Arah
Kebijakan Luar Negeri Capres
Poppy
S Winanti ; Ketua Program S-2 Ilmu Hubungan
Internasional Fisipol UGM
|
MEDIA
INDONESIA, 24 Juni 2014
SETIDAKNYA terdapat tiga isu
penting yang menjadi fokus dari debat calon presiden (capres) Minggu (22/6)
malam. Pertama, pandangan kedua capres mengenai posisi Indonesia dalam
konteks politik regional dan global, baik yang meliputi peran dan posisi
Indonesia dalam hal leadership Indonesia di ASEAN, peran Indonesia dalam
merespons konflik di Laut China Selatan, maupun hubungan Indonesia dan
Australia. Fokus kedua terkait dengan perlindungan terhadap pekerja Indonesia
di luar negeri terutama pekerja perempuan serta penguatan dan kemandirian industri
pertahanan nasional. Fokus ketiga ialah kesiapan daya saing Indonesia dalam
konteks perdagangan global yang dikelola di bawah WTO dan level regional
dengan diberlakukannya ASEAN Economic
Community (AEC) pada akhir 2015.
Tidak banyak yang berbeda dari
pandangan kedua capres mengenai posisi Indonesia dalam kancah pergaulan
internasional. Keduanya samasama memiliki pandangan tentang pentingnya
mengangkat kembali kewibawaan dan kehormatan Indonesia di mata dunia
internasional meskipun dalam hal ini, keduanya memiliki penekanan yang
sedikit berbeda terkait dengan bagaimana mewujudkan cita-cita tersebut.
Prabowo mengedepankan pentingnya capaian dan kemajuan ekonomi sebagai modal
dasar bagi diakuinya Indonesia dalam kancah politik internasional. Seperti
yang disampaikan Prabowo, kesejahteraan nasional merupakan kunci bagi
ketahanan nasional. Sementara itu, di samping mendorong kemajuan ekonomi yang
ditargetkan akan tumbuh 7% per tahun, Jokowi berpendapat bahwa Indonesia
dapat mengembalikan kehormatan dan kewibawaan Indonesia di dunia
internasional melalui gagasan membangun poros maritim dunia.
Di samping itu, kedua calon
presiden juga mengutamakan hubungan baik dan diplomasi dengan negara-negara
tetangga serta menempatkan pendekatan militer dalam hubungan dengan negara
lain sebagai pilihan terakhir. Bahkan, terkait dengan relasi Indonesia dan
Australia, meskipun dikemas dalam pernyataan yang berbeda, pada prinsipnya
kedua calon presiden sama-sama melihat pentingnya membangun hubungan baik
dengan Australia, melalui diplomasi dan iktikad baik, serta membangun
kepercayaan.
Kedua capres juga mempunyai
pandangan yang kurang lebih serupa terkait dengan isu perlindungan terhadap
pekerja Indonesia di luar negeri, terutama pekerja perempuan. Keduanya
sepakat bahwa memberikan perlindungan terhadap warga negara Indonesia di
belahan dunia mana pun ialah kewajiban negara. Prabowo menegaskan jika
tersedia pekerjaan yang cukup dan kesejahteraan di dalam negeri terjamin,
warga negara Indonesia tidak akan mencari pekerjaan di luar negeri.
Sementara itu, Jokowi menyatakan
tenaga kerja Indonesia di luar negeri perlu dibekali dengan keterampilan. Selain
itu, perlindungan serta keselamatan mereka merupakan tanggung jawab KBRI di
negara tujuan. Jokowi juga menyatakan sudah waktunya pemerintah lebih tegas
dan menghentikan pengiriman tenaga kerja ke negara-negara yang tidak memiliki
perlindungan terhadap pekerja.
Kedua capres juga sepakat
pentingnya penguatan dan kemandirian industri pertahanan nasional. Meskipun
muncul perdebatan tentang aspek yang lebih teknis me ngenai alutsista, kedua
capres menyepakati bahwa negara yang mandiri perlu membangun industri
pertahanan nasionalnya. Selain itu, kedua capres juga menyepakati pentingnya
meningkatkan daya saing di era keterbukaan baik di bawah WTO maupun
menghadapi ASEAN Economic Community
(AEC) 2015 dengan melalui peningkatan produktivitas dan daya saing serta
melindungi pasar domestik dari gempuran produk asing.
Perlu konsistensi
Meski demikian, ada beberapa hal
yang perlu digaris bawahi. Pernyataan Prabowo yang memuji keberhasilan
kebijakan luar negeri pemerintahan SBY dan karenanya tidak diperlukan
perubahan perlu dicermati dengan jeli. Pujian Prabowo mencerminkan
ketidakkonsistenan dengan pernyataan-pernyataannya yang lain yang justru
mengkritisi kebijakan luar negeri yang diambil pemerintahan sekarang.
Prabowo mengkritisi bahwa
pemerintah seharusnya lebih aktif dalam melindungi warga negara Indonesia di
belahan bumi mana pun. Dengan kata lain, dalam pandangan Prabowo pemerintahan
sekarang tidak memberi perlindungan yang cukup bagi tenaga kerja Indonesia di
luar negeri. Prabowo juga menyebutkan pemerintah seharusnya lebih aktif dalam
penyelesaian konflik di Laut China Selatan. Artinya sikap pasif pemerintahan
yang sekarang dianggap sebagai sikap yang membahayakan kepentingan nasional
Indonesia di wilayah tersebut. Oleh karena itu, jika cukup banyak hal yang
dikritisi, mengapa perubahan dalam arah kebijakan luar negeri Indonesia saat
ini tidak diperlukan?
Di sisi lain, pernyataan Jokowi
yang menyatakan tidak semestinya pemerintah Indonesia ikut-ikutan dalam
konflik Laut China Selatan karena Indonesia tidak mempunyai kepentingan
merupakan pernyataan yang gegabah. Hal itu bertentangan dengan pernyataan
Jokowi lainnya yang menekankan pentingnya ketegasan pemerintah terkait
masalah teritorium dan mengatakan tidak akan segan-segan menggunakan segala
cara untuk mempertahankan keutuhan wilayah Indonesia, terutama jika ada klaim
dari negara lain atas wilayah Indonesia.
Meskipun Indonesia tidak mempunyai
klaim atas beberapa wilayah yang menjadi sumber konflik di kawasan Laut China
Selatan seperti Spartly, Pratas, ataupun Paracels, jelas bahwa Indonesia
memiliki kepentingan terkait dengan teritorium perairan untuk zona ekonomi
eksklusif (ZEE) di perbatasan perairan Natuna. Beberapa insiden menunjukkan
adanya upaya Tiongkok untuk mengklaim wilayah yang termasuk ke ZEE Indonesia
secara sepihak, misalnya dengan memasukkan perairan Natuna dalam peta yang
tercetak di paspor Tiongkok terbaru.
Debat calon presiden tentu saja tidak dimaksudkan
untuk menguji pengetahuan para calon mengenai topik yang diangkat. Namun,
lebih dimaksudkan agar para pemilih memahami strategi dan kebijakan apa yang
akan diambil para calon mengenai topik yang diusung. Oleh
karena itu, tidak perlu kecewa jika para calon presiden dalam debat ketiga
juga kurang mampu menunjukkan pengetahuan yang mendalam tentang isu-isu dan
dinamika politik internasional dan kaitannya dengan ketahanan nasional,
apalagi mengharapkan bahwa kedua calon presiden bisa mengelaborasi lebih jauh
maupun menguasai hal-hal teknis terkait dengan tema yang sangat kompleks
tersebut. Artinya, yang lebih penting untuk dicermati ialah sejauh mana
pemaparan yang disampaikan kedua capres tersebut cukup logis dan konsisten.
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar