E-Budgeting
Minimalkan Siluman
Hemat Dwi Nuryanto ; Lulusan UPS Toulouse Prancis
|
KORAN
JAKARTA, 05 Maret 2015
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
mengemukakan adanya anggaran siluman dalam APBD DKI. Kini, masalah anggaran siluman
seperti puncak gunung es. Bila ditelisik lebih jauh volumenya sangat besar
dan spektrumnya luas.
Tak pelak lagi, anggaran siluman ada di mana-mana. Rakyat
sangat berterima kasih karena ada kepala daerah yang gagah berani membongkar
anggaran siluman yang dilakukan secara berjamaah. Si gagah dan berani itu
tiada lain adalah Ahok. Rakyat berharap agar anggaran siluman dan sejenisnya
diungkap secara tuntas, baik yang terjadi di Jakarta maupun di daerah lain.
Penerapan sistem e-budgeting dalam menyusun anggaran
sangat efektif untuk mengelola anggaran dan memonitor masalah. Adanya usulan
anggaran siluman yang disusupkan DPRD
DKI senilai 12,1 triliun rupiah bisa
dideteksi dengan mudah dengan sistem
tersebut.
Anggaran adalah rencana seluruh kegiatan pemerintah yang
dinyatakan dalam unit atau satuan moneter dan berlaku dalam jangka waktu tertentu di masa datang. Pemerintahan Jokowi-JK sejak awal
sudah mewajibkan seluruh pemerintah daerah tidak lagi melakukan proses
penyusunan dan pelaksanaan Rencana Kerja Anggaran (RKA) secara manual. Tetapi
harus memakai e-budgeting sebagai bagian dari tata kelola pemerintahan secara
elektronik. Karena selama ini sistem manual kurang transparan, proses
penyusunan RKA menjadi lambat, serta rekapitulasi data mengenai realisasi
penggunaan anggaran tidak bisa dilihat secara realtime.
Saat ini pemerintah pusat dan daerah perlu mengembangkan
sistem informasi elektronik anggaran bertajuk e-budgeting yang bisa
mengotomatisasi proses penyusunan dan pelaksanaan RKA. Sistem tersebut harus
terintegrasi dengan penerapan
e-procurement atau Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Ini juga dilengkapi dengan e-sourcing
sebagai acuan standar teknis barang/jasa publik bagi para users.
Eksistensi sistem elektronik e-budgeting, e-procurement
dan e-sourcing sangat ampuh untuk mencegah bermacam modus korupsi. Antara
lain penggelembungan harga, manipulasi spesifikasi barang dan realisasi
penggunaan anggaran yang tidak beres. Jika implementasi ketiga sistem
tersebut dilakukan secara baik, para
koruptor tidak berkutik dan mati kutu. Perlu usaha pengembangan sistem,
prosedur dan standardisasi agar penerapan ketiga sistem bisa optimal sesuai dengan tuntutan zaman.
Saatnya mengintegrasikan e-budgeting dan e-procurement
dalam sistem e-government yang utuh guna mewujudkan tata kelola pemerintahan
serta meningkatkan daya saing. Dengan
demikian terwujudlah efektifitas, keterpaduan, dan kejujuran dalam
pelaksanaan serta pengendalian
kegiatan belanja atau proyek. Sekadar catatan, sistem e-procurement merupakan tahap ketiga
dari tata kelola kegiatan atau proyek yang harus terpadu dengan sistem
e-budgeting dan e-project. Kemudian ini juga terpadu dengan sistem
berikutnya: e-delivery, e-contracting dan e-performance.
Konsep dasar e-procurement dan e-budgeting hendaknya
dilengkapi dengan dukungan e-sourcing
yang merupakan katalog elektronik sebagai acuan standar teknis barang/jasa
publik bagi para users. Pemerintahan Jokowi-JK memiliki visi menekankan pentingnya menerapkan
sistem berbasis layanan elektronik
yang merupakan tuntutan zaman untuk
mencapai efektifitas pemerintahan. Berbagai sistem layanan eletronik yang
yang biasa diawali dengan huruf “e” seperti e-gov, e-procurement,
e-education, e-health dan sebagainya di negara maju terbukti efektif melayani publik. Mereka juga ampuh
mencegah korupsi.
Sistem penyerapan anggaran instansi pemerintah yang selama
ini lambat bisa dioptimalkan dengan menerapkan teknologi e-sourcing. Ini bukan sekadar katalog elektronik untuk
keperluan pengadaan barang dan jasa. Dia
harus bisa menjadi alat bantu analisis dan dijadikan rujukan standar teknis barang
atau jasa publik bagi users. Ini juga bisa berfungsi sebagai source harga pasar
untuk owner estimate. Dengan demikian, ada acuan utama dalam menilai kewajaran
harga. Teknologi e-sourcing dikembangkan berdasarkan prinsip supply chain management (SCM).
Reformasi Birokrasi
Sistem penyerapan anggaran juga membutuhkan reformasi
birokrasi. Sayangnya, reformasi birokrasi yang dilakukan selama ini tidak
fokus pada kinerja dan efektivitas. Akibatnya reinvention atau gerakan
pembaruan administrasi belum jalan, sehingga
daya saing pemerintah daerah sebagian besar terpuruk. Padahal menurut pakar daya saing pemerintahan Mechael
Porter, competitive advantage bagi
kinerja perekonomian suatu daerah sangat penting.
Sejak 1992 pemerintah Amerika menerapkan National
Performance Review, yakni kebijakan yang memfokuskan pada penilaian dan
evaluasi sampai seberapa jauh capaian kinerja pemerintah daerah, utamanya
masalah manajemen resources. Teknologi e-sourcing secara global biasa disebut
strategic sourcingIni bisa didefinisikan sebagai pendekatan teknis dan
metodologis untuk mengoptimalkan
pemilihan sumber pembelian
barang dan jasa.
Aktivitas
sourcing semakin lama tambah
banyak dan membutuhkan tingkat akurasi
tinggi. Berdasarkan riset konsultan
internasional Aberdeen Group diketahui,
sourcing cycle dengan cara
tradisional atau manual rata-rata membutuhkan waktu tiga hingga empat bulan. Tetapi dengan
e-sourcing berbasis teknologi
internet, sourcing dapat dilakukan lebih
cepat dan lebih murah.
Kendala pemerintah pusat atau daerah dalam membelanjakan
anggaran secara optimal dan bebas dari modus penyelewengan menjadi masalah
serius. Terkait dengan optimalisasi belanja anggaran, sebenarnya bisa becermin dari pemerintahan dan
korporasi Amerika Serikat. Mereka telah menerapkan dan mengembangkan sistem
e-sourcing. Meskipun besaran dan skala pembiayaan sangat jauh berbeda, esensi penggunaaan e-sourcing merupakan
langkah strategis pada era konvergensi sekarang ini untuk penyelenggaraan
pemerintah maupun korporasi.
Sekadar gambaran, selama ini, tiga perusahaan otomotif
Amerika Serikat yaitu GM, Ford dan Daimler-Chrysler telah beraliansi dalam
pembangunan sistem e-sourcing bersama
untuk bahan baku
dan komponen otomotif yang nilainya mencapai 900 miliar
dollar AS per tahun. Penggabungan e-sourcing tiga perusahaan raksasa itu
telah menjadi portal e-procurement terbesar di dunia. Ini sekaligus merupakan
sistem transaksi e-commerce terbesar dan paling efektif di dunia.
Penerapan e-sourcing dalam rangka optimalisasi penyerapan
anggaran di Indonesia bisa berlangsung dengan baik. Salah satu kendala yang
mungkin terjadi, faktor
interoperabilitas. Ini terkait dengan
kemudahan hubungan antarperangkat lunak dalam SCM yang terkait dengan berbagai entitas. Perkembangan
konvergensi TIK telah menjadikan entitas-entitas yang terkait dalam SCM
mengaplikasikan berbagai macam sistem perangkat lunak untuk mendapat berbagai
informasi terkait bisnis yang
dijalankan. Hal itu menyebabkan terwujudnya sistem informasi rantai produksi,
distribusi, konsumsi besar, dan kompleks.
Karena beragamnya perangkat lunak yang dipilih setiap entitas dalam SCM, tentunya
menimbulkan masalah dalam aktivitas pertukaran data dan informasi. Ini bisa jadi menimbulkan biaya besar. Maka, dibutuhkan standar nasional yang bisa
mengatur interoperabilitas antarlembaga pemerintah dan swasta. Teknologi e-sourcing juga harus melalui
audit sistem informasi sesuai dengan standar yang diterbitkan Information
System Audit and Control Association. Dengan demikian tata kelola dan
pengembangan e-sourcing berlangsung
secara aman. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar