Jumat, 27 Juni 2014

Fair Play

Fair Play

Iwel Sastra  ;   Komedian
TEMPO.CO, 25 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Hari-hari ini sepak bola dan politik menarik perhatian masyarakat. Hal ini karena jadwal Piala Dunia FIFA 2014 bertepatan dengan jadwal kampanye pemilihan Presiden Republik Indonesia. Saya menemukan beberapa hal menarik terkait dengan politik dan  sepak bola, khususnya di lini massa Twitter pada Minggu, 22 Juni 2014. Saat berlangsung acara debat calon presiden, lini massa ini dipenuhi kicauan pendukung Prabowo maupun Jokowi. Ketika memasuki jeda iklan, lini masa mulai dipenuhi kicauan tentang  sepak bola. Bahkan ada kicauan yang berbunyi "anak politik minggir, anak bola mau masuk".

Sepak bola disebut sebagai olahraga dengan jumlah penonton terbanyak di dunia, karena menonton pertandingan bola memang memiliki kenikmatan tersendiri. Menurut saya, penyebab utama pertandingan  sepak bola itu enak ditonton bukanlah pada kepiawaian para pemainnya menggiring bola, melainkan karena bola yang digunakan bundar. Menonton  sepak bola tentu tidak akan senikmat sekarang seandainya bola yang digunakan berbentuk segi empat, apalagi jajaran genjang. Pemain  sepak bola tidak akan berani lincah menyundul bola jika bolanya berbentuk segi empat, karena takut kena bagian yang lancip.

Salah satu yang saya suka dalam menyaksikan pertandingan  sepak bola adalah saat pemain melakukan tendangan bebas. Meskipun Gianfranco Zola, David Beckham, dan Roberto Carlos telah pensiun sebagai pemain  sepak bola, hingga sekarang saya masih terkesan oleh tendangan bebas yang pernah mereka lakukan saat masih aktif membela klub atau negara masing-masing. Dalam Piala Dunia 2014 ini, saya terkesan oleh tendangan bebas yang dilakukan oleh pemain tengah Swiss, Blerim Dzemaili. Bola datar hasil tendangan Dzemaili menerobos kaki pemain Prancis, kemudian melenggang masuk ke gawang yang dijaga kiper Hugo LIoris. Meskipun namanya tendangan bebas, tendangan pemain  sepak bola profesional selalu mengarah ke gawang. Berbeda dengan saya yang, saat melakukan tendangan bebas, tendangannya bebas ke mana-mana.

Sepak bola dan politik memiliki berbagai kesamaan. Dalam  sepak bola, setiap klub atau negara yang bertanding memiliki pendukung. Begitu juga dalam kompetisi politik. Setiap partai dan kandidat politik memiliki pendukung. Bedanya, dalam politik, terutama dalam masa kampanye pemilihan presiden saat ini, muncul kampanye hitam yang ditujukan kepada para capres. Akibatnya, kubu masing-masing capres ini saling tuding mengenai kampanye hitam yang beredar. Dalam  sepak bola, belum pernah saya temukan ada kampanye hitam menjelang pertandingan. Kalaupun ada kampanye hitam, hal itu tidak akan berpengaruh pada pertandingan, karena kemenangan dalam  sepak bola ditentukan oleh gol terbanyak, bukan suara terbanyak.

Fair play merupakan semangat yang dijunjung dalam pertandingan  sepak bola. Semangat ini seharusnya bisa diterapkan juga dalam dunia politik, terutama dalam suasana pemilihan presiden sekarang ini. Dalam semangat fair play, ditanamkan prinsip memenangi pertandingan dengan cara terhormat serta menerima kekalahan dengan bermartabat. Saya punya teman yang kalau kalah main  sepak bola selalu menerimanya dengan tegar di lapangan. Kepalanya tetap tegak menerima kekalahan. Ketika sampai di kamar ganti, barulah ia menangis dalam pelukan teman-temannya. Ini bukan hanya kalah dengan bermartabat, tapi juga kalah dengan so sweet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar