Pilihan
Cerdas dan Rasional Petani
Toto
Subandriyo ; Alumnus IPB dan
Magister Manajemen Unsoed,
Aktif pada berbagai
organisasi petani
|
SUARA
MERDEKA, 24 Juni 2014
“Kenyataannya,
setiap menghadapi berbagai permasalahan, petani nyaris tanpa perlindungan
yang berarti”
SPANDUK besar bertuliskan ”Jangan Jadikan Petani Teman Sementara”
terbentang di arena pembukaan Pekan Nasional (Penas) XI/2004 Petani Nelayan
di Tondano Minahasa, Sulawesi Utara. Acara yang dihadiri puluhan ribu kontak
tani/nelayan se-Indonesia tersebut dibuka Presiden Megawati Soekarnoputri,
persis sebulan sebelum berlangsung Pilpres 5 Juli 2004.
Pertemuan akbar petani nelayan
ini merupakan wahana bagi mereka, termasuk petani hutan Indonesia. Forum itu
untuk konsolidasi, pengembangan diri, tukar informasi, apresiasi, kemitraan
dan promosi hasil pertanian, perikanan, dan kehutanan. Momentum seperti itu
sering digunakan petani sebagai ajang memperjuangkan hak-hak politik mereka.
Begitu pula untuk Penas XIV
Petani Nelayan 2014. Kegiatan tersebut diselenggarakan di Stadion Kanjuruhan
Kepanjen Kabupaten Malang pada 7-12 Juni 2014. Acara ini dihadiri tidak
kurang dari 50.000 orang dan dibuka Presiden SBY. Waktu penyelenggaraan juga
kurang lebih sebulan sebelum pelaksanaan Pilpres 2014.
Selama ini pertanian merupakan sektor yang paling sensitif dalam
percaturan politik republik ini. Jauh hari sebelum pelaksanaan pilpres
tanggal 9 Juli 2014, capres Prabowo Subianto dan Joko Widodo, secara tegas
menyatakan akan fokus pada bidang pertanian. Untuk menunjukkan keseriusannya,
komitmen tersebut kembali ditegaskan
saat keduanya didaulat sebagai pembicara dalam Tanwir Muhammadiyah di
Samarinda, belum lama ini.
Sektor pertanian (baca: petani)
merupakan entitas sosial terbesar di republik ini. Jumlah rumah tangga usaha pertanian (RTP)
26,14 juta RTP (Sensus Pertanian BPS, 2013). Jika tiap RTP diasumsikan
terdiri atas empat orang maka tidak kurang dari 104,6 juta orang yang secara
struktural menggantungkan hidup pada sektor
ini. Jika tiap RTP diasumsikan punya tiga hak suara dalam pilpres
nanti maka para capres dapat mendulang tidak kurang dari 78 juta suara dari
mereka.
Cerdas Rasional
Dilihat dari teori-teori sosial
dan politik, jika kedaulatan ada di tangan rakyat dan demokrasi menjadi pilar
ideologi yang dijunjung tinggi maka petanilah pemegang kedaulatan di republik
ini. Namun teori tidak selamanya berjalan linier dengan praktik. Yang terjadi
seringkali justru sebaliknya. Meski secara ekonomi sektor pertanian sangat
penting, dan secara politik sangat sensitif, realitasnya posisi secara sosial
sangat inferior.
Data BPS (2007), menyebutkan
68,55% penduduk miskin di Indonesia tinggal di pedesaan, sebagian besar
berprofesi petani. Data Sensus Pertanian 2013 lebih menegaskan kondisi
tersebut. Petani gurem (penggarap lahan kurang dari 0,5 ha) mencapai 14,25
juta rumah tangga atau 55,33% rumah tangga pertanian pengguna lahan.
Kondisi seperti itu dapat
terjadi karena komitmen dan keberpihakan penentu kebijakan kepada petani
sangat kurang. Meskipun UU Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
Pemberdayaan Petani sudah diundangkan, produk hukum itu seperti mandul dalam
tataran implementasi.
Undang-undang ini sudah
menegaskan bahwa petani harus dilindungi dalam menghadapi permasalahan
kesulitan memperoleh prasarana dan sarana produksi, ketersediaan lahan,
kepastian usaha, risiko harga, kegagalan panen, praktik ekonomi biaya tinggi,
dan perubahan iklim. Kenyataannya tiap menghadapi berbagai permasalahan
tersebut, petani nyaris tanpa perlindungan berarti.
Berikut beberapa contoh fakta
yang merujuk kurangnya keberpihakan dan perlindungan kepada petani. Pertama; berlarut-larutnya
kelangkaan pupuk di beberapa sentra produksi pangan beberapa bulan terakhir.
Kedua; dikeluarkannya izin impor 787.000 ton gula putih kepada Perum Bulog ketika musim giling tebu
baru saja dimulai. Ketiga; ditemukannya 16.832 ton beras impor kelas medium
dari Vietnam saat pengadaan gabah/beras oleh Perum Bulog mengukir rekor
tertinggi.
Karena itu, petani harus
menyikapi pilpres secara cerdas dan rasional. Sosok capres/cawapres pilihan
petani, siapa pun itu orangnya, haruslah punya komitmen dan keberpihakan
tinggi kepada petani. Sosok peduli, tulus dan gigih memperjuangkan hak-hak
normatif petani. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar