Sabtu, 28 Juni 2014

Menyetop Merokok pada Remaja

Menyetop Merokok pada Remaja

Siwi Fatmawati  ;   Koordinator Kajian Pendidikan Antinarkoba-Rokok Remaja di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Walisongo Semarang
SUARA MERDEKA, 25 Juni 2014
                                                
                                                                                         
                                                      
Jumlah perokok berusia remaja dari tahun ke tahun makin bertambah. Meskipun saat ini pada kemasan rokok, termasuk iklan produk itu menyertakan peringatan “Merokok Membunuhmu”, sebagian remaja termasuk siswa SLTP/SLTA sepertinya tak memedulikannya. Bahkan, beberapa kali penulis memergoki beberapa murid SD mengisap rokok, kendati secara bergantian, di warung dekat sekolah.

Berulangkali dokter mengimbau pemuda supaya menjauhi rokok, namun seruan itu ibarat masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Komisi Nasional Perlindungan Anak menyebut data jumlah perokok anak usia 10-14 tahun mencapai 1,2 juta orang per tahun. Tahun 2008 hingga 2012 jumlah perokok anak di bawah umur 10 tahun di Indonesia mencapai 239.000 orang.

Angka tersebut akan terus meningkat bila sejak dini tak ada pencegahan dan penanganan serius dari pemerintah, termasuk dari pihak sekolah dan keluarga. Tahun 2013 sampai awal 2014, jumlah perokok remaja hampir menyentuh angka 5.000. Fenomena itu harus kita cegah, melalui edukasi dari guru atau pihak sekolah. Kita banyak berharap setelah tanggal 24 Juni 2014, lebih banyak generasi muda berhenti merokok.

Mulai tanggal itu, kemasan rokok harus menyertakan gambar peringatan. Selain gambar orang merokok, ada gambar tengkorak dan teks ’’Merokok Membunuhmu’’, serta tiga gambar mulut, leher, dan paru-paru yang terkena kanker. Bagi generasi muda, merokok bisa menjadi ’’pintu gerbang’’ menjadi pecandu narkoba. Banyak bekas pecandu memberi testimoni bahwa ’’perkenalan’’ mereka kepada narkoba diawali dari merokok.

Selanjutnya, mereka mengaku ingin mencoba yang lain, yakni narkoba, berlanjut hingga heroin bila mempunyai banyak uang. Mencegah perilaku merokok pada kalangan remaja, sebenarnya gampang-gampang susah. Yang terpenting ada usaha keras dari orang tua, sebagai pihak pertama yang mengenal karakter anak. Kemudian peran pemerintah, sekolah, dan masyarakat untuk berupaya mencegah kebiasaan merokok yang sudah menjadi tren pada sebagian kalangan remaja. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan.

Pertama; usahakan agar orang tua tak merokok. Rasanya percuma melarang anak merokok, tetapi ia sendiri sebagai orang tua malah merokok, bahkan perokok berat. Kedua; jika orang tua tak bisa berhenti merokok, upayakan jangan menyuruh anak membelikan rokok. Menyuruh anak membeli rokok, sama halnya dengan memberi contoh tidak baik kepadanya. Bisa-bisa anak itu akan berbalik dengan mengatakan, ’’Ayah saja merokok, kenapa saya tak boleh?’’ Hal itu banyak terjadi di masyarakat. Orang tua sebagai anutan perlu memberi contoh baik.

Termasuk guru jangan merokok di sekolah. Ketiga; lebih intensif menggalakkan kampanye antirokok. Seharusnya, di berbagai tempat yang sering dikunjungi anak muda lebih banyak lagi dipasang peringatan tentang bahaya merokok. Medianya bisa videotron, poster, baliho, atau slogan yang memotivasi anak supaya menjauhi rokok. Visualisasi pesan itu juga lewat bahasa gaul.

Keempat; memberikan edukasi kepada anak bahwa merokok adalah perbuatan bodoh, berisiko buruk terhadap kesehatan, dan menghambur-hamburkan uang. Lebih baik uang bekal dari orang tua dibelikan buku atau peralatan sekolah yang lain. Lebih baik lagi bila kita mengedukasi bahwa lebih baik menabung ketimbang membeli rokok.

Ketegasan Pemerintah

Kelima; ketegasan pemerintah, termasuk pihak sekolah. Guru harus rutin merazia, dan tegas menjatuhkan sanksi bila ada siswa ketahuan merokok. Termasuk bila siswa terbukti menyimpan rokok di tas atau bawah jok motor. Keenam; menyisipkan dalam mata pelajaran mengenai sejumlah penyakit akibat dari kebiasan merokok.

Ketujuh; berbicara dari hati ke hati antara orang tua dan anak. Ini langkah terakhir yang bisa dilakukan orang tua. Pasalnya, selama ini banyak remaja merokok secara sembunyi-sembunyi di luar rumah, dan bila pulang ke rumah kembali tampil sebagai ’’anak manis’’. Generasi muda perlu terus dan kembali diingatkan mengenai bahaya merokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar