
Sebab,
sebagian mereka itu adalah mahasiswa Indonesia. Karena itu, kita menaruh
harapan besar agar pemuda mahasiswa Indonesia di luar negeri lebih
meningkatkan peranan dalam mempromosikan Indonesia. Andai saja 50% dari total
mahasiswa Indonesia itu berperan mempromosikan Indonesia, berarti ada 40.000
orang duta muda kita yang menopang Perwakilan RI di luar negeri mempromosikan
Indonesia. Ini perlu menjadi pemikiran serius agenda kita ke depan, agar
kesadaran mahasiswa Indonesia di luar negeri lebih ditumbuhkembangkan bahwa
mempromosikan Indonesia adalah bagian dari tugas dan misi bangsa yang harus
mereka lakukan tanpa pamrih. Jumlah mereka luar biasa besar dibanding jumlah
mahasiswa asing yang ada di Indonesia, yang juga merupakan sahabat bangsa
yang diharapkan mempromosikan Indonesia di luar negeri. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar