Prospek
Industri Kosmetik dan Pasar Bebas ASEAN
Bryan
Tilaar ; Direktur Utama PT Martina Berto
Tbk (MBTO)
|
KORAN
SINDO, 24 Juni 2014
Prospek
industri kosmetik di masa depan cukup baik. Kalau kita lihat industrinya
tumbuh rata-rata 7–9% per tahun. Hal itu seiring perkembangan gaya hidup
konsumen Indonesia dan dunia. Produknya juga semakin beragam, mulai dari hair
care, skin care hingga herbal.
Penggunanya
bukan lagi hanya perempuan. Pria pun sekarang lebih intens menggunakan
produk-produk kosmetik. Misalkan produk perawatan untuk kulit, rambut, dan
tubuh. Tapi kalau make up masih sangat jarang, bahkan khusus di Indonesia,
saya belum pernah melihat. Penyebab lain, sebagian besar masyarakat memiliki
kesan negatif terhadap metroseksual. Kenapa begitu? Memang butuh waktu. Pria
metroseksual menaruh perhatian lebih pada penampilan. Cenderung memiliki
kepekaan mode dan memilih pakaian berkualitas atau bermerek serta memiliki
kebiasaan merawat diri atau grooming.
Salah
satu tokoh dunia yang kerap diidentikkan dengan metroseksual itu adalah David
Beckham. Jadi kalau ada yang mengatakan ini industri yang dying, itu tidak
benar. Justru ini industri yang mempunyai prospek ke depan. Persaingan antara
pemain lokal, produk impor dan investasi asing akan sangat ketat. Ini
menunjukkan industri kosmetik sangat diminati. Dalam menghadapi pasar bebas
ASEAN, perusahaan-perusahaan kosmetik sudah sangat siap. Mulai dengan
memodernisasi mesin hingga meningkatkan kualitas talenta sumber daya manusia
dan strategi bisnis.
Apalagi
Masyarakat Ekonomi ASEAN ini merupakan sebuah keniscayaan. Di manamana kalau
mau maju tidak bisa hidup sendiri, tapi harus hidup dengan sekitarnya.
Otomatis asing bisa masuk ke Indonesia, tapi Indonesia juga bisa ke luar
negeri. Jadi begitu yang terjadi. Pengamatan saya, perusahaan kosmetik
berskala besar sudah siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN karena mereka
bukan pemain baru. Tapi memang perusahaan kosmetik berskala UKM masih harus
mengerjakan beberapa pekerjaan rumah, di antaranya mengembangkan jaringan,
pemasaran, dan masalah internal.
Tapi
kembali lagi, sebagai pebisnis, saya melihat kalau semangat ada, kemauan
untuk belajar ada, pasti bisa. Pelaku usaha harus seperti itu. Apalagi di
masa mendatang akan menghadapi persaingan yang semakin dahsyat. Agar semakin
besar, modal usaha harus terus ditingkatkan. Ada beberapa cara yang bisa
dilakukan untuk memperkuat sisi itu. Di antaranya pinjaman bank, melepas
saham ke publik (initial public
offering/IPO), mengundang investor yang sesuai dengan visi, misi, dan
kultur perusahaan. Strategi ini bisa berdampak positif bagi perusahaan.
Khususnya
dalam menjaga kepercayaan investor, bank, dan institusi keuangan lain. Jadi
salah satu tantangan ke depan adalah harus menjaga dan meningkatkan
kepercayaan. Tantangan lain, mengubah mindset konsumen agar lebih banyak
mengonsumsi produk dalam negeri. Pada saat ini, produk impor masih disukai
pasar. Sesuatu yang berasal dari Barat dan negara-negara Asia yang jauh lebih
maju dianggap sangat advance. PadahalproduklokalIndonesia tidak kalah
kualitasnya. Ini pekerjaan rumah kita untuk menjelaskan bahwa produk dalam
negeri tidak kalah dari luar negeri.
Tentunya
di sisi lain, produk lokal juga harus membuktikan bahwa pilihan masyarakat
memang tidak salah. Kalau upaya industri mengubah mindset konsumen Indonesia
jelas ada. PT Martina Berto Tbk telah lama melakukannya. Di antaranya dengan
mengeluarkan produk yang inovatif dan diminati konsumen. Tapi ini memang
membutuhkan waktu dan harus dilakukan bersama-sama. Misalnya Martha Tilaar
Shop. Ini sebenarnya tidak kalah dengan ritel-ritel kosmetik asing yang lain.
Kita ada Indonesia touch yang bagus, inovasi, dan modernisasi.
Martha
Tilaar Shop sudah diterima konsumen lokal Indonesia, terbukti dengan
pertumbuhan bisnisnya tiap tahun di atas 15%. Tentunya kita juga berharap
peran dari lembaga negara dalam rangka memberikan intensif atas
kreativitas-kreativitas perekonomian. Itu harus digenjot terus ke depan.
Bentuknya bisa berupa insentif pajak dan sebagainya. Itulah yang menyebabkan
saya optimistis dengan Indonesia. Apalagi pemilu legislatif telah dilalui dan
semuanya berjalan baik. Nanti pemilihan umum presiden juga saya yakini akan
berjalan baik.
Siapa
pun yang menang dan kalah, saya meyakini akan sangat bersahabat dengan pasar.
Kalau sekarang ada selisih pendapat antarpendukung, ini merupakan
pembelajaran positif di Indonesia. Kalau di negara maju, nantinya pihak yang
menang dan kalah akan bersama lagi. Selisih pendapat itu biasa. Namanya juga
bertanding, ada pendukung A, B, dan C. Tapi setelah itu bersama-sama lagi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar